Anda di halaman 1dari 23

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kapuskesad


PUSAT KESEHATAN Nomor Kep / / II / 2019

Tanggal Februari 2019

TATACARA MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN


BAGI PERSONEL MILITER DAN PNS TNI AD

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Seluruh personel TNI AD baik Militer dan PNS maupun keluarganya, yang
merupakan warga Negara Indonesia berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya beserta keluarganya. Dalam hal ini termasuk hak
atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan serta berhak atas jaminan pada saat nanti sudah menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya sebagaimana
yang dicantumkan dalam pasal 25 ayat 1 tentang deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM)
atau Universal Independent of Human Right yang dicetuskan pada tanggal 10 Desember
1948 .

b. Sesuai resolusi WHA (World Health Assembly) ke 58 tahun 2005 di Jenewa


dimanadisebutkkan setiap negara perlu mengembangkan UHC (Universal Health
Coverage) melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial untuk menjamin pembiayaan
kesehatan yang berkelanjutan. Pencapaian UHC melalui mekanisme asuransi sosial agar
pembiayaan kesehatan dapat dikendalikan sehingga keterjaminan pembiayaan kesehatan
menjadi pasti dan terus menerus tersedia yang pada gilirannya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (sesuai sila ke-5 Pancasila) dapat terwujud.
c. Untuk mewujudkan komitmen global dari konstitusi tersebut, yang diperkuat
denganUUD 1945 pasal 28 H dan pasal 34 pemerintah bertanggung jawab atas
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Asuransi Kesehatan Sosial atau
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) bagi kesehatan perorangan yang diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang implementasinya dimulai 1
Januari 2014. Hal ini juga diperkuat kenyaataan bahwa sampai saat ini hanya sebagian
kecil masyarakat Indonesia yang memiliki jaminan kesehatan disamping manfaat yang
diberikan atas jaminan kesehatan yang sudah ada beragam bentuknya sehingga perlu
sinkronisasi penyelenggaraannya agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas
serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap pesertanya dengan melalui suatu
Sistem Jaminan Sosial Nasional.

d. Pelajaran Tata Cara Mendapatkan Yankes bagi Personel Militer dan PNS
TNI penting diberikan pada Perwira Siswa , karena sebagai seorang Pama harus paham
dan menguasai tentang program JKN yang wajib untuk diikuti nantinya oleh seluruh warga
negara Indonesia, dan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas di kesatuan.

RAHASIA
2

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah
satu bahan ajaran bagi Pendidikan Perwira TNI AD.

b. Tujuan. Agar Perwira Siswa mengerti tata cara mendapatkan Yankes bagi
personel militer dan PNS TNI AD sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan
b. Ketentuan Umum Pelayanan Kesehatan
c. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
d. Hal – hal yang perlu diperhatikan
e. Fasilitas Kesehatan
f. Penutup

4. Pengertian.

a. Jaminan Kesehatan. Adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar


peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran jaminan kesehatan atau iuran jaminan kesehatannya dibayarkan oleh
pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

b. Peserta. Setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia yang telah membayar iuran.

c. Pekerja. Setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

d. Pekerja Penerima Upah. Setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja
dengan menerima gaji atau upah.

e. Pekerja Bukan Penerima Upah. Setiap orang yang bekerja atau berusaha
atas resiko sendiri.

f. Pemberi Kerja. Orang perserorangan, pengusaha, badan hukum atau


badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang
memperkerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.

g. Gaji atau Upah. Hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayar
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan.

h. Pekerja Bukan Penerima Upah. Pekerja di luar hubungan kerja atau


pekerja mandiri
3

BAB II
KETENTUAN UMUM PELAYANAN KESEHATAN

5. Umum.

a. Setiap saat semua manusia termasuk personel Militer dan PNS TNI AD
beserta keluarganya sangat berpotensi mengalami resiko, antara lain dapat terjadi sakit
berat, menjadi tua dan pensiun, tidak ada pendapatan masa hidup bisa panjang,
sementara dukungan anak/keluarga lain tidak selalu ada dan tidak selalu cukup.Pada
umumnya masyarakat Indonesia masih berpfikir praktis dan jangka pendek sehingga
belum ada budaya menabung untuk dapat menanggulangi apabila ada musibah
sakit.Masyarakat kita umumnya belum “insurance minded” terutama dalam asuransi
kesehatan. Hal ini mungkin premi asuransi yang ada (komersial) mahal atau memang
belum paham manfaat dari asuransi. Dengan demikian untuk menjamin agar semua
resiko tersebut dapat teratasi tanpa adanya hambatan financial maka Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
bersifat nasional, wajib, nirlaba, gotong royong, ekuitas dan lain-lain merupakan jalan
keluar untuk mengatasi resiko yang mungkin terjadi dalam kehidupan kita.

b. Asuransi kesehatan mengurangi resiko masyarakat menanggulangi biaya


kesehatan dari kantong sendiri / out of pocket, dalam jumlah yang sulit diprediksi dan
kadang-kadang memerlukan biaya yang sangat besar. Untuk itu diperlukan suatu jaminan
dalam bentuk asuransi kesehatan karena peserta membayar premi dengan besaran tetap.

