Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN BST

PEMBERIAN MAKAN PARENTERAL

Oleh kelompok 2

1. Paitri Ningsih (J230205025)


2. Ira Nur Fitriani (J230205026)
3. Nur Etikasari (J230205028)
4. Afifah Nur’aini M (J230205030)

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2020
LAPORAN BST
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

A. Pengertian
Nutrisi parenteral (PN) adalah pemberian formula nutrisi selain melalui
saluran gastrointestinal (GI). Kebutuhan nutrisi lengkap dapat diberikan
sebagai nutrisi parenteral total, atau ditambah, dan formula dapat mencakup
karbohidrat, asam amino, lipid, elektrolit dan / atau mikronutrien. Indikasi
utama PN pada penyakit akut adalah memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
gagal usus (IF/intestinal failure) akibat penyakit atau pengobatan, atau
saluran GI yang tidak dapat diakses. Ulasan ini berfokus pada memberikan
panduan praktis kepada para dokter mengenai manajemen PN pada pasien
dewasa yang sangat tidak sehat (Fetterplace, dkk., 2020)

B. Tujuan
Tujuan dari PN yaitu memastikan penyediaan nutrisi yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Indikasi utama untuk PN adalah gagal usus (IF)
karena penyakit atau pengobatan yang mendasari, atau jika saluran GI tidak dapat
diakses. Formula nutrisi yang diberikan tersebut termasuk karbohidrat, asam amino,
lipid, elektrolit dan / atau mikronutrien (Fetterplace, dkk., 2020)

C. Indikasi
Kegagalan usus (IF) dapat didefinisikan sebagai penurunan fungsi usus minimum
untuk melakukan penyerapan nutrisi dari saluran gastrointestinal (GI) untuk
menjaga kesehatan tubuh. Kegagalan usus dapat dikategorikan menjadi tipe I
(akut), tipe II (akut berkepanjangan), dan tipe III (kronis). Pasien dengan IF tipe II,
pemberian nutrisi parenteral (PN) dapat berdasarkan status nutrisi, dengan ada atau
tidaknya malnutrisi menentukan seberapa cepat PN dimulai.
1. Indeks Massa Tubuh (IMT) rendah (<20 kg jika <70 tahun atau <22 kg jika>
70 tahun)
2. penurunan berat badan yang tidak disengaja ( ≥ 5% dalam 6 bulan terakhir);

3. berkurangnya massa otot ditandai dengan : pengurangan intake nutrisi dan


suatu kondisi yang mempengaruhi penyerapan atau peradangan akibat
penyakit akut atau kronis (Fetterplace, dkk., 2020)

Kondisi spesifik meliputi (NHS Lothian, 2015) :


1. Obstruksi usus
2. Sindrom usus pendek
3. Penyakit radang seperti penyakit Crohn
4. Intoleransi, atau ketidakmampuan untuk memberikan nutrisi yang
cukup dengan nutrisi enteral sebagai bantuan untuk mengistirahatkan
usus.
PN harus dipertimbangkan dalam waktu 48 jam pada pasien rawat inap
dengan malnutrisi jika (Fetterplace, dkk., 2020) :
1. Nutrisi enteral (EN) atau nutrisi oral tidak dapat dimulai
2. EN atau asupan oral <50% dari kebutuhan (dan karenanya PN bersifat
sebagai suplemental (tambahan) dalam beberapa kasus)
3. PN kemungkinan akan terus berlanjut ≥ 3 hari. Sebaliknya, untuk
pasien dengan nutrisi baik yang mampu mentolerir sejumlah nutrisi oral
atau EN, dapat dilakukan pemantauan kemajuan perkembangan selama
7 hari dan memulai PN jika asupan nutrisi tetap kurang dari 50% dari
kebutuhan (PN suplemental). Namun eksaserbasi gizi buruk harus
menjadi pertimbangan dalam dimulainya PN.

D. Kontraindikasi
PN tidak diindikasikan pada pasien yang bergizi normal jika saluran GI
dapat diakses, fungsi dan kebutuhan nutrisi kemungkinan besar dapat
dipenuhi oleh nutrisi oral atau enteral dalam 5 - 7 hari. Ini dapat termasuk
pada pasien pasca operasi yang bergizi baik dengan kemungkinan kondisi
nutrisi membaik dalam beberapa hari atau pasien bergizi baik yang
menunggu prosedur pembedahan yang akan meningkatkan fungsi dan
aksesibilitas sistem GI.
PN harus digunakan dengan hati-hati jika ada bukti kelebihan cairan, atau
kelainan elektrolit yang parah. PN tidak boleh digunakan sebagai
tatalaksana pertama dalam kondisi seperti pankreatitis akut dan penyakit
radang usus (Fetterplace, dkk., 2020)

