Anda di halaman 1dari 16

BAB VIII

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL


SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KOMUNIKASI PEMASARAN

A. Pendahuluan

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Association for Educational
Communication and Technology (AECT) suatu asosiasi yang bergerak dalam bidang
komunikasi pembelajaran mendefinisikan bahwa media adalah segala bentuk yang
digunakan untuk menyalurkan informasi. Pengertian media yang diberikan AECT ini
menunjukan bahwa istilah “media” memiliki makna yang sangat umum. Ini disebabkan
kata “segala bentuk” yang terdapat dalam pengertian tersebut memberi makna bahwa
yang disebut “media” tidak terbatas pada jenis media tertentu.
Jadi apapun bentuknya, bila dapat digunakan untuk menyalurkan informasi atau
pesan dapat disebut sebagai media. Senada dengan AECT, Arief S. Sadiman menyatakan
bahwa definisi media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima. Dalam buku Desain Instruksional, Atwi Suparman
menjelaskan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Alat atau media tersebut dapat berupa
alat-alat elektronika, gambar, buku, dan sebagainya.
Dari beberapa pengertian media yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat adanya
persamaan antara pengertian yang satu dengan lainnya, terutama pada ruang lingkup
pengertian media, serta fungsi dari media tersebut. Semua pengertian media mengacu
pada pengertian media secara umum, sedangkan fungsinya menyalurkan informasi atau
pesan dari sumber ke penerima.
Salah satu bentuk media audio visual sebagai komunikasi marketing adalah iklan.
Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media yang sekaligus bertujuan mempersuasi
orang untuk membeli. Menurut Kotler, iklan merupakan bentuk komunikasi non-personal
yang dilaksanakan lewat media dan dibayar oleh sponsor yang jelas. Karenanya iklan
merupakan media yang dapat diserap sehingga iklan sebagai sumber informasi menjadi
stimulus bagi organisme seseorang yang akan memberikan respon dari stimulus yang
diterimanya.
Dengan demikian iklan sesuai dengan teori S – O – R ( Stimulus – Organisme –
Respon ). Teori ini mengemukakan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui
suatu analisis dari stimuli yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi spesifik dan
didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi.
Selain dapat dipandang dari perpektif teori S – O – R iklan televisi juga dapat
dikaji dari teori A – T – R ( Awareness, Trial, Reinforcement ). Teori ini mengemukakan
bahwa khalayak itu dapat dipengaruhi oleh iklan, hasilnya kita akan mendapatkan
sekelompok orang yang relatif tetap memakai produk-produk hasil iklan itu. Rangkaian
teori A-T-R diawali dengan usaha pertama menggugah kesadaran khalayak bahwa
produk yang diinginkan itu ada di sekelilingnya. Harapan kedua ialah setelah menggugah

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 68


kesadaran setiap iklan harus kuat mempengaruhi khalayaknya terutama segi konatifnya
sehingga khalayaknya langsung mencoba (trial) produk yang diiklankan. Harapan ketiga
adalah proses peneguhan (reinforcement) iklan yang ditampilkan harus mempunyai
kekuatan peneguh sikap tertentu.
Pengkajian teori A-T-R dapat diawali dengan bagaimana kiat perusahaan
mengundang simpati pemirsa melalui sajian pesan yang atraktif dan persuasif di televisi.

B. Proses Produksi Sebuah Iklan

Membuat sebuah iklan dalam format audio visual berkaitan dengan serangkaian
proses yang harus dilalui sehingga iklan benar-benar dapat mengundang simpati
pemirsanya. Rangkaian proses produksi itu meliputi : Pre-Production, Production, dan
post production :
Pada tahap Pre-production, pengembangan naskah merupakan jantung dari produksi yang
akan dijalankan.
Bagi anda yang melakukan kegiatan penulisan Naskah Video terdapat istilah-istilah
dalam penulisan Naskah tersebut yang akan membantu anda dalam proses produksi
Video.
Gambar atau aspek visual dari suatu programVideo yang tampak di layar kaca
monitor adalah hasil dari serangkaian pengambilan gambar atau shooting dalam kegiatan
dalam produksi.

Berbagai jenis shot yang perlu dikuasai adalah sebagai berikut:

Penulisan dan
Jenis Shot Visualisasi
Keterangan singkat

LS. Untuk pengambilan


gambar keseluruhan. Bila
Long Shot Objeknya orang maka
(LS) seluruh tubuh dan latar
belakang akan tampak
semua.

WS/WA. Hasilnya seperti


Wide Shot/Angle LS.hasilnya bagian tepi
(WS/WA) berkesan Lengkung.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 69


MLS. Disebut juga knee
Shot. Blia Objeknya
Medium Long Shot orang maka yang tampak
(MLS) hanya dari kepala sampai
lutut. Bagian belakang
terlihat rinci.

MS.Hanya dari kepala


sampai lutut. Bagian latar
belakang terlihat rinci.
Medium Shot
(MS)

Sering disebut Chest/Bust


Shoot. Untuk objek
Medium Close up/ Shot
Orang bila benda tampak
keseluruhan bagiannya.

CU/CS. Untuk orang


hanya tampak bagian
Close up/Shot (CU/CS) wajahnya.Benda-benda
tampak jelas bagian-
bagiannya.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 70


BCU/BCS.
Big Close Up/Shot Sering disebut Very
CloseUp (VCU).Bila
objeknya orang hanya
bagian tertentu yang
terlihat, seperti mata
dengan bagian-bagian
yang terlihat jelas.

Group S.pengambilan
Group Shot gambar untuk
sekelompok orang (bila
objeknya gambar orang)

2-Shot /2S. Bila


Objeknya orang,
Two Shot Pengambilan difokuskan
kepada dua orang.

OSS.Biasanya digunakan
untuk meliputi. Dua
orang yang sedang
bercakap-cakap.
Over Shoulder Shot
Pengambilannya melalui
belakang bahu
(membelakangi kamera )
secara bergantian.

Dari tabel jenis-jenis pengambilan gambar tersebut dapat ditambahkan beberapa catatan
sebagai berikut.
1. Pada dasarnya media televisi adalah media close-up maka efektivitas
penyampaian pesan adalah dengan menggunakan lebih banyak jenis-jenis
shot close.
2. Long shot apalagi Extreme Long shot sebaiknya tidak digunakan karena
kamera televisi berbeda dengan kamera film. Untuk menciptakan suatu awal

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 71


pengambilan sebagai informasi tentang lokasi dan setting kejadian dapat
digunakan MLS.
3. MCU, MS, dan MLS adalah jenis pengambilan gambar yang mempunyai
karakteristik untuk menimbulkan kesan tenang dan santai.
4. BCU dan GU adalah jenis pengambilan gambar yang cepat memberi kesan
tegang, bersungguh-sungguh, serius, dan takut.
Jenis pengambilan gambar tersebut dihasilkan atas arahan sutradara kepada juru
kamera pada waktu shooting. Visualisasi yang dihasilkan merupakan hasil
pengoperasian kamera dengan memanipulasi lensa.

C. BENTUK FISIK NASKAH

Berikut ini adalah beberapa bentuk fisik naskah, yaitu naskah satu kolom dan naskah
dua kolom.
1. Naskah Satu Kolom
Dalam naskah satu kolom, penulisan deskripsi unsur audio dan
visual tidak dipisahkan. Semua ditulis berurutan tanpa pemisahan kolom.
Khusus untuk program yang akan direkam dengan multi kamera televisi
dan tidak dengan teknik film (satu kamera) perlu diperhatikan bahwa:
1. Adegan (scene) tidak perlu diberi nomor urut karena
progresi perekaman akan terjadi bersamaan dengan saat penampilan.
2. Pendekatan produksi video (multi kamera) biasanya post produksi
tidak terlalu banyak bekerja. Misalnya, tidak banyak penyuntingan
dan unsur dramatik sudah dilaksanakan pada saat perekaman.

2. Naskah Dua Kolom


Dalam naskah dua kolom penulisan deskripsi visual seperti setting,
gerakan kamera, instruksi acting, dan efek visual dituliskan di kolom yang
terpisah dari kolom audio. Jadi, kolom audio khusus untuk menuliskan
unsur-unsur audio termasuk narasi, dialog, sound effect, musik, dan
instruksi auditif.
Pada prinsipnya, dari segi isi, naskah satu kolom dan dua kolom
akan menghasilkan produk yang identik. Namun, dari segi tata letak tampak
lebih konvensional. Walaupun demikian, dalam produksi yang
sesungguhnya banyak sutradara lebih menyukai bentuk satu kolom.
Alasannya, bagian kiri naskah yang kosong dapat digunakan sebagai tempat
untuk membubuhkan catatan khusus arahan. Misalnya kapan harus CUT,
atau DISSOLVE dari satu kamera ke kamera lain, tanda atau CUT gerak
kamera atau objek, musik, sound effect, dan catatan sumbernya.

D. TATA TULIS NASKAH


Dalam menulis naskah video, Anda sebaiknya perlu memperhatikan beberapa hal,
seperti judul program dan deskripsi adegan. Judul program sebaiknya Anda tulis di
bagian tangah atas kertas den jangan lupa menggunakan huruf kapital.
Sedangkan deskripsi adegan terdiri dari:
1. Indikator tempat, yaitu menerangkan lokasi pengambilan

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 72


gambar di dalam atau di luar ruang. Indikator ini ditulis dengan nomor urut
dengan kapital.
Contoh:
DISINILAH DITULIS JUDUL PROGRAM

01. INTERIOR atau EXTERIOR


(biasanya disingkat INT atau EXT)

2. Indikator setting, yaitu menuliskan tempat kejadian dan dituliskan secara


singkat dan jelas.
Contoh:

01. INT.-RUANG KELAS

3. Indikator waktu kejadian, ditulis singkat dalam huruf kapital.


Contoh:

01. INT.-RUANG KELAS - PAGI

4. Instruksi jenis shot / gerakan kamera ditulis dalam huruf kapital.


Contoh:

01. INT.-RUANG KELAS - PAGI


LS.- PAK GURU DUDUK ADI MEMBERI SALAM
KEPADA PAK GURU DARI KURSINYA.

Contoh untuk bentuk dua kolom:

VIDEO AUDIO

01. INT.-RUANG KELAS - PAGI


LS.- PAK GURU DUDUK ADI
MEMBERI SALAM KEPADA
PAK GURU DARI KURSINYA.

5. Nama tokoh (kecuali bila termasuk dalam dialog), isyarat musik, sound effect
dan instruksi acting semuanya ditulis dalam huruf kapital. Untuk naskah dua

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 73


kolom, ketiga hal tersebut ditulis dalam kolom audio. Perhatikan contoh
berikut ini:
Contoh:
VIDEO AUDIO

01. INT.-RUANG KELAS -


PAGI FADE IN : MUSIK PEMBUKA
a. LS.- PAK GURU DUDUK
ADI MEMBERI SALAM
KEPADA PAK GURU DARI FADE OUT : MUSIK PEMBUKA
KURSINYA.

b. CU. ADI
ADI : (MEMBERI SALAM)
c. LS. PAK GURU MENGANG
GUK LALU MELIHAT FX : SUARA BEL SEKOLAH
SEKE LILING KELAS

E. CONTOH MODEL NASKAH

Terdapat beberapa contoh modul naskah seperti :

A. Dokumenter berdasarkan Stock Shots (Potongan Shot )


Program dokumenter yang berdasarkan stock shots ini tinggal menyusun daftar
shots yang diperlukan dan mencarinya di perpustakaan .
Kekurangan shots tertentu dengan mudah diupayakan dengan pengambilan baru.

B. Dokumenter yang Didramatisir.


Format ini lebih sesuai menggunakan model screenplay teaterikal karena aspek
visual dan aureal dapat diketahui sebelumnya dan dapat direncanakan seperti halnya
sebuah drama yang disutradarai.

C. Dokumenter Model Instruksional/Teknikal.


Jenis format ini termaksud yang sebenarnya karena shooting-nya tidak dapat
direncanakan cepat sebelumnya. Selanjutnya dapat diperhatikan contoh naskah
dokumenter peringatan ulang tahun pelukis Affandi yang ke 80 di bawah ini.

F. PEMBUATAN STORYBOARD

Secara sederhana, storyboard diartikan sebagai media untuk menggambarkan terlebih


dahulu secara sederhana materi paket komunikasi pemasaran, secara urut dalam suatu
kombinasi teks (untuk setiap scene), sketsa/gambar, dan juga audio yang mengiringi.
Secara garis besar bentuk dari storyboard ini dapat dilihat pada contoh berikut ini :

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 74


Client : ………….

GUNADARMA
Product : ………….
Theme : ………….
Duration : …………. A D V E R T I S I N G
Date : ………….
Versi : ………….
TV Commercial 2005

Suara gelombang udara di


Seekor ikan dasar laut dan diiringi alunan
menjumpai/menemukan musik instrumentalia, dts….
sebungkus makanan cepat
saji Dannon di dasar laut,
dst….

Sumber : www.markbellusci.com/portfolio_all.html (diolah)

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 75


Bentuk lain dari pembuatan storyboard dapat dilihat dari contoh di bawah ini :

Sumber : :www.unaballena.com/prensagal.html

Dari kedua contoh storyboard di atas, dapat disimpulkan bahwa pembuatan storyboard
dimaksudkan untuk menyiapkan dan memberikan gambaran awal mengenai bentuk paket
komunikasi yang akan dibuat, mulai dari awal hingga akhir scene, khususnya untuk paket
komunikasi pemasaran yang dinamis, dalam arti menggunakan media televisi.

G. PROSES EDITING

Untuk proses Editing video banyak software yang bisa digunakan, antara lain :
Adobe Premiere, Ulead Video Editor, Pinnacle Studio, Avid, dan sebagainya atau Final
Cut Pro apabila kita gunakan computer Apple Mac. Setiap software tersebut mempunyai
kelebihannya masing-masing. Fitur-fitur yang ada dalam software tersebut pun berbeda-
beda, walaupun ada beberapa fitur yang sama yang umumnya merupakan fitur standar
yang dipunyai oleh sebuah software editing. Dalam workshop ini kita akan gunakan
software editing Adobe Premiere.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 76


G.1. Cara men-capture atau mengambil film dari kamera video (handycam)
Sebelum kita melakukan proses editing maka harus mentransfer dahulu video yang
ada di kamera video ke dalam computer. Proses transfer video dari kaset video ke
dalam file di dalam computer tersebut dinamakan dengan proses Capturing. Kita
dapat men-capture film dengan menggunakan software Adobe Premiere, yaitu
dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Pertama kita harus menghubungkan kamera video atau handycam ke alat
video capture dengan menggunakan kabel RCA atau kabel Firewire.
(Tergantung dari kompabilitas kamera dan Video Capture Card yang
terpasang di computer).
2. Setelah terhubung, buka program Adobe Premiere
3. Klik File > capture
4. Pilih Movie Capture, maka akan tampil sebuah window baru
5. Pertama kita klik settings yang terdapat di kana atas window
6. Lalu pada Capture settings klik Edit.. maka akan muncul sebuah window
baru lagi
7. Pada Capture format : pilih DV / IEEE1394 Capture lalu kita klik OK
8. Kemudian pada Preferences klik Edit.. maka akan muncul sebuah window
baru
9. pada Captured Movies, pilih Select folder untuk menentukan di folder
mana kita akan menyimpan file hasil capture kita. Lalu klik OK.
10. Setelah itu maka kita akan kembali ke window settings
11. kita klik logging, disini kita dapat men-capture film secara real-time.

*catatan : untuk men-capture film kita juga dapat gunakan software editing lainnya.

G.2. Proses Editing


Pada umumnya tampilan pertama setelah kita menjalankan program video
editingadalah pilihan project setting yang akan kita gunakan. Project setting ini
berisi antara lain :
1. Video setting : setting untuk mengatur kualitas gambar, ukuran frame,
setting kompresi yang digunakan dalam memainkan movie dalam timeline.
2. Audio setting : setting untuk mengatur karakteristik audio yang akan
dimainkan dalam timeline.
3. Rendering option : untuk mengontrol movie ketika proses rendering suatu
klip dalam timeline sedang berlangsung.

Setelah kita memilih project setting, maka tampilan berikutnya adalah workspace.
Pada umumnya workspace suatu program video editing terdiri dari :
1. Project window : untuk tempat sementara klip-klip yang telah diimport
2. Monitor window : tempat untuk memainkan klip, baik klip yang sudah di-edit
maupun yang belum di-edit.
3. Timeline window : tempat untuk meletakkan dan merangkai klip-klip yang
dapat diberi efek dan transisi, yang kemudian dapat dilihat dalam monitor
window.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 77


4. Palletes : tempat kumpulan baerbagai macam palet seperti efek, transisi, dan
lain lain.

G.3. Cara mengedit Video


Pertama kita masukkan terlebih dahulu klip-klip yang akan diedit ke dalam
workspace, klip-klip disini dapat berupa file movie, audio ataupun gambar (still
image), yaitu dengan cara mengimpor file tersebut :
1. Pada project window terdapat sebuah folder yang bernama bin (pada Ulead
Video editor bernama media library), bin ini berfungsi seperti folder pada
windows explorer. Untuk mengimport file pada bin kita klik kanan mouse, lalu
pada menu pop-up kita pilih import. File yang kita import secara otomatis akan
masuk ke dalam bin.
2. Kita juga dapat mengimport file dengan cara mengklik File>import. Perlu
diketahui karena bin berfungsi seperti folder, maka kita dapat menambahkan
bin lagi untuk mempermudah menata file-file yang diimport, dan nama bin
dapat diganti sesuai dengan keinginan kita.
Setelah kita mengimport klip-klip yang kita perlukan, langkah selanjutnya adalah
mengedit klip-klip tersebut di timeline.
1. Sebelum kita mengedit di timeline, kita dapat memotong atau memilih bagian
nama dari klip tersebut yang akan kita edit, yaitu dengan cara men drag terlebih
dahulu klip tersebut ke source Monitor Window atau kita klik dua kali klip
tersebut. Pada source window ini kita dapat memotong klip tersebut dengan
menggunakan Mark In dan Mark Out. (Mark in dan Mark out ini biasanya
dilambangkan dengan tanda { dan } )
- Mark in merupakan batas awal dari klip yang akan kita ambil.
- Mark out merupakan batas akhir dari klip yang akan kita ambil.
Setelah kita tentukan batas awal dan batas akhir dengan mark in dan mark out
dari klip yang akan kita edit, langkah selanjutnya adalah memindahkan klip
tersebut ke timeline.

2. Untuk memindahkan klip yang kita batasi pada source window kita cukup
mendrag and drop klip tersebut dari source window ke timeline. Apabila klip
yang akan kita edit merupakan klip movie / gambar kita harus menempatkannya
pada timeline video. Dan apabila klip tersebut berupa audio kita harus
menempatkannya pada timeline audio.
3. Pada timeline video terdapat beberapa macam timeline, yaitu Video 1A, Video
1B, dan Video 2. Diantara Video 1A dan Video 1B terdapat timeline transition
yang berfungsi untuk menempatkan transisi antara video 1A dengan video 1B.
Sedangkan Video 2 lebih banyak digunakan untuk penambahan efek green
screen/blue screen dan title.

G.4. Cara memberikan efek video, efek audio, dan transisi pada klip
Untuk memberikan efek video, efek audio dan transisi pada klip kita harus
menempatkan klip terlebih dahulu ke dalam timeline. Karena pemberian efek dan
transisi hanya dapat dilakukan di dalam timeline.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 78


1. Efek Video terdapat pada palletes > Video, untuk memberikan efek video pada
klip kita pilih efek yang kita kehendaki dengan cara mendrag efek tersebut ke
klip yang ada pada Timeline Video ( Klip harus berupa file movie / gambar ).
2. Efek Audio terdapat pada pallets > Audio, untuk memberikan efek audio pada
klip sama seperti memberikan efek Video pada klip, yaitu dengan cara mendrag
ke klip pada Timeline Audio dan klip tersebut harus berupa klip audio (suara).
3. Efek transisi terdapat pada palletes > transition, untuk memberikan efek
transisi pada klip kita harus menempatkan dua buah klip video pada timeline
Video 1A dan Video 1B. Setelah kita menempatkan kedua klip tersebut kita
dapat memilih salah satu efek transisi yang kita inginkan pada pallets
transition, lalu kita drag ke timeline transition yang terdapat di antara Video 1A
dan Video 1B
(Efek transisi digunakan untuk meperindah pergantian antar video dari video 1 ke
video 2 atau sebaliknya).

G.5. Cara Membuat Title


Title digunakan untuk memberikan judul atau tulisan dalam suatu film yang biasa
disebut dengan Caption. Berikut ini adalah cara untuk membuat title :
1. Klik File > New > Title, lalu akan tampil sebuah window baru untuk membuat
title.
2. Cara yang kedua, klik File > New > Titledeko, lalu akan tampil sebuah
window baru untuk membuat title.
Perbedaan antara title yang biasa dengan titledeko adalah : Title biasa merupakan
program standar / bawaan dari Adobe Premiere, sedangkan TitleDeko merupakan
plug-in / program tambahan untuk Adobe Premiere.

G.6. Cara melihat Hasil dari Editan yang telah dibuat


Ada beberapa cara untuk melihat hasil dari editan video kita, yaitu :
1. Kita dapat langsung melihat hasil editan video kita di Monitor window, dengan
mengklik tombol play yang terdapat pada monitor window. Kelemahan dari
cara yang pertama ini adalah, hasil dari editan yang diberi efek tidak akan
terlihat di monitor window.
2. Pada timeline kita tekan tombol alt lalu klik mouse sambil digeser pada
timeline untuk melihat hasil dari editan kita, dengan cara ini kita dapat melihat
hasil editan kita yang diberi efek, tetapi kelemahan dari cara ini adalah suara
dari klip tidak akan dimainkan.
3. Cara yang terakhir adalah dengan menekan tombol Enter, maka secara
otomatis akan merender klip-klip editan kita yang terdapat di timeline, cara ini
meerupakan cara yang paling baik untuk melihat hasil editan kita, karena semua
editan kita baik sound ataupun video dapat terlihat, kelemahannya cara ini akan
memakan waktu yang cukup lama untuk merender.

G.7. Cara Men-convert Video Editan menjadi entuk File Video


Proses convert adalah proses terakhir dalam video editing sebelum dibakar ke
dalam CD, adapun cara men-convert nya adalah sebagai berikut :

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 79


1. Klik File > export timeline
2. Pilih Movie untuk mengeksport film menjadi file berekstensi .AVI
3. Pilih Adobe MPEG Encoder untuk mengeksport film menjadi berekstensi
.MPEG.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 80


GLOSARIUM

Act : Suatu bagian atau unit tertentu dari perkembangan dramatik dalam
sebuah teleplay; dalam TV biasanya dipisahkan dengan unit yang
serupa dengan spot komersial iklan atau paling tidak dengan fade
out lalu diteruskan dengan fade in.
Action : 1. Gerakan yang dipola dari seorang tokoh atau objek.
2. Dalam sinema diartikan sesuatu yang akan diperlihatkan.
3. Dalam naskah film dua kolom dimaksudkan sebagai tempat
untuk menuliskan deskripsi visual; untuk TV kolom visual diberi
judul “video”.
Ad-Lib : Pembicaraan atau tindakan yang tidak dinaskahkan atau dilatihkan
(semacam improvisasi).
Aerical Shot : Pengambilan/shot dari atas (udara) dengan menggunakan pesawat
terbang atau helikopter.
Animation : 1. Benda, gambar, dan tulisan yang tampak hidup. Misalnya
berupa rangkaian beberapa gambar dengan perbedaan kecil lalu
dishot per bingkai. Bila ditayangkan akan tampak seperti
bergerak/hidup.
2. Bila diterapkan untuk manusia, model, atau boneka disebut
pixilation.
Audio : Bagian dari program yang dapat didengar, misalnya bunyi musik.
Blocking : Proses perencanaan gerakan fisik orang atau objek dalam set.
Dilakukan dengan membuat tanda posisi dengan kapur atau plester.
Kemudian dengan cue penyaji pemain menempati posisi tersebut.
Boom : Alat penyangga yang bisa digerakkan sehingga pergerakan kamera
atau microphone dari satu tempat ke tempat lain pada saat
perekaman mudah dilakukan.
Camera : Sebuah kamera berikut semua peralatan elektronik yang
Chain diperlukan untuk menyajikan gambar ke layar TV
Cinema- : 1. Menggunakan kamera portable (mudah dibawa) dalam
Verite pembuatan film untuk mendapatkan gambar yang sebenarnya.
Misalnya gerakan hewan yang akan mati.
2. Serangkaian teknik yang dirancang untuk ‘menyela aktualita’
Contrast : Perbedaan antara terang dan gelap dalam adegan. Sebaiknya
dengan ratio 20:1.
Control Room : Ruang tempat sutradara dan kerabat teknik mengontrol kegiatan
produksi di studio. Kegiatannya memilih visual untuk
ditransmisikan/direkam dan memainkan semua fungsi elektronik.
Crab : Gerakan menyamping dari dolly camera sama dengan Truck.
Credit : Penayangan/mengumumkan orang yang bertanggung jawab
dalam produksi, penyajian, pemain, dan pihak lain yang
memberikan kontribusinya dalam suatu program media apapun.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 81


Cue : 1. Suatu tindakan, kata atau bunyi yang memberi sinyal/tanda
dalam produksi penyajian, pemain, dan pihak lain yang
memberikan kontribusinya dalam suatu program media
apapun.
2. Sinyal apapun yang mengarahkan dimulainya sound atau segmen
action.
Dissolve : Perpaduan dua visual sesaat. Gambar pertama akan hilang sesaat
setelah berpadu pada gambar kedua.
Down : 1. Visual di layer berubah menjadi gelap/hitam.
2. Volume audio yang terdengar melirih.
Edit : Dalam TV berarti menggeser/menghapus secara elektronik atau
shoot/scene untuk diganti atau disisipi dengan shot lainnya; seleksi
dan pemaduan shot/visual.
Effect Bus : Deretan tombol yang dapat menghasilkan efek elektronik seperti
menghapus (vipe). Di studio terdapat di mesin Vision Mixer.
Fade : Pemunculan gambar dari layar yang semula hitam/kosong (fade
in). Menghilangnya visual berganti menjadi layar kosong/hitam
(fade out).
Establishing : Suatu pandangan dari scene secara keseluruhan, biasanya
Shot LS/MLS, tampak set dari adegan, tokoh-tokoh, suasana hati, dan
musim. Biasanya digunakan untuk pergantian dari satu tempat ke
tempat lain atau waktu memperkenalkan atau sequence baru.
Ext : Kepanjangan adalah Exterior (adegan di luar). Dalam sinema
dipakai untuk spesifikasi lokasi di luar ruangan.
Feature : 1. Menekankan satu objek/tokoh.
2. Suatu film teatrikal panjang, baik fiksi drama atau documenter,
lama program 100-170 menit.
3. Format program TV mengenai satu tema/topic dengan variasi
multi format, misalnya drama, talk, dialog, atau musik.
Follow : Gerak kamera mengikuti tokoh/objek yang bergerak, dengan cara
mengoperasikan lensa agar fokus sehingga visual yang dihasilkan
tetap tajam. Biasanya secara lengkap disebut Follow Focus.
Frame : Bingkai, unit terkecil gambar TV/film, satu gambar tunggal.
Int : Singkatan dari Interior atau adegan dilakukan di dalam ruangan
Logo : Simbol visual yang digunakan untuk identifikasi program dan
stasiun.
Mike : Mikrofon (microphone).
Montage : Lengkapnya adalah Montage Shots, ialah serangkaian shot yang
ditayangkan secara cepat berisi ide atau untuk menciptakan
konsep melalui sambungan shots tersebut.
Off Mike : Posisi berbicara di depan mike tetapi tidak dalam daya tangkap
optimum (menjauh dari bagian live mike).
On Mike : Kebalikan dari off mike.
OS : Off Screen, komentar/narasi/bagian dari dialog yang terdengar
tanpa menampilkan orangnya.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 82


Over : Disingkat OS, yaitu dua shotdengan perpindahan kamera di
Shoulder belakang/bahu salah satu orang, sementara objek yang lain
menghadap ke kamera.
Sequence : Sama dengan bab dalam sebuah buku, berarti sekelompok
shot/scene mengenai sesuatu ungkapan yang panjang
Video : Bagian gambar dari suatu format naskah TV/film dua kolom.
Juga kegiatan produksi program non-siaran
Voice-over : Materiyang diucapkan/komentar yang disampaikan tanpa tampak
di layar.
Zoom : Suatu kemampuan lensa yang dapat merubah wide shot ke CU
atau sebaliknya.

Bab 8 – Pengembangan Media Audio Visual 83

Anda mungkin juga menyukai