Oleh:
VILLY LIZA A (J210160030)
FEBINA FITRI K (J210160031)
ANIS HARYANI (J210160032)
FARIDHA D (J210160034)
MELINDA KRISTIYANI (J210160035)
DYAH INDRIANI (J210160036)
APRINA INDAH HAPSARI (J210160037)
SHABIL FEBRIAN (J210160038)
NOOR RAHAYU (J210160040)
FINA LISNAWATI (J210160041)
AGUNG NUR JIHAD (J210160044)
FUAD ADIB TRI R (J210160045)
NUR ELIYUN (J210160046)
BALQIS MAHARANI (J210160048)
EKA AGUSTIN (J210160049)
DANY SETIA P (J210160063)
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Laporan Kasus Skizofrenia Tak Terinci di
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat dan salam selalu terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Dengan terselesainya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Arif Widodo, S.Kp., dan Ibu Chlara Yunita., S.Kep.,Ns.,MSN selaku
dosen pembimbing mata kuliah keperawatan jiwa yang telah membimbing
penulis dalam penyusunan makalah ini.
2. Bapak/Ibu selaku CI bangsal Sena, Dewi Kunti, Kresna dan Arjuna yang telah
memfasilitasi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Pihak-pihak yang telah membantu baik itu secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dapat memberikan motivasi bagi kami dalam
pembuatan makalah berikutnya. Semoga Allah Swt. senantiasa meridhoi segala usaha
kita. Amin. Terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul 1
Kata Pengantar
2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Skizofrenia 4
B. Etiologi 5
D. Klasifikasi 8
E. Obat-obatan 10
C. Pengobatan 14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi
otak. Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit
neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan
perilaku sosialnya (Neurogical disease that affects a person’s perception,
thinking, language, emotion, and social behavior) (Yosep, 2009).
Lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi.
Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi, tetapi sebagian besar pasien dengan
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar.
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul
sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang.
Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang
(Baihaqi, 2007).
Halusinasi merupakan persepsi yang salah pada semua rasa: pasien
merasakan suara atau bau meskipun sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi
(Craig, 2009)..
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah
halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds). Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada, pasien merasa ada suara padahal tidak ada
stimulus suara (Varacolis, 2006).
Halusinasi yang paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran
tetapi dapat juga berupa halusinasi penglihatan, penciuman, dan
perabaan.Halusinasi pendengaran (paling sering suara, satu atau beberapa orang)
dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa–peristiwa sekitar
pasien. Suara–suara yang paling sering diterima pasien sebagai sesuatu yang
berasal dari luar kepala pasien (Elvira, 2010).
Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus yang sebenarnya tidak
ada. Pada pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien merasa ada suara,
padahal tidak ada stimulus suara (Yosep, 2009).
4
Suara pada halusinasi dengar, suara dapat berasal dari dalam diri individu
atau dari luar dirinya.Suara dapat dikenal (familiar) misalnya suara nenek yang
meninggal.Suara dapat tunggal atau multipel.Isi suara dapat memerintahkan
sesuatu pada klien atau seringnya perilaku klien sendiri.Klien merasa yakin
bahwa suara itu berasal dari tuhan, setan, sahabat, atau musuh. Kadang-kadang
suara yang muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti (Yosep,
2009).
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
b. Faktor Sosiokultural
5
kesenangan sesaat dan lari dalam alam nyata menuju alam khayal
(Yosep, 2009).
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
2. Faktor Presipitasi
Perilaku
7
C. TANDA GEJALA
Menurut (Keliat, Wiyono, & Herni, 2015) gejala-gejala skizofrenia adalah
sebagai berikut:
1. Gejala positif
a. Waham: Keyakinan yang salah, tidak sesuai kenyataan, dipertahankan
dan disampaikan berulang-ulang (waham kejar, waham curiga, waham
kebesaran).
b. Halusinasi: gangguan penerimaan pancaindera tanpa ada stimulus
eksternal (halusinasi pendemgaran, penglihatan, pengecapan, penciuman,
dan perabaan).
c. Perubahan arus pikir:
1) Arus pikir terputus: dalam pembicaraan tiba-tiba tidak dapat
melanjutkan isi pembicaraan.
2) Inkoheren: berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara
kacau).
3) Neurologisme: menggunakan kata-kata yang dimengerti diri sendiri,
tetapi tidak dimengerti oleh orang lain.
4) Perubahan Perilaku seperti
Hiperaktif: Perilaku motorik yang berlebihan.
Agitasi: perilaku yang menunjukkan kegelisahan.
Iritabilitas: mudah tersinggung.
2. Gejala Negatif
a. Sikap masa bodoh (apatis)
b. Pembicaraan terhenti tiba-tiba (blocking)
c. Menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial)
d. Menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari.