c. Dengan demikian pembiayaan kesehatan ditanggung bersama secara


gotong royong oleh keseluruhan peserta, sehingga tidak memberatkan secara orang per
orang yang dalam hal ini asuransi kesehatan saja tidak cukup. Untuk itu diperlukan
Asuransi Kesehatan Sosial (Askes Sos) atau Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dikarenakan premi asuransi komersial relatif tinggi sehingga tidak terjangkau bagi
sebagian besar masyarakat disamping manfaat yang ditawarkan umumnya terbatas.

d. Untuk lebih memahami tentang Jaminan Kesehatan Nasional / Asuransi


Kesehatan Sosial dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional perlu pemahaman beberapa
istilah yang berkaitan dengan asuransi tersebut yaitu :

1) Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang


bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas resiko
sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN nomor
40 tahun 2004).

2) Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan


program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan.

3) Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin


seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

4) Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan


kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
4

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan


kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.

5) Jaminan Kesehatan di lingkungan TNI AD yaitu program pelayanan


kesehatan bagi anggota TNI AD, PNS dan keluarganya yang dilaksanakan di fasilitas
kesehatan TNI AD maupun Non TNI AD bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang
operasional terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014

6. Keuntungan Asuransi Kesehatan Sosial / Jaminan Kesehatan Nasional.


Asuransi Kesehatan Sosial / Jaminan Kesehatan Nasional memberikan beberapa
keuntungan bagi pesertanya sebagai berikut :
.
a. Memberikan manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau.

b. Asuransi kesehatan sosial menerapkan prinsip kendali biaya dan mutu yang
berarti peserta bisa mendapatkan pelayanan bermutu serta memadai dengan biaya yang
wajar dan terkendali, bukan “terserah dokter” atau terserah “rumah sakit”.

c. Asuransi kesehatan sosial menjamin sustainabilitas (kepastian pembiayaan


pelayanan kesehatan yang berkelanjutan).

d. Asuransi kesehatan sosial memiliki portabilitas, sehingga dapat digunakan di


seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melindungi seluruh warga, kepesertaan
asuransi kesehatan sosial /Jaminan Kesehatan Nasional bersifat wajib.

7. Mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial / Jaminan Kesehatan Nasional. PT.


ASKES ( Asuransi Kesehatan Persero ) bertransformasi menjadi BPJS kesehatan dimulai
tanggal 1 Januari 2014 sesuai UU No 24 tahun 2011 tentang BPJS, khusus untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Perbedaan antara Askes dan BPJS
Kesehatan yang sangat kentara adalah dari system layanan kesehatan, untuk BPJS
kesehatan, layanan kesehatan menggunakan system berjenjang, artinya jika berobat
harus dimulai dari Faskes Tk. I. Sedangkan PT. Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS
ketenagakerjaan dengan fungsi dan tugas meliputi;

- Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)


- Jaminan Hari Tua (JHT)
- Jaminan Kematian (JK )
- Jaminan Pensiun (JP)

a. Tujuannya adalah mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan


kesehatan yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya sebagai
pemenuhan kebutuhan dasar hidup pendududk Indonesia.

b. Kelebihan sistem asuransi sosial dibandingkan dengan asuransi komersial


antara lain:

1) Asuransi Sosial kepersertaan bersifat wajib (untuk semua penduduk),


non profit, manfaat komprehensif, berpotensi mencakup 100 % penduduk
(universal coverage) dan relatif dapat menekan peningkatan biaya
pelayanan kesehatan.
5

2) Asuransi Komersiil kepersertaan bersifat suka rela, profit, manfaat


sesuai dengan premi yang dibayarkan.

8. Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan


Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu :

a. Prinsip kegotongroyongan. Gotong - royong sesungguhnya sudah


menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu
akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang
mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang
sakit atau yang beresiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini
terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk tanpa pandang
bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotongroyong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan
peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil
pengembangannya, akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

c. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan


efektivitas. Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

d. Prinsip portabilitas. Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk


memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar


seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat
wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama
dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dapat mencakup seluruh rakyat.

f. Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan
dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraanpeserta.

g. Prinsip hasil pengelolaan. Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya


untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

9. Pentahapan Kepesertaan. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan


secara bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit
meliputi PBI Jaminan Kesehatan, Anggota TNI/PNS di lingkungan Kementerian
Pertahanan dan anggota keluarganya, Anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota
keluarganya, peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota
keluarganya serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota
keluarganya.
6

10. Kepesertaan. Peserta BPJS Kesehatan meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Kesehatan dan bukan PBI Kesehatan dengan rincian sebagai berikut:

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas :
1) Pekerja Penerima Upah (PPU) dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Anggota TNI
c) Anggota Polri
d) Pejabat Negara
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
f) Pegawai Swasta dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a) sampai dengan huruf f)
yang menerima Upah.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:


a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf 1) yang bukan penerima
Upah
c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf 1) dan huruf 2),
termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:


a) Investor
b) Pemberi Kerja
c) Penerima Pensiun
d) Veteran
e) Perintis Kemerdekaan
f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a) sampai dengan
huruf e) yang mampu membayar iuran.

