Anda di halaman 1dari 11

INOVASI USAHA KREATIF BIO URINE TERNAK SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN

PENAMBAHAN AKAR LEGUMINOSAE BERBASIS ZERO WASTE ENVIRONMENT

Oleh:
BIO – JINGGO TEAM
Budiono
Nanda Rizal Sofirulloh
Ahmad Zaini

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL


TERNAK
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
1.1. PENDAHULUAN / LATAR BELAKANG

Keberadaan limbah ternak menjadi masalah dalam sektor peternakan karena

dapat menimbulkan penyakit seperti limbah urine. Limbah urine sapi dapat merangsang

lalat dan nyamuk untuk datang dan berkembang biak di tempat timbunan limbah,

akibatnya dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti disentri dan diare pada ternak

maupun manusia yang berada di sekitar peternakan (Rinekso et al., 2012). Hal tersebut

menjadi masalah tersendiri dalam sektor peternakan padahal urine dapat dimanfaatkan

lebih lanjut untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah ternak.

Urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang memberikan pengaruh

positif terhadap pertumbuhan vegetatif tananaman. Urine yang dihasilkan ternak

sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang sangat bermanfaat yaitu (a) kadar N

dan K yang sangat tinggi (b) urine mudah diserap tanaman dan (c) urine mengandung

hormone pertumbuhan tanaman (Sastrosoedirjo dan Rifai ,1981). Menurut Lingga

(1991)) jenis kandungan hara pada urine sapi yaitu N, P, dan K yang baik untuk

menunjang pertumbuhan tanaman. Untuk meningkatkan kandungan urine tersebut dapat

dilakukan teknologi fermentasi pada urine. Kandungan yang terdapat pada urine sapi

sebelum di fermentasi pH (7,5) N (1,1%) P (1,5) K (1,5%), Ca (1,1) sesudah fermentasi

meningkat menjadi pH (8,7) N (2,7%) P (2,4) K (3,8%), Ca (5,8%) (affandi 2008)

dengan adanya inovasi penambahan makronutrsi berupa akar tamanan leguminosae

akan menciptakan produk pupuk organik dengan mutu yang tinggi.

Pupuk organik cair dapat dijadikan sebagai alternatif pupuk ramah lingkungan.

Dalam beberapa tahun terakhir ketergantungan petani akan pupuk kimia semakin besar.

Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), produksi pupuk

Fosfat/SP-36 di Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani, baik di

bidang pangan, serealia, kabi, hortikultura, kebun raya, maupun bidang peternakan,

1
diketahui bahwa 66% dari 7 juta hektar lahan pertanian di indonesia dalam kondisi

krisis yang artinya kesuburan tanah kurang dan lahan sangat bergantung pada pupuk

kimia untuk memenuhi kebutuhan bagi tanaman. Hal ini merupakan peluang bagi sektor

peternakan indonesia untuk mengolah limbah urine ternak menjadi pupuk cair organik,

selain untuk meningkatkan perekonomian sektor ternak, adanya pupuk organik juga

dapat mengatasi kerusakan lingkungan di sektor pertanian akibat pupuk kimia.

Dari pemaparan diatas kami menawarkan sebuah usaha kreatif produk pupuk

cair Bio Ferin (Fermented Of Urine) yaitu pupuk organik cair dari urine sapi berbasis

zero waste environment dengan penambahan akar tanaman leguminosae dengan

kandungan nitrogen yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Keunggulan dari produk ini

adalah kurangnya produk pupuk organik yang tersedia di pasaran sehingga merupakan

suatu peluang besar. Selain itu jika dilihat dari peluang usaha produk Bio Ferin

mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di Indonesia yang mayoritas

mempunyai profesi sebagai petani dengan bahan baku yang mudah didapatkan karena

banyak masyarakat yang bekerja sebagai peternak sapi seperti di kabupaten

Banyuwangi. Inovasi dalam pengolahan ternak diperlukan untuk meningkatkan SDM

disektor peternakan dengan mengembangkan potensi hasil ternak termasuk pengolahan

limbah.

