Anda di halaman 1dari 3

1.

Undang-Undang tentang Izin Edar

pasal 197 undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menentukan


bahwa “setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak rp. 1.500.000.000,00” dan pasal
198 menentukan “setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian dipidana dengan pidana denda paling banyak
rp.100.000.000,00”. namun demikian, walaupun terhadap tindak pidana ini diancam
dengan pidana yang berat, dalam penerapan pidananya belum berjalan sebagaimana
mestinya.

Faktor penyebab terjadinya tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin
di berbagai daerah akibat kurangnya kesadaran hukum dari pelaku yang mengedarkankan
sediaan farmasi tanpa izin, faktor ekonomi untuk mencari keuntungan, lemahnya
penegakan hukum, akan tetapi dalam praktik penerapan pidana tersebut belum berjalan
maksimal karena masih ada pelaku pelanggaran yang hanya di kenai sanksi teguran saja
dan faktor kurangnya koordinasi antara instansi terkait. penerapan pidana terhadap pelaku
tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin telah ada yang dikenakan ketentuan
pidana walaupun tidak sepenuhnya sesuai dengan ancaman pidana yang ada. upaya yang
dilakukan dalam penanggulangan tindak pidana adalah dengan sosialisasi secara terus
menerus kepada masyarakat maupun bagi pelaku usaha yang mengedarkan sediaan
farmasi, dan bpom menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan guna memberikan solusi
dalam mengatasi hambatan dalam penerapan ketentuan pidana bidang kefarmasian.
disarankan kepada bpom dan dinas kesehatan agar melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang ketentuan pidana dalam uu no 36 tahun 2009 khususnya bidang
kefarmasian. kepada pelaku usaha khususnya pengusaha apotik dan toko obat berizin agar
tidak lagi menjual obat dan sedian farmasi lainnya tanpa ada izin edar. kepada konsumen
agar dalam mengkonsumsi produk memperhatikan label produk khususnya mengenai
informasi produk termasuk mengenai izin edar.

Ref :

Cut Nila Sari. 2014. Penerapan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Mengedarkan
Sediaan Farmasi Obat Rntanpa Izin Edarrn (Suatu Penelitian Di Kota Banda Aceh).
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang tentang Pengedaran obat Morfin (Dextromethorphan)

undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa, “setiap


orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. Namun masih terjadi
peredaran morfin (dextromethorphan) di berbagai kota di Indonesia.

faktor penyebab terjadinya peredaran obat morfin (dextromethorphan) di berbagai


kota, dilatarbelakangi oleh kurangya informasi mengenai larangan peredaran obat morfin
(dextromethorphan), toko obat tidak berizin, adanya kesempatan dan keinginan, serta
kurangya kesadaran dan kepatuhan hukum. Dalam upaya dan hambatan yang ditemukan
dalam menangani tindak pidana menyalahgunakan obat morfin (dextromethorphan), dapat
ditemukan dari segi pelaku usaha yang tidak taat hukum , fasilitas, sarana, dan, prasarana,
serta kurangya alokasi anggaran, sehingga dibutuhkan upaya perlindungan hukum dalam
menangani tindak pidana mengedarkan obat morfin (dextromethorphan) di berbagai kota.
disarankan untuk melakukan penindakan dalam rangka menanggapi faktor penyebab
penyebab terjadinya tindak pidana mengedarkan obat morfin (dextromethorphan), dengan
meningkatkan fasilitas, sarana, dan prasarana, alokasi anggaran, serta penertiban toko obat
berizin mapun tidak berizin dan melakukan upaya perlindungan hukum preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan upaya perlindungan hukum.

Ref :

Imelda. 2017. Tindak Pidana Mengedarkan Obat Morfin (Dextromethorphan) (Suatu


Penelitian Di Wilayah Hukum Kota Banda Aceh). Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


3. Undang-Undang tentang pendistribusian Sediaan Farmasi

pasal 106 ayat (1) undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyebutkan
bahwa, “setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”. namun pada kenyataannya masih terjadi kasus pendistribusian obat pemutih dan
kosmetik yang dijual bebas di Indonesia.

faktor penyebab terjadinya peredaran produk kosmetik berbahaya yang dijual


bebas di Indonesia dilatar belakangi oleh banyaknya keuntungan yang di dapatkan oleh
pedagang, lebih cepat terjual karena produk luar negeri dan khasiat obatnya lebih efektif
hasilnya, sanksi yang diberikan bagi produsen atau pelaku usaha terhadap penjualan dan
pendistribusian kosmetik berbahaya yang dijual bebas yaitu berupa peringatan awal agar
tidak menjual sediaan farmasi tersebut kemudian penyitaan terhadap obat-obatan atau
sediaan farmasi itu apabila terjadi kembali dan pencabutan izin usaha serta para penjual
akan diproses sesuai aturan hukum yang berlaku dan hambatan yang ditemui aparat
penegak hukum meliputi banyaknya pedagang yang menjual secara online dan menjual di
tempat perumahan, dan upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yaitu
menangkap para pelaku dan bekerjasama dengan pihak badan pengawasan obat dan
makanan (bpom) kota banda aceh. disarankan untuk melakukan kerjasama yang rutin
antara pihak bpom dan kepolisian banda aceh dan melakukan penindakan yang tegas
terhadap pedagang yang masih memperjualbelikan kosmetik berbahaya secara bebas serta
melakukan penyelidikan terhadap pedagang rumahan dan pedagang lainnya yang juga
memperjualbelikan kosmetik berbahaya secara bebas.

Ref : M Raja Aqsa Mufti. 2019. Penegakan Hukum Terhadap Pendistribusian Sediaan
Farmasi Berupa Obat Pemutih Dan Kosmetik Tidak Izin Edar Yang Dijual Bebas (Suatu
Penelitian Di Wilayah Hukum Kota Banda Aceh). Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai