42 Vini Nayaka Agustine 19016202

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KETERAMPILAN MENULIS

“PARAGRAF”

Dosen Pengampu :
Yulianti Rasyid, S.Pd., M.Pd.

Vini Nayaka Agustine


42
19016202

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Keterampilan
Menulis yang diampu oleh Bu Yulianti Rasyid yang berjudul “Paragraf”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada Bu Yulianti Rasyid yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Batam, 16 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................1
Bab II Pembahasan
A. Hakikat Paragraf...................................................................................................1
B. Struktur Paragraf...................................................................................................3
C. Syarat Pembentukan Paragraf...............................................................................6
D. Jenis-jenis Paragraf..............................................................................................10
E. Pola Pengembangan Paragraf...............................................................................13
Bab III Penutup
A. Kesimpulan...........................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................18
Daftar Pustaka..................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Paragraf atau alinea merupakan gagasan utama yang dikembangkan dalam tulisan
yang disusun dengan beberapa kalimat yang saling berhubungan dalam kesatuan yang lebih
besar. Paragraf merupakan wadah untuk mengembangkan pikiran dalam sebuah tulisan, yang
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuangkan pikirannya secara logis dan
sistematis dalam seperangkat kalimat yang saling berhubungan secara fungsional.
Penyusunan dan pengembangan pikiran dalam paragraf dapat membantu pengungkapan
pikiran penulis secara bertahap dan tertib sehingga maksud penulis mudah dipahami dan
diterima oleh pembaca.
Paragraf tidak terbentuk kalau hanya berisi kalimat yang digabungkan dengan kalimat
lain. Hal tersebut berarti ada syarat mendasar terhadap penggabungan kalimat-kalimat itu,
yaitu kejelasan ide pokok dan ide pendukung. Ide pokok yang jelas adalah ide pokok yang
tunggal. Sementara itu, ide pendukung yang jelas adalah ide yang secara nyata mendukung
ide pokok. Dengan berdasar pada hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa paragraf adalah
kombinasi kalimat yang berisi ide pokok dan ide pendukung yang membentuk kesatuan dan
kepaduan dengan pola pengembangan yang jelas. Sekaitan dengan hal itu, maka paragraf juga
harus memenuhi syarat tertentu. Paragraf yang baik dan efektif minimal harus memenuhi tiga
syarat, yaitu memiliki kesatuan ide, kekoherenan antar kalimat, kekohesian antar paragraf,
dan pola pengembangan yang jelas. Dalam makalah ini kita akan membahas materi yang
berkaitan dengan paragraf.
B. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan paragraf?


B. Apa saja struktur dari paragraf?
C. Apa saja syarat pembentukan paragraf?
D. Apa saja jenis-jenis paragraf?
E. Bagaimana bentuk pola pengembangan paragraf?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui apa itu paragraf.