2
1.2. GAMBARAN UMUM USAHA AGRIBINIS

a. Gambaran Produk

Bio Ferin (Fermented of urine) merupakan produk pupuk organik cair bio urine

yang difermentasi dengan fermentor berupa Rumino bacillus (RB) dan azobacter (AZB)

dan Em4 bersama nutrisi tambahan seperti akar tamanan leguminosae, molasses dan

gula merah sehingga dapat menciptakan produk pupuk cair organik yang berkualitas.

Keunggulan Produk ini adalah pupuk berbahan dasar organik, jumlah kandungan N,P,K

dan H2O, lebih tinggi dari pupuk padat, meningkatkan mutu tanaman organik serta

menambah nilai ekonomi limbah ternak sebagai peluang ekonomi kreatif.

b. Logo Produk

c. Kemasan Produk

Logo Bio-Ferin Design Kemasan Tampak Depan dan Belakang

Bio Ferin dikemas dan disajikan dengan menggunakan kemasan yang praktis

dan Iconic. Pada kemasan Bio Ferin botol plastik di desain khusus untuk mempermudah

melakukan pengaplikasian pada tanaman kemudian pemilihan warna dominan hijau

3
dikarenakan bahan utama Bio Ferin adalah limbah organik sehingga dapat menunjukkan

keunggulan produk ini terbuat dari bahan organik yang ramah lingkungan, ditambahkan

dengan makronutrisi lainnya untuk mendukung kualitas dari produk Bio Ferin tersebut.

d. Gambaran Motto Usaha

Motto dalam memproduksi dan memasarkan “Bio Ferin” tersebut adalah “Dari

Alam untuk Alam ” yang dapat dimaknai Bio Ferin merupakan produk alami dari alam

tanpa bahan kimia yang baik untuk alam dan isinya. Diharapkan dapat menjadi icon

bagi para petani Indonesia untuk menghasilkan produk sehat dan bergizi bagi

masyarakat dan terbebas dari dampak cemaran kimia.

e. Gambaran Sumber Daya Tenaga Kerja

Pelaksana produksi dan pemasaran Bio Ferin merupakan mahasiswa program

studi Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Politeknik Negeri Banyuwangi. Adanya

pengetahuan yang kuat akan ilmu bidang pengolahan hasil ternak termasuk hasil limbah

peternakan serta optimisme mengenai potensi pasar serta pengujian kelayakan usaha,

menjadikan dasar yang kuat untuk menjalankan bisnis ini.

f. Potensi Pemasaran

Saat ini Dinas Pertanian Kebupaten Banyuwangi menyiapkan 55.000 hektare

lahan sawah abadi yang ada di 25 kecamatan (KBR, 2018). Itu artinya akan banyak

peluang dalam pemasaran Bio Ferin. Indonesia saat ini mempunyai lahan pertanian

seluas 7,78 juta hektar (KONTAN.co.id 2017) Kondisi lingkungan dengan lahan

pertanian yang luas merupakan salah satu peluang untuk mengembangkan bisnis Bio

Ferin dimana saat ini kebutuhan pupuk organik masih belum terpenuhi.

4
1.3. RENCANA PEMBIAYAAN OMSET DAN ANGGARAN

Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Total
Pemakaian Satuan (Rp)
Aerator Peralatan Produksi 1 Rp. 1.460.000
Rp.1.460.000
Pompa Peralatan Produksi 1 Rp. 500.000 Rp. 500.000
Tangga aerasi Peralatan Produksi 1 Rp. 300.000 Rp. 300.000
Ember Peralatan Produksi 10 Rp. 10.000 Rp. 100.000
Gayung Peralatan Produksi 2 Rp. 13.000 Rp. 26.000
Saringan Peralatan Produksi 6 Rp. 8.000 Rp. 48.000
Pengaduk Peralatan Produksi 6 Rp. 5.000 Rp. 30.000
Drum Peralatan Produksi 5 Rp. 50.000 Rp. 250.000
Sewa tempat Proses Produksi 11 Rp. 150.000 Rp. 1.650.000
produksi
SUB TOTAL Rp. 4.364.000