D. KLASIFIKASI
Tipe-tipe skizofrenia menurut (Zahnia & Sumekar, 2016) terdiri dari:
1. Skizofrenia Paranoid
Ciri utamanya adalah adanya waham kejar dan halusinasi audiotorik namun
fungsi kognitif dan afek masih baik.
2. Skizofrenia Katatonik
8
Ciri utamanya adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
motoric immobility, aktivitas motorik berlebihan, negativesm yang ekstrim
serta gerakan yang tidak terkendali.
3. Skizofrenia Hebefrenik (tak terorganisasi)
Ciri utamanya adalah pembicaraan yang kacau, tingkah laku kacau dan afek
yang datar atau inappropiate.
4. Skizofrenia Residual (kronis)
Paling tidak pernah mengalami satu episode skizofrenia sebelumnya dan saat
ini gejala tidak menonjol.
5. Skizofrenia tak terinci (simplexks)
6. Gejala tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik, maupun
katatonik
9
E. PENGOBATAN
No Obat Fungsi Indikasi Kontra indikasi Rute
. pemberian
1. Risperidon Obat yang digunakan Digunakan untuk Kolesterol tinggi, Oral
untuk menangani pasien dengan leukosit rendah,
gangguan mental dengan gangguan disfagia, gangguan
gejala psikosis seperti Skizofrenia, keseimbangan CA
skizofrenia dan bipolar. bipolar, alzheimer payudara, angina,
Selain itu obat antipsikotik dan gangguan stroke, diabetes,
ini juga digunakan untuk tingkah laku gangguan pada
Alzaimer dan gangguan jantung.
tingkah laku.
2. Trihexypnid Obat untuk mengobati Pasien dengan Pengguna morphin, Oral
il gejala penyakit Parkinson gejala penyakit hipertensi, penyakit
atau gerakan lainnya yang Parkinson, merasa ginjal, penyakit
tidak bisa dikendalikan, kaku otot karena hati, penyumbatan
yang disebaban oleh efek obat antipsikotik. saluran kencing,
samping dari obat sumbatan saluran
psikiatrik tertentu. cerna, glukoma.
3. Chloropom Obat untuk menangani Pasien dengan Pasien dengan Oral
azine gejala psikosis pada gejala halusinasi, dimensia, glukoma,
skizofrenia (perilaku perilaku agresif penyakit
agresif yang yang Parkinson, riwayat
membahayakan diri membahayakan diri asma, penyakit
sendiri dan orang lain), sendiri dan orang jantung, untuk
halusinasi. Selain itu lain,mual, muntah, pasien anak-anak
digunakan untuk cekugan. hindari
menangani mual, muntah, penggunaan pada
dan cegukan yang tak pasien dengan
kunjung berhenti sindrom reye.
4. Clozapine Obat yang digunakan Penderida Pasien jantung, Oral
untuk mengurangi resiko Parkinson. gangguan kelenjar
bunuh diri. prostat, penyakit
10
ginjal, diabetes,
glukoma, gangguan
pernafasan, post op
pada bagian usus.
5. Olanzapin Obat yang digunakan Pasien dengan Pasien dengan Oral , IM
untuk mengobati skizofrania, riwayat
gangguan jiwa atau bipolar, dan penggunaan
suasana hati tertentu depresi. narkotika, riwayat
(seperti skizofrenia, stroke, aritmia, CA
gangguan bipolar). payudara,
hipertensi,
kolesterol tinggi,
glukoma, diabetes.
6. Diazepam Obat yang mempengaruhi Pasien dengan Pasien dengan Oral ,
system saraf otak dan gejala amuk, riwayat pecandu rektal , IM
memberikan efek insomnia, cemas, narkotika dan / IV
penenang. Obat ini skizofrenia. alcohol, penderita
digunakan untuk gangguan
mengatasi gangguan pernafasan,
kecemasan, insomnia, gangguan ginjal
kejang, dan obat bius dan glukoma.
sebelum operasi.
(Sumber: stuart,2007)
11
BAB II
12
rata klien di bangsal arjuna berusia 20 tahun – 50 tahun. Lama klien dirawat
berkisar 14 – 30 hari.
Dari keempat bangsal Sadewa, Sena Kresna dan Srikandi paling
banyak yang diderita pasien adalah dengan diagnosa schizofrenia tak terinci,
sehingga dari kelompok sepakat untuk mengambil diagnosa schizofrenia tak
terinci dengan faktor pendukung lainnya :
Pembahasan :
1. tanda dan gejala pasien yang mengalami skizofrenia tak terinci di bangsal sena
sudah sesuai dengan teori empiris, (Sumber : Yosep, 2009)
2. Pada diagnosa medis skizofrenia paranoid ada beberapa tanda gejala yang tidak
sesuai antara yang dialami pasien dengan teori yang ada. Yang tidak dialami
pasien adalah pasien tidak merendahkan, tidak ada pikiran dan perilaku bunuh
diri.
