HIPERTENSI
Disusun Oleh:
(1408010017)
Pembimbing:
2
berdasarkan jenis kelamin, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki.4
3
BAB II
LAPORAN KASUS
4
Riwayat Pengobatan :
-
5
- Batas kanan atas ICS 2 linea parasternal dekstra
- Batas kanan bawah ICS 4 linea parasternal dekstra
- Batas kiri atas ICS 2 linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah ICS 5 linea midklavikula sinistra
Auskultasi : BJ1-2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo
Anterior
Inspeksi : Pengembangan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), taktil fremitus D=S
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Posterior
Inspeksi : jejas (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), taktil fremitus D=S
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar, supel (+)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-) Distensi (-) Hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, CRT <2 detik
2.4 ASSESMEN
- Dispepsia
- HT Grade II
2.4 TATALAKSANA
Planning Diagnosis : EKG, GDS, Foto BNO 3 Posisi, Foto Thorax
6
Planning Terapi
1. IVFD RL 500cc/24 jam
2. Antasida 3x1 cth
3. Ondancentron 4 mg
4. Captopril 2x25 mg
5. Amlodipin 5-0-0
Planning Monitoring
1. Obs. TTV
2. Obs. Keluhan
Follow up
Rabu, 13 Juli 2019
Subjektif : pasien mengeluhkan nyeri perut yang menjalar ke bagian
pinggang belakang, keluhan sesak napas (-), mual (+), muntah(-), Belum
buang air besar sejak 4 hari yang lalu, buang air kecil dalam batas normal
Objektif
- Keadaan umum : baik , CM
- TTV : TD : 150/100; nadi 86x/menit; RR 19x/menit; SpO2:98%; suhu
36,5oC
- Mata : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Jantung : BJ1-2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-)
- Paru : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
- Abd : Kembung, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+), bising
usus (+) >5
- Eks : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium (13 Juli 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 12.4 g/dL 11.0 – 16.0
Jumlah eritrosit 3.95 10^6/uL 2.50 – 5.50
Hematokrit 34.8 % 31.0 – 50.0
7
MCV 88.1 fL 86.0 – 110.0
MCH 31.4 Pg 26.0 – 38.0
MCHC 35.6 g/L 31.0 – 37.0
Jumlah Lekosit 14.78 10^3/ul 5.0 – 11.0
Eosinofil 0.4 % 0.0-6.0
Basofil 0.02 % 0.0 – 1.0
Neutrofil 88.2 % 37.0 – 72.0
Limfosit 5.4 % 20.0 – 50.0
Monosit 0.87 % 0.00 – 14.0
Jumlah Trombosit 175 10^3/ul 150 – 400
EKG
- Sinus rhythm
- PR interval normal
- RR interval 75x/menit
- AXIS : normoaxis
- Kompleks QRS : normal
- T Inverted Lead V1
- ST elevasi V2-V 3
8
Kesan distensi usus dan distensi colon ascendens di kanan bawah,
-
udara colon di bagian distal minimal, mengarah ke bowel obstruction
dengan katup ileo-caecal in competen DD Small Bowel Obstruction
- Tak tampak udara bebas intraabdomen
- Tak tampak batu opak di proyeksi traktus urinarius
- Spondylosis lumbalis
FOTO THORAX
- Infiltrate meningkat dikedua pulmo apex sampai basal dengan air
broncogram dengan fibrosis di apex dextra, serta penarikan trachea ked
extra, susp TB pulmo bilateral aktif lama dengan infeksi sekubder non
spesifik DD TB pulmo dengan infeksi sekunder non spesifik
- Pleura reaction dextra
2.6 ASSESSMENT
- Ileus Obstruktif paralitik + Obs TB Paru
- Obs TB Paru DD Obs Pneumonia
- Obs Tumor Abdomen
- Hipertensi st II
PLANNING
- Planning diagnostic : Colon In Loop dan Sputum BTA
- Planning Terapi :
- IVFD RL 1500cc/24 Jam
- Injeksi Omeperazole 2x40 Mg IV
- Injeksi Ranitidin 2x1 mg (IV)
- Nebu Ventolin / 8 jam
- Captopril 3x25 mg
- Amlodipin 5-0-0 mg
- Ambroxol syr 3xII C
- Dulcolax Supp 1x1
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi sendiri adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang.(2)
3.2 Epidemiologi
Hipertensi di Indonesia merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, dengan jumlah sebesar 34,1% yang merupakan
prevalensi tertinggi dari Provinsi Kalimantan Selatan (44,1%) dan yang
terendah dari Papua (22,2%), dan berdasarkan jenis kelamin, prevalensi
hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.(3)
3.3 Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi(4)
1. The Joint National Committee (JNC) VII
Stadium Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 1 140-159 90-99
Hipertensi 2 ≥160 ≥100
10
Stadium Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi 1 140-159 90-99
Hipertensi 2 160-179 100-109
Hipertensi 3 ≥180 ≥110
11
kerusakan organ kerusakan organ
12
Pengobatan Awasi 1-3 jam Awasi 3-6 jam, obat Pasang jalur
mulai/teruskan obat oral berjangka kerja intravena, periksa
oral, naikkan dosis pendek laboratorium
standar, terapi obat
intravena.