2. Dapat mengetahui apa saja struktur dari paragraf.
3. Dapat mengetahui syarat pembentukan paragraf.
4. Dapat mengetahui apa saja jenis-jenis paragraf.
5. Dapat mengetahui bagaimana bentuk pola pengembangan paragraf.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Paragraf
Menurut Tarigan (2008), menulis itu merupakan kegiatan berbahasa produktif-tulisan.
Berarti, menulis paragraf pun merupakan kegiatan demikian, yakni berbahasa secara
produktif melalui bahasa tulisan. Sebagai kegiatan produktif, menulis paragraf ini berupa
kegiatan menghasilkan pikiran, yakni menyajikan pikiran pada tulisan yang sosoknya
dinamakan paragraf. Penyajian pikiran tersebut pada dasarnya merupakan pemindahan
pikiran dari kognisi ke tulisan.
Soedjito dan Hasan (1986:3) menjelaskan bahwa paragraf adalah bagian-bagian
karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubung-hubungan secara utuh dan padu
serta merupakan satu kesatuan pikiran. Oshima dan Hogue (1983:3) menyatakan bahwa
paragraf pada dasarnya ialah bagian terkecil organisasi karangan. Paragraf adalah
sekelompok kalimat yang tersusun secara padu merupakan pengembangan sebuah ide pokok.
Sesuai dengan pernyataan tersebut,Tarigan (1986:11) menyatakan bahwa paragraf adalah
seperangkat kalimat tersusun secara logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi
pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok dalam keseluruhan karangan.
Paragraf dapat dikatakan sebagai karangan (esai) utuh dalam miniatur. Dikatakan
demikian karena paragraf memiliki ciri utama yang juga dimiliki oleh suatu esai. Suatu esai
mempunyai perihal pokok yang dikemukakan sebagai isi pokok komunikasi, paragraf juga
mempunyai pikiran pokok yang merupakan isi pokok paragraf. Suatu esai dibangun oleh
sejumlah unsur (kata, kalimat, dan paragraf), paragraf juga dibangun berdasarkan sejumlah
unsur (kata dan kalimat). Suatu esai menyajikan isi secara utuh, paragraf juga menyajikan isi
secara utuh. Meskipun paragraf memiliki ciriciri sama dengan esai, tetapi dalam sebuah esai,
paragraf tetap merupakan unsur atau bagian esai. Dikatakan demikian, karena apabila dilihat
dari segi isi, isi pokok suatu paragraf merupakan rincian dari isi pokok esai (McCrimmon,
1963: 69; Syafi’ie, 1988: 145).
Paragraf menurut Gani (2013: 21) merupakan bagian-bagian paragraf yang terdiri dari
kalimat-kalimat yang berhubung-hubungan secara utuh dan padu serta merupakan kesatuan
pikiran. Di bidang bentuk pada umumnya paragraf terdiri dari sejumlah kalimat, atau
dengan kata lain merupakan kumpulan dari sejumlah kaliamat meskipun ada juga yang
hanya terdiri dari satu kalimat atau satu kata, misalnya kalimat penutup pada surat yang
sering hanya berupa kata terima kasih. Sejumlah kalimat itu kait-mengait sehingga
membentuk suatu kesatuan. Di bidang makna, paragraf itu merupakan suatu informasi yang
memiliki ide pokok sebagai pengendalinya (Ramlan, 2013: 22).
Adapun pendapat lain dari Adjat Sakri(1992: 13), mengemukakan bahwa paragraf
terbentuk dari kalimat, kalimat terbentuk dari kataan dan kataan terbentuk dari kata. Dua kata
atau lebih yang membentuk seuntai kata yang bermakna disebut kataan (frase). Kata atau
kataan yang mendukung pikiran lengkap disebut kalimat. Gabungan kalimat yang
mendukung kesatuan gagasan disebut paragraf. Rangkaian paragraf membentuk karangan.
Menurut Ramlan (1993: 1), paragraf merupakan bagian dari suatu karangan atau ujaran yang
terdiri dari beberapa kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok
sebagai pengendalian.
2
Dalam buku Bahasa Indonesia Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
karya Ermanto dan Emidar, menyatakan bahwa paragraf merupakan satuan pikiran atau
gagasan topik yang sederhan yang pada umumnya diungkapkan dalam beberapa kalimat.
Dalam buku ini pun mengatakan ada beberapa pakar yang menjelaskan pengertian dari
paragraf sebagai berikut :
1. Arifin dan Tasai (2004: 113), mengemukakan bahwa paragraf adalah seperangkat
kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
2. Kridalaksana (1984: 140) menjelaskan bahwa paragraf adalah satuan bahasa yang
mengandung satu tema.
3. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 1020) menjelaskan bahwa
paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (yang biasanya mengandung satu
ide pokok dan penulisannya dimulai dengan genre baru disebut juga dengan alinea).
4. Akhadiah, dkk. (1991: 144) mengemukakan bahwa paragraf merupakan inti
penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan; dalam paragraf terkandung satu unit
buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari
kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai
pada kalimat simpulan. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam suatu angkatan
untuk membentuk sebuah gagasan.
5. Widjono Hs (2005: 160) mengemukakan bahwa paragraf adalah satuan bahasa tulis
yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara lengkap, runtut, dan padu;
paragraf juga berarti bahwa bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah
kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai
pengendaliannya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
6. Semi (1989: 58) mengemukakan bahwa paragraf adalah kalimat atau seperangkat
kalimat yang mengacu pada suatu topik.
Jadi, dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah
kumpulan dari beberapa kalimat yang saling berhubungan dan membentuk sebuah ide atau
gagasan baru. Paragraf ini bisa disebut juga sebagai alinea.
Hakikat menulis paragraf sebagai kegiatan yang menjelaskan pikiran utama ini
memiliki hakikat turunan, yakni mengidentifikasi dan mengemukakan hal-hal khusus yang
merupakan atribut atau penerang pikiran utama. Pikiran utama dikatakan menjadi jelas bila
berbagai hal tentang pikiran utama tersebut ‘terlihat’. Oleh karena itu, untuk membuat pikiran
utama menjadi jelas, pada pembuatan paragraf, berbagai atribut penerang inti pikiran utama
harus dikemukakan untuk ‘diperlihatkan’ ke permukaan ‘bangunan’ paragraf.
B. Struktur Paragraf
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membangun paragraf pada dasarnya terdiri atas
dua macam, yaitu (1) kalimat topik atau kalimat pokok dan (2) kalimat penjelas atau
pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf,
sedangkan kalimat penjelas atau pendukung adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan atau
mendukung ide utama paragraf. Adapun ciri-ciri kalimat topik dan kalimat penjelas
diantaranya sebagai berikut :
Ciri kalimat topik :
1) mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut,

3
2) merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri,
3) memunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain, dan
4) dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frase transisi.
Ciri kalimat penjelas :
1) sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti),
2) arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam
satu paragraf,
3) pembentukannya sering memerlukan pembentukan kata sambung dan frase transisi, serta
4) isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang bersifat
mendukung kalimat topik.
Dilihat dari keberadaan kalimat topik, paragraf dapat dipilah menjadi dua macam,
diantaranya :
1. Paragraf yang memiliki kalimat topik.
Dalam paragraf ini topik yang akan di bahasa dalam paragraf diwujudkan dalam
bentuk kalimat. Letak kalimat topik dalam paragraf jenis ini terbagi atas tiga macam sebagai
berikut :
a. Kalimat Topik di Awal Paragraf
Paragraf ini diawali dengan menggunakan ide pokok sehingga kalimat pertama
merupakan kalimat topik. Kemudian, kalimat – kalimat berikutnya berfungsi mejelaskan ide
pokok. Paragraf ini biasanya bersifat deduktif, yakni dari yang umum menuju kepada yang
khusus.
Contoh:
Mengkaji masalah poligini tidak terlepas dari masalah lembaga perkawinan. Oleh
karena perkawinan memiliki nilai esensial dalam kehidupan individu. Di samping itu,
perkawinan menghubungkan beberapa variabel konvensi budaya dan sosial dalam pokok –
pokok psikologi dan biologi manusia. Dalam kehidupan perkawinan, peran suami istri sangat
menentukan. Pada banyak suku bangsa di dunia, peran suami istri secara umum dipengaruhi
oleh posisi lakilaki terhadap perempuan. Dalam hal ini, laki –laki diposisikan superior
terhadap perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, baik domestik maupun publik.
Hegemoni laki-laki atas perempuan memperoleh legitimasi dari nilai-nilai sosial, agama,
hukum negara, dan sebagainya. Hal ini tersosialisasi secara turun - temurun dari generasi ke
generasi.
b. Kalimat Topik di Akhir Paragraf
Sebuah paragraf yang menempatkan kalimat topik pada bagian akhir, biasanya dimulai
dengan mengemukakan ciri-ciri khusus terlebih dahulu. Rangkaian kalimat pada awal
paragraf merupakan penjelasan ide pokok. Selanjutnya, kalimat terakhir yang merupakan
kalimat topik merupakan simpulan dari penjelasan tadi sehingga bersifat induktif, yakni dari
yang khusus menuju kepada yang umum.
Contoh:
4
Konsep pembangunan berkelanjutan menyatakan bahwa partisipasi masyarakat yang
paling bawah merupakan salah satu cara dalam melaksanakan program pembangunan yang
berlanjut. Cukup beralasan untuk menganggap bahwa pelaksanaan desentralisasi yang
didukung oleh partisipasi aktif masyarakat, sebagai anggota kelembagaan tradisional yang
telah ada. Malahan, Bank Dunia (1992) telah mengakui bahwa lembaga tradisional yang ada
telah mampu melaksanakan pembangunan pedesaan. Oleh karena itu, maka memberdayakan
dan memperkuat lembaga tradisional yang telah ada merupakan upaya yang menjadi
prioritas.
c. Kalimat Topik di Awal dan Akhir Paragraf
Kalimat topik dapat pula diletakkan pada awal dan akhir paragraf. Hal ini berdasarkan
anggapan bahwa seandainya ide pokok sudah diketahui pembaca, maka ada kecenderungan
untuk mengikuti semua rangkaian kalimat berikutnya. Dalam hal ini penulis juga merasa
perlu untuk menekankan kembali ide pokok tersebut pada akhir paragraf, yakni dengan
menuangkannya ke dalam sebuah kalimat topik yang bervariasi.
Contoh:
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan usaha peningkatan
taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah sistem pertanian
tradisional, misalnya, bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi
petani modern yang profuktif. Pertani yang berpendidikan cukup mampu menunjang
pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap
gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah. Itulah sebabnya, maka peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan
sangat mendesak.
2. Paragraf yang tidak memiliki kalimat topik.
Dalam paragraf ini topik bahasan paragraf tidak diwujudkan dalam kalimat topik,
tetapi terselubung dalam keseluruhan kalimat-kalimat penjelas. Paragraf ini tidak mempunyai
kalimat topik. Hal ini berarti pikiran utama tersebar pada seluruh kalimat yang membangun
paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya digunakan dalam karangan yang berbentuk narasi
(yang berbentuk cerita) atau deskripsi (yang berbentuk lukisan). Dalam hal ini, ide pokok
didukung oleh semua kalimat.
Contoh:
Setiap hari Bagus bangun pukul 05.00 (pagi). Sesudah merapikan tempat tidur, ia
melakukan olahraga ringan, berjalan kaki selama lebih kurang 45 menit untuk memanaskan
tubuhnya. Pukul 07.00, setelah keringatnya kering, ia mandi dengan air hangat, kemudian
setelah makan pagi, pad pukul 08.00 ia berangkat ke kantor, hingga pukul 17.00 (petang)
baru tiba kembali di rumah. Sisa waktunya dipergunakan untuk bermain-main dengan si
kecil, anak tunggalnya yang baru berusia dua tahun.
Apabila diperhatikan contoh di atas, jelaslah bahwa keempat kalimat yang
membentuk paragraf tersebut semuanya mengungkapkan rangkaian perbuatan yang dilakukan