Bahan Habis Pakai dalam 1 Tahun


Justifikasi Harga
Material Kuantitas Total
Pemakaian Satuan (Rp)
EM 4 Perlengkapan 10 botol Rp. 28.000 Rp. 280.000
pembuatan produk
Akar leguminosa Bahan produk 20 kg Rp. 5.000 Rp. 100.000
Molase Bahan Produk 200 kg RP. 15.000 Rp. 3.000.000
Gula merah Bahan Nutrisi 20 kg Rp. 17.000 Rp. 340.000
Rumino Bacillus Bahan produk 30 liter Rp. 5.000 Rp. 150.000
Urine sapi Bahan produk 3460 liter Rp. 3.000 Rp. 10.380.000
Botol kemasan Kemasan produk 3740 buah Rp. 1.500 Rp. 18.700.000
Label Kemasan Label Produk 3740 buah Rp. 500 Rp. 1.870.000
SUB TOTAL Rp. 34.820.000

Perjalanan
Harga
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Total
Satuan (Rp)
uang Transportasi pembelian 12 Bulan Rp 150.000 Rp. 1.800.000
bensin bahan
uang Transportasi pemasaran 12 Bulan Rp 200.000 Rp. 2.400.000
bensin produk
SUB TOTAL Rp. 4.200.000

5
Perlengkapan Penunjang
Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantitas Total
Pemakaian (Rp)
Cetak Brosur Pameran 5000 Rp. 1000 Rp. 5.000.000
lembar
Laporan dan Analisa data 11 bendel Rp. 10.000 Rp. 110.000
Penjilidan pengeluaran
dan
penghasilan
SUB TOTAL Rp. 5.110.000
JUMLAH KESELURUHAN Rp. 48.494.000

a. Penetapan Harga Jual Pemasaran

Harga jual Bio Ferin yang kami produksi kami tetapkan dengan cara

menyesuaikan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Harga jual untuk satu BIO-FERIN

botol kemasan 1000 ml yaitu Rp. 28.000.

b. Pendapatan dan Keuntungan (OMSET)

Analisa usaha dalam jangka 12 bulan (1 bulan awal persiapan 11 bulan produksi

produk) mampu melakukan produksi sebanyak 3740 botol. Dengan asumsi 5 hari kerja

dengan produksi perhari 17 botol. Tiap produk akan dijual dengan harga Rp. 28.000

dari data tersebut dapat dihitung analis usaha sebagai berikut:

Biaya variabel per unit = RP 45.780.000 / 3740 = Rp. 12240,64

 Total biaya produksi = Biaya tetap + Biaya variabel

= Rp. 2.714.000 + Rp. 45.780.000 = Rp. 48.494.000

 Penerimaan usaha = Harga x Jumlah Produksi

= Rp 28.000 x 3740 = Rp. 104.720.000

 Keuntungan usaha = Penerimaan – Biaya Total

= Rp. 104.720.000– Rp. 48.494.000

= Rp. 56.226.000

Dalam waktu 11 bulan pertama pelaksanaan diharapkan menghasilkan omset

Rp. 5.111.455 per bulan. Omset akan dioptimalkan untuk pengembangan produksi Bio

6
Ferin agar semakin meningkat baik di sektor produksi maupun pemasaran. Omset

ditahun selanjutnya akan meningkat karena modal hanya dikaluarkan untuk bahan habis

pakai (biaya variable)

c. BEP (Break Even Point)

BEP (Break Even Point) adalah suatu tingkat produksi dimana penerimaan sama

dengan pengeluaran sehingga pengusaha saat itu tidak mendapatkan keuntungan juga

tidak mendapat kerugian, perhitungan BEP produksi BIO - FERIN adalah :

 BEP harga = Total Biaya Produksi / Produksi

= Rp. 48.494.000 / 3740 = Rp. 12966,31

 BEP Produksi = Total Biaya Produksi / Harga Jual

= Rp. 48.494.000 / Rp 28.000 = 1731,9

d. R/Cratio (Revenue Cost Ratio)

R/Cratio (Revenue Cost Ratio) merupakan efisiensi usaha, yaitu ukuran

perbandingan antara penerimaan usaha (revenue = R) dengan total biaya. Dengan nilai