Rencana Periksa ulang dalam 3 Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
hari 24 jam
13
satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis.
Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu stres, dan dapat mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Pola asupan garam dalam diet
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi
garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi.
Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
14
3.5 Penegakan diagnosis(7)
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi
adalah the sillent killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami
komplikasi. Secara sistematis anamnesa yang didapat sebagai berikut
1. Anamnesis
Anamnesis diperlukan untuk menentukan derajat hipertensi, mencari faktor
resiko, dan menilai apakah sudah ditemukan kerusakan organ dan apakah ada
penyakit penyerta.
Gejala kerusakan organ:
Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attack, defisit sensoris atau motoris
Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, kaki bengkak, tidur dengan bantal tinggi
(lebih dari 2 bantal)
Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria.
Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermitten
2. Pemeriksaan Fisik
Konfirmasikan hipertensi dengan pengukuran tekanan darah untuk
menentukan stadium dari hipertensi.
Home Blood Pressure Measurements
Pengukuran sendiri tekanan darah di rumah diindikasikan untuk mengevaluasi
efek white coat hypertension, menilai hasil pengobatan obat anti hipertensi
terhadap kerusakan target organ, memperbaiki sikap dan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan dengan obat anti hipertensi. Pengukuran tekanan darah di
rumah memiliki hasil lebih rendah dan mempunyai korelasi lebih baik dengan
resiko yang akan terjadi bila dibandingkan dengan pengkuran diruang praktek
dokter. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengukuran di rumah lebih
mewakili kondisi tekanan darah sehari-hari. Pengukuran tekanan darah di rumah
juga diharapkan meningkatkan keberhasilan pengendalian tekanan darah serta
menurunkan biaya.
Ambulatory Blood Presure Monitoring
15
Data yang dihasilkan dari pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
ABPM selama aktifitas berlangsung dan pada saat tidur, lebih erat hubungannya
dengan kerusakan organ target, hipertrofi ventrikel dan kejadian kardiovaskular,
bila dibanding dengan pengukuran tekanan darah di rumah atau dikamar periksa
dokter. Seseorang dikatakan menderita hipertensi bila pada pemeriksaan ABPM
dengan mean >135/85 mmHg sepanjang hari atau >125/75 mmHg saat tidur.
White Coat hypertension
Pada kurang lebih 25% pasien hipertensi, didapatkan hasil yang lebih tinggi pada
pemeriksaan dikamar periksa dokter atau dirumah sakit bila dibanding dengan
pengukuran di rumah, pada saat bekerja atau dengan ABPM. Keadaan ini lebih
sering ditemui pada pada penderita usia lanjut. Konsekuensi klinis dari diagnosis
ini adalah meningkatnya resiko kejadian dan mortalitas kardiovaskular, bila
dibanding dengan normotensi dan non white-coat hypertension.
16
Pemeriksaan fisik juga bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi lain
(komorbiditas):
Indeks Massa Tubuh Tinggi (BMI). [BMI = berat dalam kg / tinggi dalam
meter²] BMI> 25 = kelebihan berat badan; BMI> 30 = obesitas
Lingkar perut tinggi diukur melalui umbilikus. Nilai> 88 sentimeter untuk
wanita dan> 102 sentimeter untuk pria dianggap sebagai faktor risiko
independen untuk penyakit kardiovaskular
Asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK): Ini dianggap
kontraindikasi untuk penggunaan beta blocker.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari tes darah rutin, glukosa
darah (sebaiknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum,
trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,
hemoglobin dan hematokrit, urinalisis dan elektrokardiogram.
Pemeriksaan kerusakan organ target :
Jantung : pemeriksaan fisik, foto polos dada (untuk melihat pembesaran
jantung, kondisi arteri intra toraks dan sirkulasi pulmoner), elektrokardiografi
(untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel
kiri), ekokardiografi.