oleh Bagus sehari-hari. Jadi, yang menjadi topik dalam paragraf tersebut adalah Bagus, yaitu
”kehidupan Bagus sehari – hari”.
5
C. Syarat Pembentukan Paragraf
Dalam buku Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi, dijelaskan bahwa
di dalam menyusun paragraf ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Adapun persyaratan
itu adalah (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) pengembangan. Untuk lebih jelasnya, ketiga
syarat tersebut dijelaskan satu per satu seperti di bawah ini.
1. Kesatuan
Sebuah paragraf hanya mengandung satu ide pokok atau tema. Ide pokok ini dengan
tegas dinyatakan melalui kalimat topik. Kehadiran kalimat penjelas, sebagai pengembangan
tema, harus senantiasa mendukung kalimat topik. Oleh karena itu, maka dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan
dengan tema atau ide meunculnya ide pokok baru. Jadi, sebuah paragraf hanya boleh
mengandung satu gagasan pokok atau temanya.
Contoh:
Industri perkapalan siap memproduksi jenis kapal untuk mengatasi kapal yang akan
dibesituakan. Akan tetapi, kemampuan mereka terbatas. Kalau dalam waktu singkat harus
memperoduksi kapal sebanyak yang harus dibesituakan, jelas industri dalam negeri tidak
mampu. Untuk meningkatkan kemampuan ini memerlukan waktu. Sebaiknya hal ini
dilaksanakan secara bertahap. Kalau untuk peremajaan ini pemerintah sampai
mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang begitu besar untuk industri dalam negeri,
tidak termanfaatkan.
ide pokok : penggantian kapal yang akan dibesituakan.
ide penjelas : a. kesiapan industri perkapalan dalam negeri.
b. kemampuan terbatas
c. pelaksanaan secara bertahap
d. impor dapat menghilangkan kesempatan
2. Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah koherensi atau
kepaduan. Koherensi atau kepaduan dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan
kalimat. Oleh karena satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang masing-
masing berdiri sendiri, melainkan dibangun oleh kalimat yang mempunyai hubungan timbal
balik. Dalam membangun hubungan timbal balik ini perlu memperhatikan unsur kebahasaan
yang digambarkan dengan : (a) repetisi atau pengulangan, (b) kata ganti, dan (c) kata transisi
atau ungkapan penghubung.
Contoh:
Bersikap manusiawi tidaklah berarti bersikap lemah, mengalah, pesimis, dan
membiarkan segalanya berjalan semaunya. Namun, dalam praktiknya, sering tindakan yang
sesuai dengan peraturan dan demi kepentingan umum, serta-merta dicela sebagai tindakan
yang tidak manusiawi oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan.
6
Meskipun di lain pihak tidak jarang pula kita saksikan tindakan yang sebenarnya
legal-rasional dan menguntungkan umum, tetapi pelaksanaannya menyakitkan hati dan
menimbulkan penderitaan fisik bagi orang yang terkena. Hal ini terjadi karena dalam
pelaksanaannya, sikap bertindak dan main kuasalah yang menjadi menonjol.
repetisi : manusiawi
kata ganti : ini
kata transisi/ungkapan penghubung : namun, meskipun, hal ini.
Dalam hal ini ada beberapa jenis transisi, seperti: sementara itu, kemudian,
selanjutnya, lebih lanjut, sebaliknya, akibatnya, sebagai akibat, oleh karena itu, jadi, di
samping itu, sebagaimana, walaupun demikian, dengan demikian, akan tetapi, hal ini, adapun,
namun, selain itu, disisi lain, dalam hal ini, sehubungan dengan, berkaitan dengan, dan
sebagainya.
3. Pengembangan
Ide pokok sebuah paragraf akan jelas apabila dirinci dengan ide-ide penjelas. Jika
tidak demikian, maka paragraf itu hanya dibangun oleh satu buah kalimat. Hal ini tentu tidak
sesuai dengan pengertian paragraf di depan. Oleh karena itu, maka kalimat topik harus
didukung oleh sejumlah kalimat penjelas. Menurut Thoir dkk. (1988:17-20) bahwa ada
sepuluh cara atau urutan pengembangan paragraf. Adapun urut-urutan pengembangan
paragraf tersebut adalah seperti di bawah ini.
a. Urutan Waktu yang Logis (Kronologis)
Dalam hal ini sebuah paragraf disusun berdasarkan urutan waktu yang logis atau
kronologis yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
Paragraf semacam ini umum digunakan dalam tulisan yang berbentuk sejarah atau kisah.
Dalam tulisan seperti ini setiap peristiwa, perbuatan, atau tindakan harus dijelaskan
berdasarkan patokan waktu yang jelas. Di samping itu, diusahakan antara satu kejadian
dengan kejadian lainnya didukung oleh urutan waktu yang runut.
b. Urutan Ruang
Urutan ruang (spasial) ini lebih menonjolkan tempat suatu peristiwa berlangsung.
Pengembangan paragraf seperti ini membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang
berdekatan dalam satu ruang. Oleh karena itu, sebaliknya pengembangan paragraf dilakukan
dengan memberikan keterangan tentang keadaan tempat di sekitar, batas – batasnya, atas-
bawah, di samping, di depan, di muka, di belakang, di sudut, dan sebagainya.
c. Urutan Umum ke Khusus
Pada model pengembangan paragraf dengan urutan umum ke khusus, kalimat topik
biasanya diletakkan di awal (paragraf). Dalam hal ini kalimat topik pada awal paragraf masih
bersifat umum, kemudian kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya berfungsi menjelaskan ide
pokok tadi sehingga lebih bersifat khusus. Pengembangan paragraf seperti ini sering disebut
mengikuti urutan deduktif-induktuf.