E. Alat
Peralatan yang dibutuhkan untuk menyiapkan PN (NHS Lothian, 2015) :
1. Bagan resep pasien
2. Kantong PN yang diresepkan
3. Stand infus
4. Troli ganti bersih
5. Set intravena PN kecuali kantong telah dilengkapi filtrasi khusus dan
sistem konektor bebas jarum.
6. Larutan PN harus dikeluarkan dari lemari es dua jam sebelum
diinfuskan untuk mencapai suhu ruangan yang mendekati.
7. Set balutan steril
8. Sarung tangan steril
9. Paket usab (swabs) yang mengandung 2% klorheksidin dalam 70%
isopropil alkohol
10. Pompa volumetrik
11. Natrium klorida 0,9% 10ml untuk injeksi
12. Spuit steril 10ml
13. Safety box

F. Prosedur
Metode akses PN adalah dengan kateter vena sentral (CVC). Bahaya utama
yang terkait dengan pemberian PN melalui CVC adalah infeksi. Oleh karena
itu pemasangan kateter hanya boleh dilakukan dengan menggunakan teknik
aseptik yang ketat. Sebelum memberi terapi PN, pastikan kebenaran obat,
dosis, tanggal dan waktu pemberian, rute/metode pemberian, validitas resep,
dan tanda tangan pemberi terapi. Set pemberian PN harus diganti tiap 24
jam sekali atau segera setelah diketahui suspek kontaminasi atau produk
dalam keadaan rusak.
1. Mencuci tangan dan menyiapkan peralatan
2. Buka paket usap (swabs) klorheksidin 2% untuk memastikan
pembersihan yang benar
3. Cuci tangan dengan sabun dan air/dengan handrub alkohol
4. Kaji area insisi untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan, infiltrasi, dan
segera.
5. Kenakan sarung tangan steril
6. Letakkan handuk steril dibawah lengan pasien
7. Bersihkan tutup jarum dengan swab 2% klorheksin, dan biarkan
mengering selama 30 detik
8. Aspirasi 5-10 ml dari garis dan kaji jika ada aliran balik darah yang
baik saat aspirasi untuk memastikan kepatenan rute pemberian PN.
9. Injeksi perlahan 10 ml natrium klorida 0,9% untuk konfirmasi
kepatenan rute pemberian PN.
10. Kaji apakah tidak ada resistensi, tidak ada rasa sakit atau
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien, tidak ada pembengkakan
yang terlihat, tidak ada kebocoran di sekitar perangkat
11. Hubungkan infus ke perangkat dan sambungkan selang ke dalam
pompa infus dan lakukan pemompaan. PN harus selalu diberikan
melalui perangkat infus.
12. Kaji area insersi dan tanyakan status kenyamanan pasien
13. Sesuaikan laju aliran sesuai ketentuan
14. Rekatkan set pemberian PN jika perlu dengan cara yang tidak memberi
beban pada perangkat, yang hal ini juga dapat merusak pembuluh
darah.
15. Lepaskan sarung tangan
16. Peralatan harus dibersihkan dan peralatan baru hanya disiapkan jika
diperlukan di akhir prosedur penginfusan.
17. Pantau laju aliran dan area perangkat sesering mungkin.

G. Contoh kasus yang berkaitan dengan prosedur tersebut (buat soal


menggunakan kaidah soal uji kompetensi)
Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan
riwayat keluhan mual dan muntah. Hasil pengkajian didapatkan keadaan umum
lemah, kesadaran composmentis, TTV : TD 100/90x/m, N 90x/m, RR 20x/m, S
37oC, TB : 156cm, BB sebelum sakit : 52kg, BB sekarang 48kg (IMT : 19,7,
normal) terjadi penurunan BB 7% dalam >6 bulan terakhir. Pasien mengeluh
makan terasa pahit dan langsung muntah jika mencoba makan, merasa nyeri jika
menelan, serta perut kembung. Pasien mengeluh tidak nyaman dengan kondisinya.

H. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul untuk mengatasi kasus diatas


1. Nausea
2. Gangguan menelan
3. Gangguan rasa nyaman
4. Risiko defisit nutrisi
5. Resiko infeksi
I. Jurnal yg relevan terkait prosedur meliputi judul jurnal, metode, hasil
dan pembahasan (minimal 2 jurnal 5 tahun terakhir)
Judul jurnal Parenteral Nutrition In Adult During Acute Illness: A
Clinical Perspective For Clinicians

Metode Nutrisi parenteral paling umum diberikan melalui perangkat


akses vena sentral (CVAD). Kateter non-tunnel, seperti kateter
sentral yang disisipkan secara perifer (PICC) atau kateter vena
sentral (CVC) yang lebih mudah dimasukkan, dan cocok
untuk penggunaan jangka pendek, menjadikannya pilihan
paling umum untuk gagal usus tipe II. Jalur lumen tunggal
(seperti kateter Hickman) dan port lebih disukai untuk
penggunaan jangka panjang. CVAD menawarkan waktu
tunggu yang lebih lama, akses yang lebih aman (mengurangi
gangguan pada pemberian nutrisi parenteral), dan mengurangi
kemungkinan komplikasi yang terkait dengan pemberian
cairan yang terkonsentrasi tinggi (hipertonik). Karena
osmolaritasnya yang tinggi, pemberian cairan PN standar
diberikan lewat vena central besar dengan aliran cepat.
Rute umum untuk penyisipan CVAD termasuk vena jugularis
internal, subklavia atau femoralis, meskipun akses torso
bagian atas umumnya disukai untuk penempatan CVAD
jangka panjang.