R/C ratio, dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak

menguntungkan. Usaha menguntungkan jika nilai R/C > 1

 R/C ratio = Total Penerimaan / Biaya Total Produksi

= Rp 104.720.000 / Rp. 48.494.000 = 2,16

Nilai R/C ration didapatkan sebesar 2,16 menunjukkan bahwa usaha

pengembangan produksi BIO-FERIN menguntungkan untuk dijalankan dan bisa

dikembangkan.

e. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara keuntungan

dengan total biaya produksi. Dalam batasan besaran nilai B/C ratio dapat diketahui

apakah suatu usaha layak atau tidak layak. Jika nilai B/C ratio > 1 maka usaha layak

dilaksanakan
7
B/C ratio = Jumlah Keuntungan / Total Biaya Produksi

= Rp. 56.226.000 / Rp. 48.494.000 = 1,16

Nilai B/C ratio didapatkan sebesar 1,16 menunjukkan bahwa usaha

pengembangan produksi BIO-FERIN menguntungkan untuk dijalankan dan bisa

dikembangkan.

1.4. RENCANA YANG AKAN DILAKUKAN

 Rencana persiapan Alat dan Bahan Baku

Langkah pertama adalah pembelian alat yang akan dilakukan setelah adanya

permodalan dana sedangkan untuk bahan baku urine akan dikumpulkan setelah adanya

kerja sama dengan warga yang memiliki ternak sapi di daerah Banyuwangi mengenai

pengumpulan urine serta kesepakan harga urine sapi/liter nya, setelah adanya

kesepakatan, warga akan disediakan jerigen untuk mengumpulkan urine yang akan kami

tampung setiap harinya. Bahan tambahan nutrisi seperti akar tamanan leguminosae dan

molase mudah untuk didapatkan di daerah Banyuwangi.

 Rencana Proses Produksi Bio Ferin

Tempat pelaksanaan produksi di daerah wongsorejo dilahan salah satu anggota

tim. Setelah bahan alat dan bahan baku siap langkah selanjutnya adalah produksi Bio

ferin hingga proses pengemasan. Produksi tersebut meliputi (1) Penampungan (2)

Penambahan Bahan Fermentor dan Nutrisi (3) Aerasi bahan (4) penampungan pada

drum (5) pengemasan. Proses produksi akan terus dievaluasi sesuai dengan studi

litelatur untuk menjamin kandungan Bio Ferin dengan mutu yang tinggi.

 Proses Pemasaran

8
Pasar yang dibidik untuk mengawali usaha ini adalah para petani jeruk di area

bangorejo Banyuwangi serta petani di daerah wongsorejo Banyuwangi yang terkenal

sebagai sentra cabai. Kemudian dikembangkan hingga luar daerah untuk meningkatkan

produktivitas bisnis Bio Ferin.

1.5. LANGKAH 1 TAHUN PERTAMA

BULAN PELAKSANAAN PJ
KETERANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PERSIAPAN AWAL N
Survei Bahan baku N+Z
Pembelian alat N
Kerja sama mitra Z
Pengumpulan bahan N+B+Z
baku
Pembelian kemasan Z
PELAKSANAAN Z
Riset Produk dan studi N+B+Z
literature
Produksi Bio Ferin N+B+Z
Pembuatan Label B
Pemasaran Produk N+B+Z
EVALUASI B
Rapat Evaluasi N+B+Z
Pelaksanaan hasil B
evaluasi
LAPORAN AKHIR B
Pembuatan laporan B
akhir

Keterangan:

 PJ : Pertanggung Jawaban
 N : Nanda
 Z : Zaini
 B : Budi

9
1.6. GAMBAR PENDUKUNG PERENCANAAN

Survei dan Tinjau Lapangan Sentra Peternakan Sapi Perah Daerah Licin Banyuwangi

Gambaran Pengumpulan Bahan Baku Urine dan Uji Coba Produksi

Bio Ferin Dalam Kemasan Sosialisasi Produk Bio Ferin

10

Anda mungkin juga menyukai