7
d. Urutan Khusus ke Umum
Pengembangan paragraf dengan urutan khusus ke umum, yaitu dengan menempatkan
kalimat topik pada akhir (paragraf). Di sini, kalimat pertama, kedua, dan seterusnya dalam
paragraf tersebut mengungkapkan ciri-ciri khusus sebuah persoalan. Selanjutnya, pada bagian
paragraf disajikan kalimat yang memuat ciri persoalan tadi secara umum yang merupakan
simpulan uraian sebelumnya. Pengembangan paragraf semacam ini dikatakan mengikuti pola
induktif-deduktif.
e. Urutan Pertanyaan – Jawaban
Ide pokok dalam paragraf yang dikembangkan dengan model ini disajikan dalam
bentuk pertanyaan. Kemudian kalimat-kalimat berikutnya berfungsi menjawab pertanyaan
tadi sehingga paragraf tersebut tetap merupakan satu kesatuan yang utuh. Cara
pengembangan seperti ini dapat dianggap logis apabila kalimat-kalimat penjelas dapat
menjawab pertanyaan tadi dengan tuntas.
f. Urutan Sebab – Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab – akibat.
Pengembangan paragraf yang mengikuti urutan sebab akibat biasanya diawali oleh beberapa
kalimat yang mengungkapkan sejumlah alternatif sebagai sebab. Selanjutnya, pada akhir
paragraf dusajikan kalimat yang mengungkapkan akibat. Dengan demikian, maka satu
paragraf terkandung satu ide pokok secara padu dan koheren.
g. Urutan Akibat – Sebab
Di samping itu, hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat pula berbentuk akibat
– sebab. Dalam hal ini akibat dapat berfungsi sebagai ide pokok dan untuk memahami akibat
ini dikemukakan sejumlah penyebab sebagai rinciannya. Pengembangan paragraf seperti ini
biasanya lebih menekankan penonjolan akibat, kemudian baru menelusuri sebab – sebabnya.
h. Urutan Pernyataan – Alasan, Contoh, dan Ilustrasi
Paragraf semacam ini diawali dengan ide pokok yang dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dalam hal ini untuk memperjelas ide pokok tersebut, maka perlu ditambahkan
beberapa kalimat sebagai alasannya. Atau dapat dilengkapi dengan menunjuk contoh,
ilustrasi sehingga ide pokok yang dinyatakan semakin jelas. Di samping itu, penyajian contoh
yang memadai dapat membantu pemahaman bagi pembaca.
i. Urutan Paling Dikenal – Kurang Dikenal
Untuk menambah kejelasan suatu paparan, penyajian ide dalam bentuk paragraf dapat
dilakukan dengan memperkenalkan sesuatu yang sudah dikenal umum terlebih dahulu. Cara
seperti ini dapat mengugah minat pembaca untuk mengikuti jalan pikiran penulis. Kemudian,
perlahan –lahan pembaca digiring ke persoalan yang sebenarnya, yang dianggap kurang
dikenal atau lebih sulit. Secara tidak sadar pembaca dapat manangkap ide penulis dengan
sempurna.
j. Urutan Definisi
Dalam hal ini sebuah paragraf diawali denagn penyajian sebuah definisi tentang
8
persoalan yang diungkapkan. Lebih lanjut, definisi tadi dijelaskan dengan jalan memberikan
uraian secukupnya, kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat.
Ketiga syarat penyusunan paragraf di atas, seperti : kesatuan, koherensi, dan pengembangan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah paragraf. Ketiga unsur ini
sudah tercermin dalam pengertian paragraf yang dikemukan di depan. Dengan demikian,
maka apabila terdapat paragraf yang disusun tanpa ketiga unsur tersebut, yakni dapat
dianggap sebagai paragraf yang tidak baik.
Sedangkan di dalam buku Cerdas Berbahasa Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, syarat pembentukan paragraf dijelaskan sebagai berikut :
1. Kesatuan Ide
Kesatuan ide dalam paragraf mengacu pada pengertian bahwa dalam satu paragraf
hanya berisi satu ide pokok atau ide tunggal. Ide pokok tersebut dapat ditunjang dengan
minimal satu ide pendukung. Oleh karena fungsinya adalah mengembangkan gagasan
tunggal, maka ide pendukung tidak boleh terdapat unsur yang tidak bertalian dengan ide
pokok.
Penyimpangan dari ide pokok akan menyulitkan pembaca dalam memahami teks, dan
menyulitkan titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Penyimpangan itu dapat berbentuk
dua hal. Pertama, pemasukan sisipan atau interupsi dalam urutan-urutan gagasan yang ada.
Kedua, pembelokan secara gradual gagasan dari ide pokok. Sedikit demi sedikit setiap ide
pada kalimat berikutnya menyimpang dari ide pada kalimat sebelumnya.
Jadi, paragraf yang baik disusun dari satu ide pokok dan didukung oleh satu atau
beberapa ide pendukung yang masing-masing saling berkaitan dalam mendukung ide pokok.
2. Koherensi Paragraf
Syarat kedua yang harus dipenuhi paragraf adalah koheren atau padu. Koherensi
terjadi apabila hubungan timbal balik antarkalimat yang membina paragraf terwujud dengan
baik, wajar, dan mudah dipahami. Hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain tersambung dengan padu, sehingga seolah-olah mengalir seperti air mengalirnya air
bening di sungai. Pembaca pun akan dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis tanpa
merasa ada sesuatu yang mengganjal. Kaitan antarkalimatn tidak meloncat-loncat. Pembaca
seolah-olah dibawa ke dalam alam pikiran si penulis, dan pada akhirnya akan memahami
dengan baik ide dan maksud si penulis persis seperti yang diharapkan oleh si penulis tersebut.
Dalam Jurnal Pena karya Herman Budiyono juga menjelaskan syarat dalam
pembentukan paragraf, sebagai berikut :
1. Kesatuan
Kesatuan paragraf disebut juga keutuhan. Suatu paragraf dikatakan utuh apabila
dalam paragraf itu terdapat hanya satu ide pokok (McCrimmon,1963:74; Wahab dan Lestari,
1999:36; Syafi’ie, 1988:151). Ide pokok (pikiran utama) tersebut dijelaskan dengan pikiran-
pikiran bawahan. Kaitannya dengan hal tersebut, Gunawan (2011:17) menyatakan bahwa
“pada hakikatnya menulis paragraf merupakan kegiatan menjelaskan pikiran utama (ide
pokok)”. Semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama mendukung ide
pokok yang sama.
9
Apabila dalam paragraf tersebut terdapat satu saja gagasan atau penjelasan yang
menyimpang dengan ide pokok, maka paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kesatuan
atau keutuhan. Ide pokok dalam suatu paragraf ada yang diungkapkan secara eksplisit ada
pula secara implisit. Ide pokok paragraf yang dikemukakan secara eksplisit, ide pokoknya
dinyatakan dalam sebuah kalimat, yaitu kalimat topik. Kalimat-kalimat lainnya berisi
informasi atau penjelasan yang berkaitan dengan ide pokok tersebut. Ide pokok paragraf yang
dinyatakan secara implisit, ide pokoknya tersebunyi atau merupakan simpulan dari
keseluruhan isi paragraf itu. Kalimat topiknya menyebar pada keseluruhan paragraf, dan
biasanya digunakan dalam tulisan deskripsi.
2. Keruntutan Paragraf
Kalimat-kalimat dalam paragraf perlu ditulis secara runtut (McCrimmon,1963:75).
Paragraf dikatakan runtut apabila ide-ide yang diungkapkan dalam paragraf tersebut tersusun
secara runtut atau urut dan sistematis, sehingga tidak ada ide yang melompatlompat. Adanya
penyajian ide-ide secara urut dan sistematis akan memudahkan pembaca memahami pesan-
pesan yang hendak disampaikan dalam paragraf tersebut (Lorch, 1984). Dengan adanya
penyampaian ide-ide secara berurutan dan sistematis pada suatu paragraf, pembaca akan
mudah dan cepat memahami isi paragraf yang bersangkutan.
3. Koherensi
Paragraf yang memiliki koherensi, kalimat-kalimatnya saling berhubungan secara
kompak (Smith and Liedlich, 1977:85). Menurut McCrimmon (1963:82), paragraf yang
koheren adalah paragraf yang kalimat-kalimatnya terjalin secara erat. Dengan demikian,
semua kalimat yang ada pada suatu paragraf harus saling berkaitan dan saling mendukung.
Bahkan, agar paragraf tersebut memenuhi unsur koherensi, tidak boleh ada satu kalimat pun
yang tidak memiliki kaitan dengan kalimat lainnya.
Paragraf yang koheren, selain mudah dipahami juga enak dibaca (Wahab & Lestari,
1999:32). Untuk menghasilkan paragraf yang koheren, mudah dipahami, dan enak dibaca ada
dua cara yang dapat ditempuh. Pertama, paragraf yang koheren dapat dicapai dengan cara
menggunakan penanda hubungan secara eksplisit, yaitu dengan piranti kohesi yang dapat
berupa pemarkah transisi, kata ganti, sinonim, pengulangan, atau yang lainnya. Kedua,
paragraf koheren dapat dinyatakan secara implisit, yaitu menggunakan hubungan logis.
D. Jenis Paragraf