Hasil Pemantauan parameter klinis, laboratorium, dan metabolik


pada gagal usus akut sangat penting untuk penyediaan
dukungan nutrisi yang aman. Ketika diberikan kepada pasien
dengan gagal usus yang tepat pada waktunya dan dengan cara
yang dipertimbangkan, nutrisi parenteral telah terbukti aman,
meningkatkan parameter nutrisi dan mengurangi komplikasi
yang terkait dengan malnutrisi.

Pembahasan Indikasi dan tujuan nutrisi parenteral harus diidentifikasi


dengan jelas pada saat akan dimulai, dan dikai secara berkala
untuk memastikan penyediaan nutrisi yang memadai sambil
meminimalkan risiko komplikasi (atau paling tidak,
memungkinkan deteksi dan manajemen dini). Oleh karena itu,
rejimen nutrisi parenteral umumnya didasarkan pada
pemenuhan kebutuhan energi secara keseluruhan, untuk
menghindari overfeeding, dan kemudian persyaratan
makronutrien dan mikronutrien lainnya. Jika tidak ada risiko
sindrom pemberian makan ulang atau masalah metabolik
lainnya, mungkin tepat untuk memulai dilakukan parenteral
nutrisi pada tingkat target dengan pemantauan ketat. Biasanya
kecepatan infus bervariasi antara 40 dan 150 mL / jam,
meskipun infus siklik bisa setinggi 300 mL / jam. Dalam
kasus ini, disarankan untuk melakukan perkembangan
bertahap dengan pemantauan ketat.
Judul jurnal Administration Of Parenteral Nutrition Procedure
(Adult In Patient)
Metode Metode akses paling umum adalah kateter vena sentral.

Hasil Selama pemberian makan intravena perlu dilakukan


pemantauan untuk mendeteksi dan meminimalkan
komplikasi. Setelah pemberian makan ditetapkan dan
pasien stabil secara biologis, frekuensi pemantauan
dapat dikurangi jika kondisi klinis pasien
memungkinkan. Pemantauan pasien tambahan seperti
pengumpulan urin 24 jam untuk urea urin, nitrogen dan
serum zinc dapat dilakukan jika diindikasikan, misalnya
pada malnutrisi berat. Nutrisi parenteral tidak boleh
dihentikan sampai pemberian makanan melalui oral atau
enteral sudah mapan. Pasien perlu mengonsumsi
minimal 50% dari kebutuhan nutrisinya melalui jalur
enteral. Semua anggota tim multidisiplin harus
dilibatkan dalam keputusan untuk memberhentikan PN

Pembahasan Pastikan akses intravena telah disetujui untuk digunakan


dan didokumentasikan dalam catatan perawatan. Ada
risiko infeksi yang lebih besar jika semakin sering
saluran dimanipulasi. Pastikan bahwa pasien diberikan
obat yang benar dalam penggunaan dosis yang
ditentukan dan dengan rute yang benar untuk
melindungi pasien dari bahaya. Pemasangan kateter
hanya boleh dilakukan dengan menggunakan teknik
aseptik yang ketat. Kateter yang dilapisi kulit adalah
kateter pilihan untuk nutrisi jangka panjang. Jumlah
lumen akan tergantung pada akses vena perifer pasien
dan jumlah terapi tambahan yang diperlukan. Jika vena
dianggap tidak memadai maka kateter lumen ganda atau
tripel harus dipasang. Jika tidak ada pilihan lain selain
menggunakan kateter multi-lumen, maka satu lumen
harus digunakan secara eksklusif untuk PN. Lumen
yang diidentifikasi untuk penggunaan PN eksklusif
harus diberi label yang jelas. Kateter vena sentral
dengan penempatan ujung di vena kava superior
diperlukan karena larutan nutrisi parenteral bersifat
hiperosmolar dan ada risiko tromboflebitis yang
berhubungan dengan pemberian makan ke vena perifer.
Kateter atau lumen kateter yang digunakan untuk
pemberian PN hanya boleh digunakan untuk tujuan
eksklusif tersebut dan pemberian obat lain atau infus
harus dihindari. Jika pemberian obat tambahan, produk
darah atau pembacaan CVP diperlukan, maka ini harus
dilakukan dengan menggunakan lumen terpisah atau
perangkat periferal terpisah. Advis apotek harus dikaji
jika pemberian obat melalui lumen terpisah untuk
memastikan kompatibilitas dengan larutan PN.

J. Referensi
-. (2018). Administration Of Parenteral Nutrition Procedure (Adult In Patient).
Clinical Policy Advisor/ Nutrition Nurse Specialist NHS Lothian. Retrieved from :
https://policyonline.nhslothian.scot/Policies/Procedure/Administration%20of
%20Parenteral%20Nutrition.pdf
Fetterplace, K., D. Holt, A. Udy, and e,Ridley. (2020). Parenteral Nutrition
In Adult During Acute Illness: A Clinical Perspective For Clinicians.
Internal Medicine Journal. Retrieved from :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32270615/

Anda mungkin juga menyukai