4) Penerima pensiun terdiri atas:


a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
d) Penerima Pensiun selain huruf a), huruf b) dan huruf c)
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a) sampai dengan huruf d) yang mendapat hak
pensiun.

5) WNI di Luar Negeri. Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang


bekerja di luar negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
7

c. Peserta yang terkena PHK (pemutusan hubungan kerja) berdasarkan UU no


40 tahun 2004 tentang SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) dan Peraturan Presiden
No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan yang membahsa soal karyawan yang
mengundurkan diri atau mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjelaskan
bahwa karyawan yang mengalami PHK masih tetap memperoleh manfaat jaminan
kesehatan paling lama 6 (enam) bulan sejak di PHK tanpa membayar iuran (iuran masih
menjadi tanggung jawab perusahaan yg melakukan PHK). Selama 6 bulan karyawan
harus secepatnya melakukan perubahan kepesertaan , jika setelah 6 bulan belum
mendapatkan pekerjaan dan tidak mampu membayar iuran bulanan BPJS maka bisa
lapor ke dinas social setempat untuk menjadi peserta BPJS PBI.

11. Pendaftaran Peserta. Peserta BPJS Kesehatan terbagi menjadi 2 kelompok


besar berdasarkan asal pembiayaan. Kelompok pertama adalah PBI ( Penerima Bantuan
Iuran) yang etiap bulan iuran ditanggung oleh pemeritnah dan Kelompok kedua adalah
Non PBI, peserta kategori ini mendaftarkan diri secara kolektif keluarga atau individu dan
setiap bulannya dibebai iuran berdasarkan kelas yang dipilih.

a. Syarat Pendaftaran BPJS Kesehatan Mandiri :


1) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP)
2) Foto copy KK ( Kartu Keluarga )
3) Foto copy KTP/Paspor masing – masing 1 lembar
4) Foto copy Buku tabungan dari penanggung iuran yang harus ada
pada KK
5) Paspfoto berwarna dengan ukuran 3x4 satu lembar
Setelah mndaftarkan secara mandiri, calon peserta akan mendapatkan
Nomor Virtual Account (VA) untuk pmbayaran di Bank yang bekerja sama
seperti BRI, Mandiri dan BNI atau bisa juga bayar di gerai minimarket
terdekat.Bukti pembayaran berupa struk/resi transfer dibawa ke kantor
cabang BPJS kesehatanuntuk mencetak kartu JKN.

b. Pendaftaran BPJS Kesehatan untuk PBI. Orang yang masuk dalam


golongan tidak mampu tidak bisa mendaftar sendiri. Pemerintah akan menunjuk Badan
Puat Statistik untuk merilis data orang yang kurang mampu, daftar ini digunakan sebagai
bahan acuan untuk pemberian kartu JKN yang biasanya langsung dikirim oleh POS atau
dikolektifkan ke desa atau RT/RW setempat.
c. Pendaftaran Peserta PPU ( Pekerja Penerima Upah ), khususnya TNI
Polri.
1) TNI Polri, Syarat daftar BPJS Kesehatan adalah mengisi Formulir Daftar
Isian Peserta dengan melampirkan pasfoto 3x4 ( kecuali bagi anak usia
Balita ) dan menunjukan dokumen sebagai berikut :

a) Asli/fotocopy SK kepangkatan terakhir


b) Asli/fotocopy Daftar gaji yang dilegaisasi oleh pimpinan unit
kerja
c) Asli/fotocopy KU 1 yang dilegalisasi
d) Asli/foto copy KK ( Kartu Keeluarga ) dan KTP ( diutamakan
KTP elektronik )
e) Foto copy surat nikah
8

f) Foto copy akte kelahiran anak/ surat keterangan lair /SK


Pengadilan Negeri untuk satu anak angkat yang ditanggung
g) Surat Keterangan dari sekolah / perguruan tinggi ( bagi anak
berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun)

2) Pegawai Negeri Sipil, Syarat daftar BPJS Kesehatan adalah mengisi


Formulir Daftar Isian Peserta yang ditandatangani oleh pimpinan unit kerja
dan stempel unit kerja dengan melampirkan pasfoto 3x4 ( kecuali bagi anak
usia Balita ) dan menunjukan dokumen sebagai berikut :

a) Asli/fotocopy SK PNS terakhir


b) Asli/fotocopy Daftar gaji yang dilegaisasi oleh pimpinan unit
kerja
c) Asli/fotocopy KP 4 yang dilegalisasi
d) Asli/foto copy KK ( Kartu Keeluarga ) dan KTP ( diutamakan
KTP elektronik )
e) Foto copy surat nikah
f) Foto copy akte kelahiran anak/ surat keterangan lair /SK
Pengadilan Negeri untuk satu anak angkat yang ditanggung
g) Surat Keterangan dari sekolah / perguruan tinggi ( bagi anak
berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun)

12. Tempat Pendaftaran.

a. Melalui kantor BPJS Kesehatan


1) Alamat kantor ada di www.bpjs-kesehatan.go.id
2) Pilih menu info peserta

b. Melalui Web www.bpjs-kesehatan.go.id


c. Melalui Mobile Customer Service BPJS Corner

13. Prosedur Pendaftaran.

a. Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan Nasional sebagai


peserta kepada BPJS Kesehatan.
b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan
diri sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya
sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.