C. PENGOBATAN
15
obat tergantung pada timbulnya gejala saat pemeriksaan dan tergantung pada
proses pembayaran administrasi rumah sakit yaitu melalui BPJS atu UMUM.
Intervensi
16
Pembahasan : intervensi yang dilakukan untuk mengurangi perilaku yang
membahayakan diri pasien dan orang lain. Serta memberi motivasi
kepasa pasien untuk mengendalikan emosi saat marah.
Intervensi
17
Pembahasan : intervensi dilakukan untuk mengetahui penyebab
pasien mengalami harga diri rendah. Kemudian memberikan
dukungan kepada pasien agar mau bersosialisasi dengan orang
disekitarnya.
Intervensi
18
Rasional : supaya pasien dapat mandiri untuk merawat diri, tidak
bergantung pada orang lain.
Sumber : NIC Edisi 6 hal. 506, NOC Edisi 5 hal. 603
Pembahasan : intervensi dilakukan untuk meningkatkan kesdaran
pasien dalam merawat diri. Memberikan perbandingan keuntungan
dan kerugian perawatan diri (mandi) sehingga timbul motivasi pasien
untuk merawat diri.
Pembahasan:
20
2. Pasien tidak sedang halusinasi, depresi, dan keluhan lainnya
3. Kebutuhan pasien (makan, minum, obat, tidur, dll) sudah terpenuhi
4. Lingkungan mendukung (suasana tenang)
No Nama Tugas
1. Fuad Adib Membuat laporan pendahuluan, mencari jurnal
2. Nur Eliyun Membuat laporan pendahuluan, mencari jurnal
3. Balqis Maharani Membuat Outline Presus, mencari jurnal
4. Eka Agustin Membuat Outline Presus, mencari jurnal
5. Dani Setya Membuat Power Point, mencari jurnal
22
BAB III
RESUME KASUS
Umur : 30tahun
Alamat : sukoharjo
Pendidikan : SLA
Pasien hansen berusia 30 tahun dirawat di bangsal sena RSJD Dr. Arif Zainudin dengan
diagnosa medis skizofrenia takterinci. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya. Menurut catatan rekam medis, pasien sudah pernah dirawat di RSJD
surakarta sebanyak 21 kali. Pasien sering dirawat di RSJ karena sering berbicara dan
senyum² sendiri. Hari ini saat dilakukan pengkajian adalah hari ke 50 pasien di rawat.
Pasien bercerita awal mula dirawat karena bingung, sering berbicara dan senyum²
sendiri. Pasien bercerita bahwa pasien pernah mengendarai motor lalu melihat singa
warna merah menyebrang di tengah jalan. Pasien bercerita bahwa pasien pernah
melakukan pembunuhan kepada orang melintas di sekitar rumahnya di dekat hutan.
Pasien juga bercerita bahwa pasien pernah kecelakaan hingga kakinya patah. Pasien
mengaku bahwa saat di rumah dia bekerja sebagai kuli penggiling beras keliling. Pasien
terlihat rajin sekali mandi dan pasien bercerita bahwa kemarin pasien mandi dibawah
kran selama 1 jam. Pasien mengatakan bahwa pasien rindu dengan keluarganya dan
ingin cepat pulang. Pasien kooperatif tetapi masih sering mondar mandir dan senyum²
sendiri terkadang berbicara kacau. Pasien sering mengajak mengobrol pasien yang lain
dan menjalin hubungan baik dengan pasien yang lain.
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan menurut catatan rekam medis adalah
halusinasi.
Tindakan yang sudah dilakukan adalah cara mengendalikan halusinasi dan terapi obat
chlorpomazine, triheksilpenidil, dan risperidon.
Pasien untuk saat ini sudah kooperatif tetapi terkadang bicaranya masih kacau dan
mondar mandir.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M, Howard K. Butcher, Joanne M. Doctherman dan
Cheryl M. Wagner. 2016. Nursing Interventions Classificationn
(NIC). Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd.
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L. Maas dan Elizabeth Swason.
2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Singapore: Elsevier
Singapore Pte Ltd.
Nanda International 205. Diagnosis Keperawatan. Jakarta. Penerbit: Buku
Kedokteran EGC.
NANDA. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi
10. Jakarta: EGC.
Ni Wayan Desy Lestari. 2013. Terapi Resperidone pada Skizofrenia
Paranoid: Sebuah Laporan Kasus.
Stuart, G. W . 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC
Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes.
Makassar: MMN Publishing.
Iyus Yosep. 2009. Keperawatan jiwa. PT Refika Aditama
Baihaq, N. 2007. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan. Bandung : Refita
Aditama.
Craig, T. D. 2009. ABC kesehatan Mental. Jakarta : EGC
Varacolis, E. M., Carson. V. B & Shoemaker, N. C. 2006. Foundations of
psychiatric Mental Health Nursing, 5thEditioins. Saulers Elsevier,
USA
Elvira. Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Badan Penerbit FK UI. Jakarta.
24
25