Pembuluh darah : pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulsa pressure,
ultrasonografi (USG) karotis, fungsi endotel.
Otak : pemeriksaan neurologis, diagnosis stroke ditegakkan dengan
menggunakan CT-Scan atau MRI (untuk pasien dengan gangguan neural,
kehilangan memori atau gangguan kognitif)
Mata : funduskopi retina
Fungsi ginjal : pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin/kreatinin urin,
perkiraan laju filtrasi glomerulus.
17
3.7 Tatalaksana(8)
18
1. Terapi non-farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,
tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat
merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 –
6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan
tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular
yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
DASH
19
DASH atau dietary approaches to stop hypertension merupakan diet
dengan peningkatan konsumsi makanan berserat seperti produk sayur-
sayuran dan buah-buahan serta mengurangi konsumsi makanan dengan
lemak jenuh. Menu diet DASH sebagai terapi non-farmakologi hipertensi
terbukti mampu menurunkan tekanan darah akibat hipertensi. Diet DASH
ini dapat menurunkan tekanan sistolik 6-11 mmHg dan tekanan darah
diastolik 3-6 mmHg .
Kriteria Asupan makan DASH:
20
Diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan
garam tidak melebihi 2 gr/ hari
Olahraga
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30–60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.
Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara
khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai
sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat
kerjanya.
Mengurangi konsumsi alkohol.
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari
pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah.
Berhenti merokok.
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor
risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan
untuk berhenti merokok.
21
Tabel Terapi Non-farmako pada Management Hipertensi
22
2. Terapi Farmakologis
Kelas obat utama yang digunakan dalam mengendalikan tekanan darah adalah:
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan mendeplesi
simpanan natrium. Diuretik menurunkan tekanan darah dengan
mengurangi volume darah dan curah jantung. Beberapa diuretik memiliki
efek vasodilatasi langsung disamping kerja diuretiknya. Diuretik efektif
menurunkan tekanan darah sebesar 10-15 mmHg pada sebagian besar
penderita, dan diuretik sendiri memberikan hasil pengobatan yang
memadai bagi hipertensi essensial ringan sampai sedang. Untuk hipertensi
berat, diuretik digunakan dalam kombinasi obat simpatoplegik dan
vasodilator untuk mengontrol kecenderungan terjadinya retensi natrium
yang disebabkan oleh obat-obat tersebut.
Efek samping diuretik yang paling sering adalah hipokalemia.
2. ACE-I (Angiotensin Converting Enzym Inhibitor)
ACE-Inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.
Vasodilatasi secara langung akan menurunkan tekanan darah sedangkan
berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium dan
retensi kalium. ACE-Inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang
maupun berat. Bahkan beberapa diantaranya dapat digunakan pada kasus
krisis hipertensi seperti captopril dan enalaprilat.
Efek samping ACE-Inhibitor adalah hipotensi, batuk kering, hiperkalemia,
dan rash.
3. ARB (Angiotensi reseptor blocker)
Pemberian obat ini menghambat semua efek angiotensin II seperti
vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, efek sentral
angiotensin II (sekresi vasopresin, rangsangan haus), stimulasi jantung,
efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh
darah dan miokard. Pemberian ARB menurunkan tekanan darah tanpa
mempengaruhi frekuensi denyut jantung.
23
4. Beta Blocker
Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian beta
blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1 antara lain :
penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga
menurunkan curah jantung, hambatan sekresi renin di sel-sel
jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan produksi angiotensin II,
efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan
mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas
baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan
peningkatan biosintesis prostasiklin.
Efek samping beta blocker adalah bradikardia, blokade AV, hambatan
nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi miokard.
5. Calcium channel bloker (CCB)
Calcium channel bloker digunakan sebagai obat tambahan setelah
optimalisasi dosis betabloker, bila terjadi tekanan darah yang tetap tinggi,
angina yang persisten atau adanya kontraindikasi absolute pemberian
betabloker. Calcium channel bloker bekerja mengurangi kebutuhan
oksigen miokard dengan menurunkan resistensi vaskular perifer dan
menurunkan tekanan darah. Selain itu, CCB juga akan meningkatkan
suplai oksigen miokard dengan efek vasodilatasi koroner.
24
25
26
Terapi Primer dan Terapi Sekunder pada Hipertensi
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
BAB V
PENUTUP
29
DAFTAR PUSTAKA
30