14. Hak dan Kewajiban. Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan
mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut :

a. Hak peserta
1) Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti syah untuk memperoleh
pelayanan kesehatan
9

2) Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta


prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
4) Menyampaikan keluhan / pengaduan, kritik dan saran secara lisan
atau tertulis ke kantor BPJS Kesehatan
b. Kewajiban peserta
1) Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana untuk anggota TNI
didaftarkan oleh personalia dan iuran dipotong langsung dari gaji
2) Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,
perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat
pertama
3) Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan
oleh orang yang tidak berhak dan mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan
kesehatan.

15. Mekanisme Peserta Terdaftar.

a. Untuk pertama kali setiap peserta termasuk personel militer dan PNS TNI
AD didaftarkan oleh BPJS Kesehatan pada satu Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
TNIAD yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

b. Dalam jangka waktu paling sedikit 3 ( tiga ) bulan selanjutnya peserta berhak
memilih Fasilitas Kesehatan tingkat pertama TNI AD atau non TNI AD yang diinginkan bila
terkendala jarak di tempat domisili berada.

c. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan


tingkat pertama tempat peserta terdaftar.

16. Masa Berlaku.Masing-masing kepesertaan memiliki aturan yang berbeda :

a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) berlaku seimur hidup atau peserta
yang berangkutan meninggal dunia, jika Pemerintah tidak membayar ke BPJS Kesehatan
maka akan menjadi utang piutang antara Pemerintah dengan BPJS Kesehatan.

1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang


bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta.
2) Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran
atau meninggal dunia.

3) Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatasakan diatur oleh


Peraturan BPJS Kesehatan.
10

b. Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU). Berlaku seumur hidup atau


peserta yang bersangkutan meninggal dunia, jika Peserta yang besangkutan tidak
membayar iuran maka akan menjadi utang piutang antara Peserta dengan BPJS
Kesehatan.

c. Peserta dari Perusahaan /pekerja/Peserta Penerima Upah (PPU) sesuai


dengan UU SJSN 40/2004 dan Perpres 12/2013 bila seseorang di PHK maka
kepesertaannya masih berlaku sampai 6 bulan kemudian tanpa membayar premi ( Premi
masih menjadi tanggungan Perusahaan yang me PHK) bila sebelum 6 bulan peserta
tersebut sudah menjadi karyawan d Perusahaan baru maka premi akan menjadi
tanggungan perusahaan baru tersebut, namun setelah 6 bulan masih belum mendapatkan
pekerjaan maka lapor ke Dinsos untuk dinilai dan dimasukan dalam data sebagai PBI dan
akan di up date setiap 6 bulan.

17. Iuran.

a. Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara


teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16 Perpres nomor 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan). Untuk peserta
PBI dibayar oleh Pemerintah, peserta pekerja penerima upah dibayar oleh pemberi kerja
dan pekerja, iuran bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
dibayar oleh peserta yang bersangkutan.

b. Iuran untuk peserta PPU (Pekerja Penerima Upah) yang terdiri dari PNS,
anggota TNI, Polri, Pejabat Negara dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
sebesar 5 % dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) 3 % dibayar oleh pemberi kerja (Pemerintah)


2) 2 % dibayar oleh Peserta

c. Jumlah peserta dari anggota keluarga yang ditanggung oleh Jaminan


Kesehatan bagi pekerja penerima upah paling banyak 5 (lima)orang yaitu:
1) Istri atau suami yang sah dari Peserta
2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria:

a) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai


penghasilan sendiri
b) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia
25 (duapuluh lima) tahun yang masihmelanjutkan pendidikan formal.

d. Peserta yang memiliki jumlah keluarga lebih dari 5 (lima)orang termasuk


peserta, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran
tambahan dengan ketentuan :
1) Keluarga tambahan dari pekerja penerima upah (PPU) terdiri dari
anak ke - 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar 1 % dari gaji
atau upah per orang per bulan
11

2) Keluarga tambahan yang lain dari PPU terdiri dari keponakan,


kerabat lain, asisten rumah tangga dan lainnya, ditetapkan sesuai dengan manfaat yang
dipilih yaitu :
a) Kelas III sebesar Rp. 25.500,- per orang per bulan
b) Kelas II sebesar Rp. 51.000,- per orang per bulan
c) Kelas I sebesar Rp. 80.000,- per orang per bulan

18. Pembayaran Iuran.

a. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan


berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah
nominal tertentu sesuai kelas perawatan (bukan penerima upah dan PBI).

b. Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan


iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan).
Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Apabila tealat membayar iuran dalam waktu sebulan maka kartu akan
dinonaktifkan sementara dan akan aktif kembali setelah tunggakan dilunasi tanpa denda.
Per 1 Juli 2016 denda keterlambatan resmi dihapus sesuai Perpres No. 19 tahun 2016
tentang Jaminan Kesehatn, tapi tetap harus hati-hati karena aturan denda tetap berlaku
untuk peserta Bpjs yg menjalani rawat inap, denda yang dimaksud adalah denda yang
dikenakan bagi peserta yang menjalani rawat inap sebelum 45 hari sejak kepesertaannya
diaktifkan kembali, dendanya yaitu membayar biaya berobat sebesar 2,5 % dikali biaya
rawat inap dan dikalikan jumlah bulan yang ditunggak, bulan tertunggak yang digunakan
sebagai acuan denda maksimal 12 bulan, sekalipun peserta menunggak 24 bulan maka
yang dihitung sebagai acuan pembayaran denda hanya 12 bulan dan besaran denda
paling tinggi hanya 30 juta, biaya rawat inap sesuai dengan diagnosa terakhir. Sebagai
contoh kasus : seorang peserta mandiri kelas 1 menunggak 3 bulan dan saat dirawat inap
berdasarkan diagnose terakhir dikenakan biaya sebesar Rp.20.000.000, peserta tersebut
harus ikut membayar biaya perawatannya sebesar Rp. 1.500.000 dengan rumus
penghitungan ( 2,5 % x Rp. 20 juta x 3 = Rp.1,500.000.

c. Pembayaran iuran BPJS Kesehatan untuk peserta mandiri dan juga bisa
untuk mengecek tagihan Bpjs :
1) ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN
2) Auto debet
3) SMS Banking
4) Internet Bnking
5) Teller BRI, BNI, BTN ( Khusus Kelas 3)
6) Kantor POS
7) Indomaret, Alfamart
8) Untuk peserta PPU dibayarkan perusahaan
12

BAB III
KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN

19. Umum.

a. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan nomor 71 tahun 2014 yang


mengatur tentang proses prosedur pemberian pelayanan jaminan kesehatan pada seluruh
peserta dengan system rujukan berjenjang.

b. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan


tingkat pertama tempat peserta terdaftar kecuali berada di luar wilayah fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan
kegawatdaruratan medis.

c. Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,


fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

20. Ketentuan Personel.

a. Pelayanan Primer/ PPK 1 : pelayanan kesehatan non spesialis yang


dilakukan oleh dokter umum / dokter gigi, bidan untuk persalinan di puskesmas dan
jejaringnya, tempat praktik perorangan maupun kelompok, klinik pratama, klinik umum di
balai / lembaga pelayanan kesehatan, poliklinik umum Rumah Sakit Kelas D Pratama.

b. Pelayanan Sekunder / PPK 2: pelayanan kesehatan spesialistik yang


dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis, pelayanan berjenjang spesialis
yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.

c. Pelayanan Tersier / PPK 3: pelayanan kesehatan sub spesialistik yang


dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.

21. Prosedur Pelayanan.

a. Prosedur pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat Pertama.

1) Peserta yang sakit mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan


tingkat pertama dimana peserta terdaftar dengan membawa kartu BPJS Kesehatan.
2) Selama kartu BPJS Kesehatan belum diterima oleh peserta, maka
bagi peserta personel militer dan PNS TNI AD dapat menggunakan kartu identitas, kartu
kesehatan atau Kartu Tanda Anggota (KTA) dan Kartu Keluarga bagi keluarganya
3) Ketentuan lain menunjuk pada ketentuan yang berlaku
13

b. Prosedur pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat Lanjutan.

1) Peserta yang sakit mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan


tingakt pertama dimana peserta terdaftar dengan membawa kartu BPJS Kesehatan.
2) Selama kartu BPJS Kesehatan belum diterima oleh peserta, maka
bagi peserta personel militer dan PNS TNI AD dapat menggunakan kartu identitas, kartu
kesehatan atau Kartu Tanda Anggota (KTA) dan Kartu Keluarga bagi keluarganya
3) Ketentuan lain menunjuk pada ketentuan yang berlaku

c. Prosedur pelayanan Gawat Darurat.

1) Peserta yang sakit mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan


tingakt pertama dimana peserta terdaftar dengan membawa kartu BPJS Kesehatan.
2) Selama kartu BPJS Kesehatan belum diterima oleh peserta, maka
bagi peserta personel militer dan PNS TNI AD dapat menggunakan kartu identitas, kartu
kesehatan atau Kartu Tanda Anggota (KTA) dan Kartu Keluarga bagi keluarganya
3) Ketentuan lain menunjuk pada ketentuan yang berlaku

CONTOH ALUR

Peserta
Faskes
Rujuk / Rujuk Balik

Primer
Faskes
Sekunder Faskes
Emergency

Tersier
Kapitasi
BPJS Kesehatan
Klaim
Branch Office

Gambar 1 : Contoh alur pelayanan kesehatan


14

22. Alur Pelayanan Kesehatan.

a. Pelayanan kesehatan bagi Personel Militer dan PNS TNl AD beserta


keluarganya diselenggarakan oleh PPK 1 yang telah ditentukan dengan membawa Kartu
BPJS Kesehatan atau dimana selama kartu BPJS Kesehatan belum diterima dapat
digunakan kartu identitas, kartu kesehatan atau Kartu Tanda Anggota (KTA) dan kartu
keluarga bagi keluarganya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

b. Apabila temyata penyakit yang diderita diluar kemampuan PPK 1 dan perlu
penanganan spesialistik maka petugas pelayanan kesehatan akan merujuk ke instalasi
kesehatan yang lebih tinggi (PPK 2) dengan memberikan surat rujukan disertai
keterangan diagnosa sementara. Dalam perjalanan waktu apabila kemudian PPK 2
tersebut tidak mampu menangani penyakit tersebut dimana perlu penanganan
subspesialistik serta diluar kemampuan yang dimiliki PPK 2 maka pasien akan dikirim ke
instalasi kesehatan yang memiliki kemampuan lebih lengkap (PPK 3) secara berjenjang
sesuai tingkatan instalasi kesehatan dan indikasi medis yang dideritanya.