1. Berdasarkan Teknik Pemaparannya

a. Paragraf Narasi
Paragraf narasi merupakan paragraf yang menjelaskan suatu kejadian yang di
dalamnya terdapat alur cerita, latar, tokoh, dan konflik, namun tidak mempunyai kalimat
utama. Paragraf narasi merupakan paragraf yang berisi cerita tentang suatu kejadian yang
dialami tokoh, baik orang maupun binatang, dalam suatu kehidupan.
Contoh paragraf narasi :
Jam istirahat, Riska menulis hasil bacaan yang diperoleh dari buku cetak di
10
perpustakaan IAIN Palopo yang akan dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi ke dalam
buku agendanya sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke
langit-langit perpustakaan, mengernyitkan kening, tersenyum, dan kembali menulis. Asyik
sekali, seakan di ruang perpustakaan hanya dia seorang diri.
b. Paragraf Deskripsi
Keraf (1981: 93) menyatakan bahwa dekripsi atau pemerian merupakan sebuah
bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-
perincian objek yang sedang dibicarakan. Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang
menggambarkan sesuatu dengan nyata dan terperinci. Paragraf deskrispi ini bertujuan untuk
memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seakan-
akan dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang sedang dideskripsikan.
Contoh paragraf deskripsi :
Gadis itu menatap Makmur dengan tersenyum. Hati Makmur semakin gencar memuji
gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis di depannya itu sangat
cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan
begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Selain itu, ditambah kulitnya
yang putih bersih, bagai putih kuning lasat, dagu lancip yang menawan, serta bibir berbelah,
dia sungguh tampak sempurna.
c. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang menyatakan kebenaran tentang sesuatu. Untuk
memperkukuh ide atau pendapatnya, penulis wacana argumetasi melampirkan data-data yang
mendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengandung argumen atau pendapat, data, dan
fakta-fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya. Gagasan kritis siswa merupakan faktor
penentu tingkat kualitas paragraf argumentasi.
Menulis paragraf argumentasi merupakan kegiatan membuat paragraf yang pola
pengembangannya berdasarkan argumen atau alasan-alasan yang disampaikan oleh penulis.
Paragraf argumentasi menyertakan fakta, data, dan argumen-argumen. Mastika (2001)
mengemukakan bahwa paragraf argumentasi merupakan perbincangan, kritikan, dan
pembahasan.
Contoh paragraf argumentasi :
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya.
Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton
(1992) bahwa anak-anak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk
mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang
mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA.
Kemudian, hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga.
Apa lagi, sejak di negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan
anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
d. Paragraf Persuasi
11
Paragraf persuasi merupakan paragraf yang mengemukakan ide, gagasan, atau
pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Paragraf persuasi
meupakan paragraf yang isisnya berupa usaha untuk membujuk atau memengaruhi orang lain
tentang suatu hal. Penyusunan paragraf ini biasanya menggunakan logika yang disertai daya
persuasif terhadap pembaca. Artinya, untuk penjelasan suatu topik bahasan digunakan
penjelasan-penjelasan yang dapat mendesak pembaca untuk mengikuti sesuatu yang
diinginkan penulis.
Contoh paragraf persuasi :
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama
manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya
adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya,
mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota
masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai.
Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling
mencintai.
e. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah karangan yang mengemukakan beberapa pengetahuan atau
informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelasnya.
Menurut Gani A. Ramlan (2014: 104) eksposisi artinya paparan, dengan paparan penulis
menyampaikan suatu penjelasan dan informasi. Setelah membaca, seseorang akan mengerti
dan memahami apa yang disampaikan oleh penulis dalam paparan tersebut.
Oleh karena itu, paragraf eksposisi adalah paragraf yang bersifat menginformasikan,
menerangkan, menjelaskan, atau memaparkan sebuah benda, gagasan, atau ide.Menurut E.
Kosasih, (2008: 106) dalam paragraf eksposisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Penjelasannya bersifat informasi
2) Pembahasan masalahnya bersifat objektif
3) Tidak mempengaruhi pembaca
4) Penjelasannya dinyatakan dengan bukti-bukti yang konkret (tidak mengada-
ada)
5) Pembahasannya bersifat logis dan sistematis.
Contoh paragraf eksposisi :
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak
pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka
kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan
telur kini semakin melejit sehingga harganya meningkat.
2. Berdasarkan Kelengkapannya

a. Paragraf Pembuka
Isi paragraf pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam
karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, paragraf pembuka harus dapat
difungsikan untuk : (1) mengantar pokok pembicaraan, (2) menarik minat dan perhatian
12
pembaca, dan (3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh
karangan. Disarankan agar paragraf pembuka jangan terlalu panjang agar tidak
membosankan.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf ini bertujuan menghubungkan pokok pembicaraan suatu karangan yang
sebelumnya telah dirumuskan di dalam paragraf pembuka. Contoh dan ilustrasi, inti
permasalahan dan uraian pembahasan adalah isi sebuah paragraf penghubung atau paragraf
pegembang. Paragraf penghubung atau pengembangan berfungsi dalam paragraf untuk : (1)
mengemukakan inti persoalan, (2) memberi ilustrasi atau contoh, (3) menjelaskan hal yang
akan diuraikan pada paragraf berikutnya, (4) meringkas paragraf sebelumnya, dan (5)
mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan. Semua paragraf yang terletak antara
paragraf pendahuluan dan paragraf penutup digolongkan sebagai paragraf penghubung. Oleh
karena itu, antara paragraf yang satu dan paragraf lainnya harus saling berhubungan secara
logis.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir tulisan atau yang
mengakhiri sebuah tulisan. Biasanya, paragraf penutup berisi simpulan dari semua
pembahasan yang telah dipaparkan pada paragraf penghubung. Paragraf ini sering berisi
penegasan atau pernyataan kembali tentang masalah-masalah yang diuraikan pada paragraf
penghubung agar maksud penulis menjadi lebih jelas jika ada hal-hal yang dianggap sangat
penting. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian
karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini : (1) sebagai bagian penutup,
paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, (2) isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau
simpulan akhir sebagai cermin inti seluruh uraian, (3) sebagai bagian yang paling akhir
dibaca, hendaknya dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca, dan (4) isi
paragraf penutup banyak ditentukan oleh sifat karangan.
E. Pola Pengembangan Paragraf

1. Pola Pengembangan dengan Cara Umum-Khusus


Metode umum-khusus dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk
mengembangkan gagasan paragraf agak tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar
menyusun paragraf dengan mengunakan metode atau pola ini adalah cara yang paling
disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus, juga relatif
mudah dikembangkan. Selain itu, pola atau teknik tersebut paling banyak dipakai dalam
karangan ilmiah dan tulisan ekspositorias, seperti artikel dalam media massa. Cara ini
digunakan dalam menulis paragraf dapat dilakukan, baik dari umum ke khusus atau
sebaliknya dari khusus ke umum. Dalam bentuk umum ke khusus, pikiran utama diletakkan
pada awal paragraf lalu diikuti dengan perincian-perincian.
Contoh :
(1)Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. (2)
Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
(3) Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari
bahasa Indonesia dan telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air
13
kita. (4) Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya
persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai
kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Penulis dapat memilih cara lain dalam mengembang paragraf, yaitu dengan
menggunakan teknik khusus-umum. Penulisan dimulai dari rincian-rincian (kekhususan) dan
selanjutnya pada akhir paragraf disimpulkan pikiran utamanya. Jadi, dalam pengembangan
paragraf ini dipakai pola khusus- umum.
Contoh :
(1)Dokumen dan keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan
badan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. (2) Pidato-pidato terutama pidato
kenegaraan ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. (3) Hanya dalam keadaan tertentu,
demi kepentingan komunikasi antara bangsa, kadang- kadang pidato resmi ditulis dan
diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. (4)Demikian juga bahasa
Indonesia dipakai oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan
atau sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat.
2. Pengembangan dengan Cara Alasan-Alasan
Dalam pengembangan menurut pola ini, fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu
itu dikemukakan lebih dahulu, kemudian disusul rincian-rincian sebagai akibatnya. Dalam hal
ini, sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas.
Contoh :
(1)Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. (2) Ibu tidak
selalu hidup merana karena setiap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak terlalu pusing
memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. (4) Anak pun tidak terlantar
hidupnya.
Paragraf ini tergolong deduktif. Kalimat (1) merupakan sebab, sedangkan kalimat (2),
(3), dan (4) merupakan akibat.
Kebalikan adalah pengembangan yang menggunakan pola akibat-sebab. Dalam hal
ini, akibat suatu kejadian merupakan pikiran utama, sedangkan sebab merupakan pikiran
penjelas.
Contoh :
(1)Dia terpaksa tidak masuk sekolah hari ini. (2) Sudah beberapa hari ibunya sakit. (3)
Ayahnya yang dinanti- nantikan kedatangannya dari Jakarta belum tiba. (4) Adik- adiknya
yang masih kecil tidak ada yang menjaganya.
Dalam penyusunan karya ilmiah, pengembangan sebab-akibat lebih banyak
digunakan daripada pengembangan akibat-sebab. Hubungan sebab-akibat berperan penting
dalam uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, dan tesis.
3. Pengembangan dengan Cara Perbandingan
Pada pola pengembangan paragraf ini, penulis memaparkan persamaan dan perbedaan
14
dua objek/ gagasan atau lebih. Perbandingan tersebut dapat dilakukan karena objek yang
berbeda itu mempunyai persamaan tertentu dan juga perbedaan tertentu.
Contoh :
(1)Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya
tergolong puisi lama yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair, keempat barisnya
merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. (4)
Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.
4. Pengembangan dengan Cara Contoh-Contoh
Dalam pola pengembangan seperti ini terlebih dahulu dikemukakan suatu pernyataan,
kemudian disebutkan rincian- rincian berupa contoh-contoh konkret. Dalam karangan ilmiah
contoh dan ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan
penjelasan rinci tertentu. Perhatikan ilustrasi dalam bentuk paragraf yang ditulis dengan
menggunakan pola pengembangan dengan contoh.
Contoh :
(1)Kata-kata pungutan itu ada yang telah lama masuk, ada juga yang baru masuk. (2)
Baik yang telah lama maupun yang baru, ada yang benar-benar menjadi warga bahasa
Indonesia, misalnya: saya, sabun, pasar, kursi meja, dsb. (3) Ada juga yang masih terasa
asingnya, misalnya : insaf, sukses, akhlak, proses, dan sebagainya.
5. Pengembangan dengan Cara Definisi Luas
Definisi luas ini dapat dipakai untuk mengembangkan pikiran utama. Semua penjelas
atau uraian menuju pada perumusan definisi tersebut. Jadi, definisi adalah usaha penulis
untuk menerangkan pengertian atau konsep istilah tertentu. Untuk merumuskan definisi yang
jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi definisi konsep dan penentuan ciri khas
konsep tersebut.
Contoh :
Apa dan siapakah pahlawan itu ? Pahlawan adalah orang yang berpahala. Mereka
yang berbuat baik, melaksanakan kewajiban dengan baik, berjuang tanpa pamrih adalah
pahlawan. Pahlawan tidak menuntut balas jasa, tidak ingin dihargai, tidak meminta
pengakuan dari orang lain. Mereka berbuat berdasarkan idealisme, cita-cita luhur, berjuang
untuk kepentingan umum, membela nusa, bangsa, dan negara. Pahlawan sejati adalah
pahlawan yang tidak menonjolkan diri, tidak ingin disanjung dan dijunjung. Pahlawan itu
berjuang dengan ikhlas, rela berkorban tanpa pamrih.
6. Pengembangan dengan Cara Campuran
Pada pola pengembangan ini rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran
dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf. Jadi, misalnya terdapat campuran umum
khusus dengan sebab akibat, atau dengan perbandingan dan sebagainya.
Contoh :
(1)Bahasa tutur adalah bahasa pergaulan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari,
15
terutama dalam percakapan. (2) Umumnya bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya. (3)
Kata-kata yang digunakan tidak banyak jumlahnya. (4) Lagi pula bahas tutur hanya
menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Sudah barang tentu sering
digunakan juga kata tutur, yaitu kata yang memang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur,
misalnya : bilang, pelan, bikin, enggak, dan sebagainya. (7) Lafalnya pun sering menyimpang
dari lafal yang umum, misalnya : dapet (dapat), malem (malam), dsb.
7. Pengembangan dengan Cara Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi paragraf menguraikan
suatu proses. Proses merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau
menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap-tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang
berbeda, penulis harus menyusun secara runtut. Di bawah ini disajikan contoh paragraf yang
menggunakan pengembangan pola proses.
Contoh :
Proses pembuatan kue donat adalah sebagai berikut. Mula-mula dibuat adonan terigu
dicampur dengan telur dan gula dengan perbandingan tertentu yang ideal sesuai dengan
banyaknya kue donat yang akan dibuat. Kemudian, adonan dicetak dalam bentuk gelang-
gelang. Setelah itu, “gelang-gelang” tadi digoreng sampai berwarna kuning kecoklatan.
Selanjutnya, gorengan itu diolesi mentega, diberi butiran coklat warna-warni, atau ditaburi
tepung gula. Akhirnya, kue donat siap untuk disantap.
8. Pengembangan dengan Cara Klasifikasi
Pengembangan dengan cara mengklasifikasi atau mengkelompok-kelompokkan
masalah yang dikemukakan. Dengan klasifikasi itu diharapkan penulis lebih mudah
mengembangkan dan menata alur pikiran yang akan ditulis dalam paragraf. Di samping itu,
pembaca dapat lebih mudah memahami informasi yang disajikan.
Contoh :
Dewasa ini ada berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga
listrik. Sumber- sumber itu selain berupa tenaga air dan tenaga matahari, dapat pula berupa
tenaga panas bumi dan tenaga nuklir. Sebagai pembangkit listrik, nuklir telah dimanfaatkan
hampir di seluruh dunia.
9. Pengembangan dengan Cara Fakta
Pengembangan dengan fakta merupakan suatu bentuk pengembangan paragraf yang
dilakukan dengan menyertakan sejumlah fakta atau bukti-bukti untuk memperkuat pendapat
yang dikemukakan. Fakta-fakta dapat dihubungkan menjadi satu paragraf apabila dapat
menggambarkan sifat-sifat khusus seseorang pribadi atau bagian suatu pemandangan atau
segi masalah lainnya.
Contoh :
Kesan pertama setelah bertemu dengan pria ini adalah menyenangkan, tetapi
wibawanya tetap memantul. Perawakannya sedang, tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu
kecil. Rambutnya lurus disisir ke belakang. Dahinya lebar, kata orang menandakan
16
pandangannya luas. Kulitnya agak hitam. Bicaranya kalem dan hati-hati. Nada bicaranya
bersahabat, tidak seperti menggurui. Apa yang akan dikeluarkan mulutnya tampak telah
melewati saringan pikiran yang arif.
10. Pengembangan dengan Cara Pertanyaan
Mengembangkan paragraf dengan cara ini berarti menyusun kalimat topik dalam
bentuk kalimat tanya. Dengan menggunakan pertanyaan dalam paragraf berarti penulis
mencoba untuk menghidupkan kesan dari pesan yang ingin disampaikannya,
Contoh :
Tahun depan adalah tahun pelaksanaan pemilihan umum. Perlukah kita mendoakan
agar sukses pemilu itu? Masih perlukah kita berjuang agar Pancasila dan UUD 1945 menjadi
dasar negara kita? Apakah semuanya telah diatur dari atas? Mungkinkah pelaksanaan dan
hasil pemilu telah meyakinkan dengan baik kepada kita. Terjaminkah hasil pemilu dengan
manipulasi yang menjadikan kita seperti boneka yang hanya menunggu komando dari sang
dalang dengan berbagai aparaturnya? Tegasnya, selamatkan negara dan bangsa kita dari
pembagian kursi DPR pada pesta demokrasi sebagai wahana penyambut aspirasi masyarakat.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, dari penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah
kumpulan dari beberapa kalimat yang saling berhubungan dan membentuk sebuah ide atau
gagasan baru. Paragraf ini bisa disebut juga sebagai alinea. Berdasarkan fungsinya, kalimat
yang membangun paragraf pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu (1) kalimat topik atau
kalimat pokok dan (2) kalimat penjelas atau pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang
berisi ide pokok atau ide utama paragraf, sedangkan kalimat penjelas atau pendukung adalah
kalimat yang berfungsi menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf.
Dalam menyusun paragraf ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Adapun
persyaratan itu adalah (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) pengembangan. Jenis- jenis
paragraf berdasarkan teknik pemaparannya, yaitu paragraf narasi, paragraf deskripsi,
paragraf argumentasi, paragraf persuasi, dan paragraf eksposisi. Sedangkan berdasarkan
kelengkapannya paragraf dibagi atas paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf
penutup. Ada beberapa pola yang dapat dipakai untuk mengembangkan paragraf, yaitu pola
pengembangan dengan cara umum-khusus, alasan-alasan, perbandingan, contoh-contoh,
definisi luas, campuran, proses, klasifikasi, fakta, dan pertanyaan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah tersebut terdapat banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalahnya dengan berpedoman dari
berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang para pembaca berikan tentang pembahasan dari
makalah tersebut dalam kesimpulan di atas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, H. (2012). Mengembangkan Paragraf Sesuai Fungsi dan Posisi dalam Rangka
Menulis sebuah Tulisan Esai. Pena. (Vol. 2 No. 2 ISSN 2089-3973).13-27.
Ermanto dan Emidar. (2018). Bahasa Indonesia Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Depok: Rajawali Press.
Gunawan, W. (2011). Pembelajaran Menulis Paragraf Melalui Analisis. Pena (Vol. 1, No. 1
ISSN 2089-3973). 15-27.

Kusmana, Suherli, dkk. (2018). Cerdas Berbahasa : Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Yrama Widya.
Made, Ida Ayu. (2014). Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. (Jilid 47, Nomor
2-3). 145-154.
Mujianto dan Moh. Thamrin. (2017). Bahasa Indonesia Pengantar Terampil Menulis.
Malang: Politeknik Negeri Malang.
Nurdjan, Sukirman, dkk. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Makassar:
Aksara Timur.
Sriani, Ni Ketut, dkk. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Experiential Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi pada Siswa Kelas VII B SMP
Negeri 2 Tampaksiring. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (Volume
3 No. 1). 1-11.
Sukharta, I. Nengah, dkk. (2015). Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi. Bali:
Udayana Univesity Press.
Suriana, Andi Susi. (2016). Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi Siswa Kelas X SMA
Negeri 12 Konawe Selatan. Jurnal Humanika. (Vol. 1, No. 16 1-19 ISSN 1979-8296).
1-19.

19

Anda mungkin juga menyukai