A. PENDAHULUAN
1. Indikator Capaian Pembelajaran
Peserta didik menguasai materi ajar penggunaan kamera video yang meliputi:
pengambilan gambar (Shot), sudut pengambilan gambar, pergerakan kamera, dan
komposisi gambar video secara makna dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari)
sehingga dapat membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDIKA. Materi ajar tersebut diuraikan secara rinci agar dapat
memfasilitasi peserta didik dalam menerapkan penggunaan kamera video.
2. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran untuk mendukung indikator capaian
pembelajaran tersebut di atas adalah:
a. Melalui pengamatan tayangan video dan diskusi kelompok peserta didik
mampu menelaah tentang pengambilan gambar (Camera Shot) dalam
pembuatan film dengan tepat.
b. Melalui pengamatan tayangan video dan diskusi kelompok peserta didik
mampu menemukan jenis sudut pengambilan gambar (Camera Angle) dalam
film dengan tepat.
c. Melalui pengamatan tayangan video dan diskusi kelompok peserta didik
mampu menemukan jenis pergerakan kamera (Camera Movement) dalam film
dengan tepat.
d. Melalui diskusi dan bekerja sama dalam kelompok peserta didik mampu
mempresentasikan tentang komposisi gambar video sesuai metode yang tepat
dengan penuh tanggungjawab dan santun.
3. Pokok-pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan disampaikan meliputi:
a. Jenis-jenis teknik pengambilan gambar (Camera Shot)
b. Jenis-jenis sudut pengambilan gambar (Camera Angle)
c. Jenis-jenis pergerakan kamera (Camera Movement)
d. Presentasi Komposisi gambar video
4. Uraian Materi
A. Teknik Pengambilan Gambar
Kemajuan teknologi telah banyak mempengaruhi perkembangan film dan TV
dalam decade terakhir. Salah satu yang erat kaitannya dengan film adalah kamera.
Kamera, merupakan salah satu alat vital yang mengambil gambar video. Untuk
menghasilkan gambar terbaik yang didapat, maka penguasaan kamera adalah
menjadi hal yang mutlak. Dari bagian-bagian kamera dan teknik pengambilan gambar.
Gambar dari hasil kamera tentunya sangat mempengaruhi hasil akhir Paska Produksi,
sehingga teknik dan artistik pengambilan gambar turut berpengaruh dalam
keberhasilan sebuah film.
Shot adalah unsur terkecil dari sebuah struktur film yang utuh, yang dapat
dilihat pesan dari shot itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
gambar yaitu: faktor manusia, faktor ruang, faktor waktu, faktor peristiwa dramatik, dan
faktor suara. Suara manusia ditampilkan untuk melambangkan perwatakan atau
masalah dalam sebuah film. Faktor manusia menjadi bagian integral dengan peristiwa
yang ingin disajikan dalam film.
Faktor ruang ada dua macam, yaitu ruang alami dan buatan (non alami).
Ruang alami adalah ruang yang sesungguhnya dimana sebuah peristiwa terjadi.
Sedangkan ruang buatan (non alami) adalah ruang pengganti yang dipakai untuk
menggambarkan suatu peristiwa atau biasa disebut studio. Biasanya ruang non alami
berupa ruang studio dengan blue creen atau green screen, hal ini bertujuan untuk
memudahkan dalam pengeditan latar belakang hijau atau biru diubah menjadi latar
belakang alami atau kreasi dari 3 dimensi.
Faktor waktu memiliki dua pengertian yaitu waktu secara fisik seperti pagi,
siang, sore, dan malam serta waktu dalam arti kejadian ketika sebuah peristiwa
berlangsung. Sehingga waktu dalam sebuah film sangat berbeda dengan waktu yang
sesungguhnya (real time). Faktor peristiwa dramatik adalah peristiwa dalam film yang
diharapkan mampu membangkitkan reaksi emosional bagi penonton yang lebih besar.
Sedangkan faktor suara berfungsi sebagai informasi ruang, waktu dan peristiwa. Pada
awalnya faktor ini hanya sebagai pelengkap dan penunjang visual saja.
Jenis-jenis Pengambilan Gambar (Camera Shot)
Shot video sendiri dapat diartikan sebagai suatu posisi sebuah kamera
terhadap suatu sudut tertentu yang diinginkan. Dalam menentukan sebuah sudut
gambar kalian dapat memperlihatkan karakter gambarnya. Camera shot merupakan
penempatan atau posisi adegan yang terekam dalam kamera. Dalam pengambilan
gambar terdapat bermacam-macam ukuran shot video, diantaranya:
a) Big Close Up / Xtreme Close Up ( BCU/XCU)
Tipe ini lebih dekat atau besar dibandingkan MCU, CU, dan BCU. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan pesan verbal dari subyek, misalnya mata yang
semakin tajam dengan menyipit atau melotot, dan meneteskan air mata.
Angle jenis ini ingin menunjukkan hal-hal yang sifatnya detail. Biasanya yang
diambil pada tipe ini hanya mata dan sekitarnya. Untuk bibir tidak dianjurkan
kecuali memang menjadi point of interest. Jika tidak berhati-hati
menggunakan angle jenis ini, bisa jadi kesan yang diperoleh tidak sesuai
harapan.
b) Close Up ( CU )
Shot dekat obyek menjadi titik perhatian utama di dalam shot ini, latar belakang
nampak sedikit sekali. Untuk obyek manusia biasanya ditampilkan wajah dari
bahu sampai di atas kepala.
Gambar 5. Close Up ( CU )
( Sumber: https://www.rentalkamerajogja.com/ )
d) Medium Shot ( MS )
Medium Shot atau sering disebut juga sebagai Mid Shot merupakan shot yang
menunjukkan beberapa bagian dari subjek secara lebih rinci, pada subyek
manusia tipe shot ini akan menampilkan sebatas pinggang sampai atas
kepala. Tipe Mid Shot masih memiliki ruang untuk memberi keleluasaan
subyek dalam bergerak, shot ini sering juga digunakan sebagai permulaan
pengambilan gambar sebelum kameraman mengambil gambar lebih dekat
untuk mengekpose reaksi dan emosi subyek.
g) Full Shot ( FS )
Menampilkan adegan utuh dari karakter, terlihat dari ujung rambut sampai kaki.
https://tinyurl.com/szkdpurw
B. Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle)
Sudut pengambilan sebuah gambar video dapat disebut juga dengan Camera
Angle, yaitu dalam merekam sebuah gambar suatu objek ataupun suatu adegan kalian
dapat menekan atau menghasilkan suatu shot yang menarik. Camera Angle didesain
dengan tujuan tertentu, angle kamera memiliki beberapa karakteristik yang berguna
untuk pembuatan film dan animasi.
Menurut Wikipedia sudut pandang adalah rentang sudut perspektif yang
terekam oleh kamera. Sudut pandang ini berbeda dengan sudut liput yang dimana
sudut cahaya insiden yang diproyeksikan lensa ke bidang lokal. Berikut macam-
macam teknik sudut pengambilan gambar diantaranya yaitu :
a. Eye Level
Pada eye level, kamera diposisikan sejajar dengan mata subyek. Angle jenis ini
digunakan agar penonton atau audiens memiliki interpretasi yang sama dengan
operator kamera. Segala pergerakan kamera menjadi tanggung jawab operator.
b. Low Angle
Kamera berada sejajar dengan tanah. Posisi kamera dapat menghadap 45° ke
atas (frog eye) atau sejajar dengan tanah. Angle seperti ini menyebabkan subyek
tampak lebih besar atau lebih tinggi dibandingkan dengan aslinya, memberikan
kesan superior atau berkuasa dari objek yang ada di dalam shot.
Gambar 13. Low Angle
(Sumber : https://darunnajah.com/ )
c. High angle
Pada angle ini, kamera berada 45° di atas subyek dan menghadap subyek. Angle
jenis ini menjadikan subyek terlihat lebih kecil dibandingkan dengan aslinya.
Karakteristik angle jenis ini berupa kebalikan dari low angle, karakter yang ada di
film terlihat lemah dan pasrah, cocok untuk adegan sembahyang, ketakutan,
tertindas, kesusahan dan sebagainya.
g. Objective Camera
Teknik pengambilan gambar di mana kamera menyajikan sesuai dengan
kenyataannya.
Berikut ini adalah beberapa istilah dan arti berkenaan dengan gerakan kamera
dalam videografi, yang juga diterapkan dalam film animasi :
2) Triangulation
Triangulation adalah menempatkan posisi suatu objek pada bentuk segita.
Point of interesnya diletakkan tepat di atas puncak segita agar dapat menarik
perhatian. Namun selain objek utama atau point of interest objek pendukung lainnya
harus ada dalam satu frame.
Komposisi yang baik dapat diciptakan dengan memperlihatkan beberapa hal
diantaranya yaitu :
a. Garis, untuk menciptakan komposisi yang efektif posisi garis tidak boleh
membagi rekaman gambar kedalam bagian yang sama besar dan garis
lurus tidak diperbolehkan sejajar dengan salah satu pinggir frame agar
tidak terlihat monoton.
b. Massa, yaitu memiliki arti dimana penggambaran berat dari objek
seseorang atau sekelompok orang.
c. Tone, dapat diartikan sebagai gelap terang yaitu dengan mengatur gelap
terangnya suatu gambar agar menambah kesan nilai artistik pada sebuah
komposisi. Sedangkan kamerawan atau videografer hanya mengontrol
sedikit tone saja yang terdapat pada scene. Tone memiliki fungsi yaitu
dapat menegaskan objek yang menjadi pusat perhatian.
d. Kedalaman, atau bisa juga disebut dengan Depth dapat diperoleh melalui
pengaturan angle pada kamera, kamera blocking dan elemen visual yang
dapat mendukung jalannya produksi seperti penataan cahaya, properti,
dekorasi dan lain sebagainya dan dapat juga menambah kesan tiga
dimensi.
Teknik dan metode Presentasi
Setelah kalian mempelajari teknik penggunaan kamera video, maka pada
bagian ini akan dijelaskan tentang Teknik presentasi yang baik dan efektif yang dikutip
dari https://www.exellentcom.id adalah sebagai berikut:
1. Tunjukkan pasion dan sikap semangat
• Saat menyampaikan presentasi, tunjukkan passion kita kepada para
audiens. Tunjukkan bahwa kita bersemangat dan antusias membawakan
tema presentasi tersebut.
• Dalam presentasi kita harus membuat materi presentasi yang menarik.
Tapi, jika kita ragu-ragu ketika menyampaikannya, maka itu bisa membuat
kita kelihatan tidak kompeten.
• Kita membuat materi yang bagus, tapi kita terlihat ogah-ogahan saat
menyampaikannya. Maka audiens juga akan menjadi ogah-ogahan untuk
mendengarkan kita.
• Passion bisa ditunjukkan dengan rasa percaya diri. Saat kita merasa
percaya diri menyampaikan presentasi, maka hal itu akan sangat
berpengaruh kepada audiens. Rasa percaya diri akan membuat kita lebih
bersemangat. Audiens juga akan bersemangat mendengarkan kita.
Andrić, Radivoje. 2010. How to Make a Film, Panduan Praktis Membuat Film
(terjemahan Heru Apriyono). Yogyakarta: Insania.
Diktat Pembelajaran (2020), Videografi dalam Animasi, Kompetensi Keahlian
Animasi SMK Negeri 11 Semarang.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2021), Kompetensi Keahlian Animasi,
SMK Negeri 11 Semarang.
Purwoko, Taufiq & Martono (2021), Modul Seni Rupa : Teknik Kerja Produksi
Animasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,
Jakarta.Sadirman
Raharjo, Slamet (2017), Modul Diklat Keahlian Ganda Animasi : Videografi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
http://sekmome.weebly.com/grammar-of-the-film-2.html
https://www.excellentcom.id/teknik-presentasi-yang-baik-dan-
efektif/?WProtectTrack