c. Bagi Personel Militer / PNS TNl AD dan keluarganya yang sedang


melaksanakan perjalanan dinas, cuti maupun mengikuti pendidikan berada di luar wilayah
fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan pada instalasi kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS
Kesehatan dengan menunjukkan kartu BPJS Kesehatan disertai surat perintah / surat izin
jalan / surat cuti / Kartu Tanda Anggota (KTA) / Kartu Penunjukan Istri (KPI) yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwewenang.

d. Dalam keadaan darurat medis dan guna memberikan pertolongan pertama


dalam mengatasi kondisi kritis (life saving ) dan menekan timbulnya kecacatan, Personel
Militer dan PNS TNl AD beserta keluarganya dapat langsung memperoleh pelayanan di
setiap fasilitas kesehatan guna mengatasi keadaan darurat medisnya.Peserta yang
menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan, harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi.

e. Biaya pengobatan / perawatan yang diakibatkan butir d di atas, apabila


fasilitas kesehatan tersebut tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan,
ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan dan dibayar
oleh BPJS Kesehatan setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut
15

SKEMA SISTEM RUJUKAN


MOU TNI-POLRI
11 Juli 2013

PT. Askes (Persero)

Gambar 2 : Skema sistem rujukan pelayanan kesehatan

23. Sistem Regionalisasi. Dalam hal pelayanan kesehatan terhadap peserta BPJS
ditetapkan sistem regionalisasi dengan prosedur pelayanan yang telah ditentukan

a. Upaya yang dilakukan

1) Pemetaan sarana kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit) per provinsi


2) Pemetaan tenaga kesehatan di sarana kesehatan
3) Menetapkan daerah / wilayah binaan sebagai pusat rujukan regional
4) Menetapkan Rumah Sakit Kabupaten/Kota sebagai pusat rujukan
regional dari beberapa sarana kesehatan disekitarnya

b. Penetapan Regionalisasi

1) Tidak terbatas pada struktur organisasi dan administrasi


2) Mempertimbangkan fungsi dan geografis
3) Perlu adanya kesepakatan dengan lintas kementerian terkait
peraturan lain

Untuk pelayanan kesehatan ditetapkan system regionalisasi, sedangkan untuk


Pola pembayaran BPJS dpat dijelaskan sebagai berikut :
16

a. BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat


pertama (PPK 1) berdasarkan Kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar, untuk Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan (PPK 2 dan PPK 3) BPJS Kesehatan melakukan
pembayaran berdasarkan cara Indonesian Case Based Groups (INA CBG’s). Besaran
tarif ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Menteri Kesehatan
setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan (pasal 39 Per Pres nomor 12 / 2003) Mengingat kondisi geografis
Indonesia tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan mudah, untuk itu jika
tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS Kesehatan diberi
wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil
guna.

b. Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan


BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan
tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.

c. Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang


memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan
wajib memberikan kompensasi berupa biaya transportasi bagi pasien, satu orang
pendamping keluarga dan tenaga kesehatan sesuai indikasi medis. Ketentuan lebih lanjut
mengenai pemberian kompensasi diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

d. BPJS Kesehatan wajib membayar kepada Fasilitas Kesehatan atas


pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak
dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan
ditentukan berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas
kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas pembayaran biaya, Menteri
Kesehatan memutuskan besaran pembiayaan atas program JKN yang diberikan.

BAB IV
HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

24. Umum. JKN mempunyai multi manfaat secara medis maupun non medis, manfaat
JKN komprehensive yaitu pelayanan yang diberikan bersifat paripurna (promotive,
preventif, kuratif dan rehabilitative). Pada dasarnya manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat
non medis meliputi akomodasi dan ambulans.

25. Manfaat Medis

a. Manfaat medis dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencakup


pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
b. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan
berupa antara lain :
17

1). Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan


mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
2). Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis
Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak.
3). Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi,
dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
4). Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.
c. Manfaat pelayanan kuratif dan rehabilitatif meliputi pemberian pelayanan
berupa antara lain :
1) Pelayanan Kesehatan yang dijamin

a) Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama untuk rawat jalan dan


rawat inap yang meliputi :
(1) Administrasi pelayanan
(2) Pelayanan promotif dan preventif
(3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
(4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif
(5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
(6) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
(7) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pertama

b) Pelayanan Kesehatan tingkat Lanjutan untuk rawat jalan dan


rawat inap yang meliputi :

1) Administrasi pelayanan
2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik
oleh dokter spesialis dan subspesialis
3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi
medis
4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5) Pelayanan alat kesehatan implant
6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai
dengan indikasi medis
7) Rehabilitasi medis
8) Pelayanan darah
9) Pelayanan kedokteran forensik
10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
11) Perawatan inap non intensif
12) Perawatan inap di ruang intensif
18

2) Pelayanan Ksehatan yang dibatasi ; Kaca mata, alat bantu dengar


(hearing aid), alat bantu gerak ( tongkat penyangga, kursi roda, dan korset )

3) Pelayanan Kesehatan yang tidak dijamin

a) Pelayanan kesehatan tidak sesuai prosedur


b) Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan kecuali untuk kasus gawat darurat
c) Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja
d) Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
e) Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik
f) Pelayanan untuk mengatasi infertilitas
g) Pelayanan meratakan gigi (ortodensi)
h) Gangguan kesehatan / penyakit akibat ketergantungan obat
dan / atau alkohol
i) Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri,
atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri
j) Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional termasuk
akupunktur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaiaan teknologi kesehtan (health technology
assessment)
k) Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
percobaan (eksperimen)
l) Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu
m) Perbekalan kesehatan rumah tangga
n) Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap
darurat, kejadian luar biasa / wabah
o) Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan
manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.

26. Manfaat Non Medis

a. Manfaat non medis dari Jaminan Kesehatan Nasional meliputi akomodasi


dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan
b. Sedangkan manfaat non medis berupa akomodasi kelas perawatan diatur
sebagai berikut :
1) Untuk peserta Bukan PBI
a) Pekerja penerima upah di rawat di bangsal perawatan kelas I
dan kelas II
b) Pekerja bukan penerima upah di rawat di bangsal perawatan
kelas I, kelas II dan kelas III
c) Bukan pekerja di rawat di bangsal perawatan kelas I, kelas II
dan kelas III
19

2) Untuk peserta PBI


a) Fakir miskin di rawat di bangsal perawatan kelas III
b) Orang tidak mampu di rawat di bangsal perawatan kelas III

3) Untuk anggota TNI AD

a) Kolonel / Brigjen / PNS gol IV c dan keluarganyadi rawat di


bangsal perawatan kelas I
b) Mayor-Letkol / PNS gol IV a-b dan keluarganyadi rawat di
bangsal perawatan kelas I
c) Pama / PNS gol III dan keluarganya di rawat di bangsal
perawatan kelas I
d) Bintara / Tamtama / PNS gol I-II dan keluarganya di rawat di
bangsal perawatan kelas II
e) Mayjen / setingkat Pangdam keatas menggunakan
Jamkesmen disesuaikan kebijakan dan kemampuan Rumkit TNI AD

c. Ketentuan biaya naik kelas perawatan BPJS Kesehatan. Sesuai Permenkes


No 6 Tahun 2018 tentang perubahan ketiga atas Permenkes No 52 Tahun 2016 Tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaaan Program Jaminan
Kesehatan, memuat :
1) Peserta JKN yang menginginkan pelayanan rawat jalan eksekutif
harus membayar tambahan biaya paket pelayananrawat jalan eksekutif paling banyak
sebesar Rp. 250.000,- untuk setiap periode rawat jalan.

2) Peserta JKN yang menginginkan kelas pelayanan rawat inap yang


lebih tinggi dari haknya harus membayar selisih biaya/tambahan biaya setiap episode
rawat inap dengan ketentuan :

a) Kenaikan kelas perawatan dari kelas 3 ke kelas 2, dari kelas 3


ke kelas 1 dan dari kelas 2 ke kelas 1 harus membayar selisih biaya antara tarif INA-CBG
pada kelas rawat inap lebih tinggi yang dipilih dengan tarif INA-DBG padda kelas rawat
inap sesuai hak.

b) Kenaikan kelas pelayanan rawat inap ke kelas VIP dengan


fasilitas 1(satu) tingkat di atas kelas 1 pembayaran tambahan biaya ditentukan sebagai
berikut :

(1) Naik kelas dari kelas 1 ke kelas VIP pembayaran


tambahan biaya paling banyak sebesar 75% dari tarif INA-CBG kelas 1.

(2) Naik kelas dari kelas 2 ke VIP, adalah selisih tarif INA
CBG kelas 1 dengan tarif INA CBG kelas 2 ditambah pembayaran tambahan biaya dari
kelas 1 ke kelas VIP paling banyak 75% dari tarif INA CBG kelas 1

(3) Naik kelas dari kelas 3 ke kelas VIP, adalah selisih tarif
INA CBG kelas 1 dengan tarif INA CBG kelas 3 ditambah pembayaran tambahan biaya
dari kelas 1 ke VIP paling banyak sebesar 75% dari tarif INA CBG kelas 1
20

(4) Bila peserta JKN menginginkan naik kelas rawat inap


diatas kelas VIP harus membayar selisih biaya antara tarif rumah sakit pada kelas yang
dipilih dengan tarif INA CBG kelas yang menjadi haknya.

Ketentuan tentang tambahan biaya I tersebut diatas ditetapkan oleh


direktur/Kepala RS , kepala daerah atau pemilikRS sesuai dengan
status kepemilikannya dan RS wajib menginformasikan kepada
peserta JKN sebelum peserta menerima pelayanan kesehatan.

BAB V
FASILITAS KESEHATAN

27. Umum.

a. Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan


untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau Masyarakat.

b. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas ketersediaan


fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk pelaksanaan
program jaminan kesehatan

c. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan kesempatan kepada


swasta untuk berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

d. Fasilitas kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang


memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Fasilitas kesehatan
milik swasta yang memenuhi persyaratan dapat menjalin kerjasama dengan BPJS
Kesehatan.Kerjasama sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan membuat perjanjian
tertulis. Persyaratan kerjasama ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

e. Fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang, wajib
membangun jejaring dengan fasilitas kesehatan penunjang untuk menjamin ketersediaan
obat, bahan medis habis pakai, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan

28. Fasilitas Kesad (Kesehatan TNI AD)

a. Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama (PPK 1) meliputi :

1) Sikes / Tonkes
2) Poskes
3) Polkes
4) Polma
5) Rumkitban
21

b. Fasilitas Kesehatan tingkat Lanjutan (PPK 2 dan PPK 3) meliputi :

1) Rumkit Tk IV
2) Rumkit Tk III
3) Rumkit Tk II
4) Rumkit Tk I

c. Untuk melaksanakan fungsi sebagai fasilitas kesehatan yang melayani


peserta BPJS Kesehatan pada tahap awal dijalin kerjasama antara PT Askes (Persero)
dengan fasilitas Kesad(Kesehatan TNI AD) yang diatur dalam kesepakatan bersama
antara Kepala PT Askes (Persero) Kantor Cabang setempat dengan fihak Kesad yaitu :
1) Ka RSPAD Gatot Soebroto : PPK3
2) Karumkit Tk II, Tk III dan Tk IV : PPK2
3) Kakesdam/Dandenkesyah : PPK1

Masa perjanjian kerjasama tersebut berlaku selama 1 (satu) tahun dan


dapat diperpanjang sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

29. Kemampuan Fasilitas Pelayanan Kesad.

a. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang merupakan PPK 3 mampu


memberikan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik serta penanggulangan
Trauma Lanjutan dan Kegawatan Penyakit Jantung .

b. Rumkit Tingkat II, Rumkit Tingkat III dan Rumkit Tingkat IV yang merupakan
PPK 2 memberikan pelayanan kesehatan spesialistik serta penanganan trauma,
perawatan pemulihan, pemeriksaan radiologi serta laboratorium

c. Rumkitban, Polkes, Poskes, Polma, Sikes dan Tonkes yang merupakan


PPK 1 diharapkan mempunyai kemampuan pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap
yang meliputi penanganan trauma tingkat dasar, perawatan inap penyakit umum / ringan,
perawatan gigi, pemeriksaan radiologi serta pemeriksaan laboratorium sederhana.

30. Kredensialing.

a. Kredensialing adalah proses seleksi awal melalui penilaian terhadap


pemenuhan persyaratan bagi fasilitas kesehatan yang akan bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.Kredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
melalui metode dan standar penilaian yang terukur dan obyektif (pasal 42 Per Pres 12 /
2013)

b. Proses kredensialing dilakukan kepada keseluruhan fasilitas kesehatan


yang akan dan masih berkerjasama dengan BPJS Kesehatan, baik fasilitas kesehatan
tingkat pertama maupun tingkat lanjutan dimana proses tersebut dilakukan kepada
keseluruhan fasilitas kesehatan milik Pemerintah maupun Swasta / Perorangan.
22

c. Persyaratan Kredensialing meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Kredensialing Faskes Tingkat Pertama(PPK 1)

a) Persyaratan Administratif (mutlak)

(1) Surat Ijin Praktek / Surat Ijin Operasional,


(2) NPWP ( khusus dokter praktek/klinik swasta ),
(3) Kontrak dengan Jejaring,
(4) Surat Pernyataan Kesediaan Mematuhi Ketentuan JKN

b) Persyaratan Teknis (skoring)

(1) Sumber Daya Manusia


(2) Sarana dan Prasarana
(3) Peralatan Medis
(4) Obat-obatan dan Penunjang
(5) Cakupan Pelayanan
(6) Komitmen Pelayanan

2) Kredensialing Faskes Tingkat Lanjutan(PPK 2 dan PPK 3)

a) Persyaratan Administratif (mutlak)

(1) Surat Ijin Operasional Tetap


(2) Surat Penetapan Kelas / Tipe RS
(3) Surat Izin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang
berpraktik
(4) Akreditasi RS
(5) NPWP badan
(6) Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan
(7) Surat Pernyataan Kesediaan Mematuhi Ketentuan JKN

b) Persyaratan Teknis (skoring)

(1) Sumber Daya Manusia


(2) Sarana dan Prasarana
(3) Sistem dan Prosedur
(4) Komitmen Pelayanan
RAHASIA23
23

BAB VI
PENUTUP

31. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar tata cara
mendapatkan Yankes bagi personel militer dan PNS TNI AD pada Pendidikan Perwira
TNI AD.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

dr. Bambang Dwi HS, Sp.B., FInaCS.,


M.Si.
Mayor Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai