Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

(BIDANG PANDANG PENGAMBILAN GAMBAR/FRAME SIZE)

Disusun guna memenuhi tugas KK

Oleh:
Zulfa Azzahroh

KELAS XI
JURUSAN DKV (DESAIN KOMUNIKASI VISUAL)
SMKN 2 PPU
2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,


karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penajam, 5 April 2023

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………... 5
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………......... 5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Gerakan Kamera Dalam Pengambilan Gambar ....................................... 9
2.2 Teknik Dasar Gerakan Kamera ................................................................ 12
2.3 Sudut Pengambilan Gambar...................................................................... 14

2.4 Teknik Pengambilan Gambar.......................................................…......... 16


BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidang pandang adalah hal yang penting untuk dipelajari sebelum kita
mempelajari teknik-teknik fotografi lainnya. Karna sejatinya, bidang pandang ini
memengaruhi kesan objek terhadap background dan frame.Bidang pandang atau shot
size/frame size adalah suatu metode dalam pengambilan gambar yang menentukan
luas bidang pandangan suatu objek dalam foto terhadap background atau latar
belakang. Dengan menentukan bidang pandang yang pas dapat memberikan pesan
atau kesan yang sesuai.

Seorang pembuat film harus memiliki pemahaman tentang bagaimana cara


membuat ukuran gambar (frame size) atau komposisi yang baik dan menarik dalam
setiap adegan filmnya. Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan
bahwa gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan enggan
melepaskan sekejap mata pun terhadap gambar yang kita tampilkan. Komposisi
berarti pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk
membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalani sebuah bingkai.

1.2 Rumusan Masalah

4
Rumusan masalah dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Bagaimana gerakan kamera dalam pengambilan gambar.
b. Apa saja sudut pengambilan gambar.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana gerakan kamera dalam pengambilan gambar.
b. Untuk mengetahui sudut pengambilan gambar.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GERAKAN KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR

Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada view finder atau LCD kamera,
itulah yang disebut dengan framing. Seorang juru kamera harus mempertimbangkan
komposisi di mana dia harus menempatkan objek yang diharapkan akan menjadi POI
(Point of Interest atau objek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar
ukuran objek tersebut dalam frame. Kesimpulannya komposisi shot atau biasa disebut
dengan shot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan
objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera
yang diinginkan.

Beberapa shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara
lain extreme long shot, long shot, full shot, medium long shot, medium shot, medium
close up, close up, big close up, dan extreme close up.

1. Extreme Long Shot (ELS)

Gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi
latar belakangnya. Fisik manusia nyaris tak tampak, namun dapat diketáhui posisi
objek tersebut terhadap lingkungannya.

2. Long Shot (LS)

6
Pengambilan gambar objek dengan latar belakang yang jelas. Berfungsi sebagai
establishing shot (shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih
dekat). Fisik manusia tampak jelas namun latar belakang masih dominan.

3. Full Shot (FS)

Full Shot Merupakan teknik yang memperlihatkan objek secara total, dari ujung
kepala hingga ujung kaki (bila objek Gambar 3.8 Long Shot (LS) manusia).
Tujuannya untuk memperkenalkan tokoh lengkap dengan setting latarnya yang
menggambarkan posisi objek berada. Biasanya gambar ini digunakan sebagai
opening shot (biasanya zoom in hingga ke medium shot untuk menggambarkan wajah
tokoh yang bersangkutan lebih detail).

4. Medium Long Shot (MLS) atau Knee Shot

Komposisi objek'dan lingkungan relatif seimbang. Gambar diambil dari jarak yang
wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila
objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.

5. Medium Shot (MS)

Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Tubuh manusia terlihat dari pinggang
ke atas hingga kepala. Gambar ini sering dilakukan untuk master shot pada saat
moment interview.

6. Medium Close Up (MCU)

Sosok manusia mulai mendominasi dalam frame. Tubuh , Sumber: Dokumen


penerbit manusia tampak dari dada ke atas hingga kepala, Biasanya digunakan untuk
adegan percakapan normal.

7. Close Up (CU)

7
Komposisi ini untuk memperjelas ukuran gambar. Tubuh manusia terlihat dari
leher bagian bawah hingga kepala. Komposisi ini menunjukan penggambaran emosi
atau reaksi terhadap suatu adegan. Biasanya digunakan untuk adegan dialog yang
lebih intim.

8. Big Close Up (BCU)

Pengambilan gambar objek dari dagu hingga kepala. Gambar ini bertujuan
menampilkan kedalaman pandangan mata dan ekspresi Gambar 3.13 Close Up (CU)
wajah. Tanpa kata-kata,

10. Extreme Close Up (ECU)

Penggambilan gambar dengan hanya memperlihatkan detail bagian-bagian tertentu,


misalnya hidung, mata, atau telinga. Shot ini yang menampilkan bagian tertentu dari
tubuh manusia. Obyek mengisi seluruh layar dan jelas sekali detilnya

Gerakan kamera (Camera Movement) merupakan sebuah aktivitas membangun


suasana dramatik dalam sebuah shot video maupun film dengan cara menggerakan
kamera. Banyak alasan kenapa kamera harus digerakkan, selain dapat membangun
suasana dramatis, penggunaan gerakan kamera secara tepat dapat menciptakan visual
lebih dinamis, mengarahkan perhatian penonton pada subyek tertentu, mengungkap
maupun menyembunyikan dimensi ruang, dan dapat juga untuk menciptakan visual
yang lebih ekspresif.

Menggerakkan kamera dalam shot film haruslah mimiliki alasan yang cukup kuat,
hal ini bertujuan untuk menghindari shot-shot tidak penting yang hanya akan
memperpanjang durasi film namun tak mampu berbicara apapun. Ada 8 teknik dasar
gerakan kamera yang dapat digunakan dalam pengambilan gambar. Dari masing-
masing teknis juga dapat dilakukan kombinasi agar hasil visual lebih variatif.

8
2.2 TEKNIK DASAR GERAKAN KAMERA

Perubahan ukuran subyek secara visual akan terjadi pada satu frame, misalnya dari
Long Shot menjadi Medium Shot atau yang lainnya. Aktivitas ini dapat dilakukan
dengan posisi kamera tetap diam maupun dikombinasi dengan gerakan kamera
lainnya.

Melakukan zoom in biasa digunakan untuk memperjelas sesuatu hal yang lebih
penting, baik pada subyek maupun sebuah kejadian. Pandangan yang semula
mempunyai banyak subyek dapat dikerucutkan menjadi satu atau beberapa subyek
saja. Sedangkan zoom out lebih banyak dilakukan untuk menarik penonton agar
mengetahui ruang dimana subyek berada, juga untuk menunjukkan ada banyak hal
penting yang juga bisa dilihat disekitar subyek.

Untuk banyak adegan, penggunaan zoom tidak begitu efektif digunakan.


Penggunaan Cut-to Cut saat editing dapat mempersingkat durasi meski apa yang
ingin disampaikan lewat gambar adalah sama.

1. Zoom

Zoom/zooming merupakan gerakan paling dasar, yakni dengan cara mendekati


atau menjauhi obyek secara optik dengan mengubah panjang focal lensa dari sudut
pandang sempit ke sudut pandang lebar, atau sebaliknya. Gambar yang dihasilkan
dari gerakan ini adalah subyek seolah-olah mendekat (Zoom in) dan subyek seolah-
olah menjauh (Zoom out).

2. Dolly

Dolly (Track) adalah pengambilan gambar mendekati atau menjauhi subyek


dengan menggerakkan kamera di atas tripot atau dolly. Pengambilan gambar dengan
cara ini biasanya kamera lebih dapat dirasakan seolah-olah menjadi mata penonton,
gerakan kamera dapat mewakili gerakan penonton sehingga mereka dapat dibawa
ikut terlibat dalam sebuah peristiwa film.

9
Dolly in atau kamera mendekati subyek, biasanya digunakan untuk membawa
perasaan penonton untuk lebih berani, kuat, dan siap menghadapi tantangan.
Sedangkan Dolly out (menjauhi subyek) bisa digunakan untuk mewakili perasaan
kecewa, takut, dan merasa inferior.

Sebagaimana penggunaan zoom in, gerakan Dolly in yang mendekati subyek dapat
membawa penonton pada satu titik pusat perhatian, perasaan tegang dan membangun
rasa keingintahuan. Sedangkan proses pelepasan ketegangan dapat dilakukan dengan
dolly out.

3. Panning

Pan/Panning merupakan gerakan kamera menoleh kekiri (Pan left) dan kekanan
(Pan right). Ada banyak fungsi dalam shot ketika melakukan paning meski pada
prinsipnya dengan menggunakan gerakan yang sama.

Gerakan pan yang sering digunakan dalam pengambilan gambar secara umum
adalah Follow pan, yakni gerakan kamera mengikuti subyek bergerak (travelling), hal
ini biasanya untuk mempertahankan komposisi visual agar tetap proporsional dalam
frame, memberi head space maupun walking space sehingga subyek tidak terpotong
saat melakukan gerakkan tertentu..

Gerakan paning juga dapat dilakukan untuk pengambilan gambar pada obyek yang
tak bergerak, misalkan kondisi ruangan, foto-foto yang berjajar di dinding, suasana
kota atau yang lainnya. Hal ini untuk membangun suasana lingkungan dimana subyek
berada sekaligus menciptakan interaksi visual antara subyek dengan lingkungannya
(survening pan).

Interupted pan juga merupakan salah satu gerakan kamera jenis pan. Teknik ini
digunakan saat ingin menghubungkan dua subyek yang berbeda dalam satu shot.
Misalnya, awal shot melakukan follow pan pada satu subyek yang berjalan di
pertokoan, kamera tiba-tiba berhenti dan fokus melakukan follow pan pada sosok
anak kecil yang mencoba mencuri salah satu makanan dalam toko tersebut. Contoh
10
lain misalnya ketika sebuah adegan dimana subyek meninggalkan ruang, kamera
bergerak ke arah handphone yang ketinggalan di meja.

Gerakan paning juga bisa digunakan untuk transisi antara dua shot, istilah yang
populer digunakan adalah whipe pan, yakni melakukan gerakan paning secara cepat
antara shot satu dengan lainnya. Penggunaan transisi ini dapat menciptakan gambar
yang lebih dinamis dan mempersingkat waktu dalam sebuah kejadian yang memiliki
hubungan sebab akibat.

4. Crab

Crab/crabing adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan


sejajar dengan subyek yang sedang berjalan. Gerakan crab hampir sama dengan
Dolly, perbedaanya hanya pada arah gerakan kamera. Jika Dolly bergerak maju
mundur maka crab bergerak kekiri (Crab left) dan kekanan (Crab right).

5. Tilt

Tilt/Tilting adalah gerakan kamera secara vertical, mendongak dari bawah ke atas
(Tilt up) maupun dari atas ke bawah (Tilt down). Gerakan tilting banyak digunakan
untuk menggiring mata penonton pada aktivitas tertentu pada subyek, misalnya shot
dimulai dengan wajah perempuan menangis menunduk kebawah, kamera melakukan
tilt down, dan shot berakhir pada jemarinya yang bergetar sedang
membaca/membalas sms dari seseorang, mungkin sedang diputus pacarnya.

Proses sebab-akibat dapat diciptakan dengan tilting, pada adegan diatas sebenarnya
juga bisa saja dibalik dengan melakukan tilt up, yakni dimulai dari shot jemari
bergetar menulis sms, kemudian tilt up pada wajah yang menangis.

6. Pedestal (Ped)

Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik turunkan.
Sekarang ini banyak digunakan Portal-Jip Traveller. Pedestal up merupakan istilah
yang digunakan untuk gerakan kamera yang dinaikan, sedangkan Pedestal down
merupakan gerakan kamera yang diturunkan.
11
7. Arc

Arc adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau
sebaliknya.

8. Follow

Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak, bisa dengan pan,
tilt, ped atau yang lainnya. Untuk menciptakan gambar yang lebih dinamis bisa juga
mennggunakan crane, atau dapat juga dilakukan dengan handheld. Crane sangat
memungkinkan menggabungkan beberapa gerakan kamera sehingga gambar dapat
terlihat dinamis.

2.3 SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR

Terdapat lima sudut pengambilan gambar. Masing-masing memiliki fungsi yang


berbeda sehingga karakter dan pesan yang dikandung dalam setiap shoot berbeda
pula. Kelima angle tersebut adalah bird eye view, high angle, eye level, low angle,
dan frog angle.

a) Bird Eye View

Adalah teknik pengambilan gambar yang dilakukan oleh juru kamera dengan
posisi kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini
memperlihatkan lingkungan yang begitu luas dengan benda-benda lain yang tampak
di bawah begitu kecil dan berserakan tanpa mempunyai makna. Sudut pengambilan
gambar ini biasanya dilakukan dari helicopter atau dari gedung bertingkat tinggi.

b) High Angle

Sudut pengambilan gambar ini lebih rendah dari yang pertama. High angle
merupakan pengambilan gambar dari atas objek. Selama kamera di atas objek maka
12
sudah dianggap high angle. Dengan high angle maka objek tampak lebih kecil. Kesan
yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah lemah, tak berdaya,
kesendirian, dan kesan lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan.

c) Eye Level

Eye level adalah pengambilan gambar dengan posisi kamera sejajar objek. Sudut
pengambilan ini adalah standar yang dilakukan oleh juru kamera. Hasilnya
memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan
mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan
objek.

d) Low Angle

Low angle merupakan pengambilan gambar di bawah objek. Juru kamera juga
sering mengemas low angel dengan mengambil gambar objek diawali dengan tilt up
(dari bawah ke atas. Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah
berkuasa. Seseorang yang ditampilkan dengan sudut pengambilan ini akan
mempunyai kesan dominant

e) Frog Angle

Frog angle adalah pengambilan gambar yang dilakuakn juru kamera dengan
ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek. Dengan teknik ini
dihasilkan suatu pemandangan objek yang besar, terkadang mengerikan dan bisa juga
penuh misteri.

Sudut pandang ini mempunyai kesan dramatis untuk memperlihatkan sesuatu


pemandangan yang aneh, ganjil, kebesara, atau sesuatu yang menarik tapi diambil
dengan variasi tidak biasanya.

2.3 OBJEK YANG DIREKAM

13
Dalam pengambilan gambar, ada beberapa pembagian objek yang selanjutnya
dijabarkan sebagai berikut:

1 S (one shot)

Memperlihatkan seseorang dalam frame

2 S (two shot)

Adegan dua objek sedang berinteraksi

3 S (three shot)

Adegan tiga objek sedang berinteraksi

4 GS (groups shot)

Banyak objek sedang berinteraksi

Frame Size

Frame size adalah rasio ukuran objek yang direkam dalam bingkai layar. Tabel
berikut ini menjelaskan jenis-jenis frame size.

ELS ( Extreme Long Shot)

Shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang sangat luas, kamera
mengambil keseluruhan pandangan. Obyek utama dan obyek lainnya nampak sangat
kecil dalam hubungannya dengan latar belakang.

LS (Long Shot)

14
Shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yanglebih dekat dibandingkan
dengan ELS, obyek masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luas.

MLS (Medium Long Shot)

Shot yang menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dari pada long shot,
obyekmanusia biasanya ditampilkan dari atas lutut sampai di atas kepala.

MS (Medium Shot)

Di sisni obyek menjadi lebih besar dan dominan, obyek manusia ditampakkan dari
atas pingang sampai di atas kepala. Latar belakang masih nampak sebading dengan
obyek utama.

MCU (Medium Close Up)

Shot amat dekat, obyek diperlihatkan dari bagian dada sampai atas kepala. MCU ini
yang paling sering dipergunakan dalam televise.

CU (Close UP)

Shot dekat, obyek menjadi titik perhatian utama di dalam shot ini, latar belakng
nampak sedikit sekali. Untuk obyek manusia biasanya ditampilkan wajah dari bahu
sampai di atas kepala.

BCU ( Big Close Up)

Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia. Obyek mengisi seluruh
layar dan jelas sekali detilnya.

ECU ( Extrime Close Up)

15
Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia. Obyek mengisi seluruh
layar dan jelas sekali detilnya.

2.4 TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR

Ada beberapa teknik dalam pengambilan gambar yang bisa digunakan untuk
menghasilkan gambar yang sesuai dengan kebutuhan.

a) Backlight Spot

Dalam teknik ini, pengambilan gambar memperlihatkan wajah yang berbayang


karena diabaikan oleh lensa kamera. Lensa kamera lebih mengejar cahaya di
belakang objek sehingga objek menjadi tidak terkena cahaya. Pada prinsipnya,
kamera selalu mengejar cahaya yang lebih terang, sehingga jika ada objek yang
menghalangi cahaya maka objek tersebut akan terlihat gelap.

Efek yang terjadi adalah objek terlihat tidak jelas, sementara background tampak
terang benderang. Semakin terang cahaya background, maka semakin gelap objek.

b) Reflection shoot

Dalam teknik ini, juru kamera tidak membidik objek langsung ke sasaran, tetapi
justru ke benda-benda yang mengandung bayangan (refleksi) atau pantulan objek.

Jika dilakukan di kamar, maka cermin bisa digunakan sebagai reflektor, jika
dilakukan di taman, kolam bisa dijadikan sebagai reflektor. Kesan yang ditimbulkan
cukup dramatis karena pengaruh media yang digunakan.

c) Door frame shoot

16
Dalam teknik ini, pengambilan gambar dilakukan dengan membuka sebuah pintu
sedikit demi sedikit kemudia melongok ke dalamnya. Seolah juru kamera mengintip
tapi melalui pintu yang sedikit terbuka.

Biasanya teknik seperti ini memberikan kesan menegangkan, misalnya dalam film
horor. Penonton menjadi penasaran pada peristiwa yang terjadi di balik pintu.

d) Point of View (POV)

Dalam teknik ini, posisi kamera berada diagonal dengan objek. Ada dua jenis
POV, yakni kamera sebagai subjek dan kamera sebagai objek.

Sebagai subjek, kamera membidik langsung ke objek seolah subjek bertemu


langsung ke objek. Dalam teknik ini komposisi dan ukuran gambar harus
diperhatikan.Sebagai objek, kamera adalah seperti orang ketiga. Sebagai orang ketiga
tugas kamera layaknya pendengar dalam obrolan. Sebagai pendengar, dia akan selalu
memperhatikan orang yang berbicara.

e) Artificial Framing shoot

Dalam efek ini, juru kamera menempatkan benda-benda di depan kamera sehingga
efek yang muncul adalah keindahan karena kamera tidak langsung membidik objek,
tetapi terhalangi oleh benda yang menjadi foreground.

f) Jaws Shoot

Dalam pengambilan gambar, biasanya objek tahu jika gambarnya akan di-shot.

Tapi dalam teknik ini justru seolah-olah objek tidak tahu sehingga ketika kamera
menyorot ke arahnya dia terlihat kaget, tapi dalam situasi yang dramatik.

17
g) Framing with Background

Dalam teknik ini, fokus tetap di depan, tapi latar belakangnya dimunculkan untuk
memberi kesan lain terhadap objek tujuan.

Objek berada dalam kondisi yang benar-benar tegas dan tajam, sementara background
dibiarkan buram karena tidak ada kaitannya dengan objek.

h) The Secret of Foreground Framing Shoot

Dalam teknik ini, objek berada di depan, tapi background mempengaruhi dan ada
kaitannya dengan objek.

Pada awalnya background dibuat agak buram, lama kelamaan background dibuat
lebih jelas seiring alur cerita yang dikehendaki.

i) Artificial Hairlight

Pada efek ini, rambut objek diberi efek cahaya buatan sehingga menimbulkan efek
bersinar.

Selain untuk menambah penampilan, teknik ini juga unruk memberi batas antara
objek dengan background sehingga tampak lebih terpisah antara objek dan latar
belakangnya

j) Fast Road Effect

Teknik pengambilan gambar ini memperlihatkan juru kamera berada di dalam


kendaraan yang sedang melaju kencang.

Kesan yang ditimbulkan adalah pemandangan jalan yang bergerak begitu cepat
memperlihatkan efek kecepatan mobil objek.

18
k) Walking Shoot

Pada teknik ini, juru kamera mengikuti objek yang berjalan.

Kesan yang ditampilkan adalah orang yang sedang berjalan terburu-buru atau
dalam kondisi dikejar-kejar sesuatu.

l) Traveling Shoot

Pada teknik ini, juru kamera menempatkan kamera seolah berjalan-jalan menikmati
pemandangan. Teknik ini biasanya digunakan pada film-film action untuk
menampilkan keindahan pemandangan.

m) Overshoulder Shoot

Pada teknik ini, objek diambil melalui bahu pemain.

Teknik ini mempunyai kesan menarik karena seolah lensa kamera mewakili
pandangan seorang pemain.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Frame size adalah rasio ukuran objek yang direkam dalam bingkai layar.
Kesimpulannya komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size adalah
pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan besar dan
posisi objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan. Melakukan
zoom in biasa digunakan untuk memperjelas sesuatu hal yang lebih penting, baik
pada subyek maupun sebuah kejadian. Pandangan yang semula mempunyai banyak
subyek dapat dikerucutkan menjadi satu atau beberapa subyek saja. Sedangkan zoom
out lebih banyak dilakukan untuk menarik penonton agar mengetahui ruang dimana
subyek berada, juga untuk menunjukkan ada banyak hal penting yang juga bisa
dilihat disekitar subyek.

Beberapa shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara
lain extreme long shot, long shot, full shot, medium long shot, medium shot, medium
close up, close up, big close up, dan extreme close up.

Terdapat lima sudut pengambilan gambar. Masing-masing memiliki fungsi yang


berbeda sehingga karakter dan pesan yang dikandung dalam setiap shoot berbeda
pula. Kelima angle tersebut adalah bird eye view, high angle, eye level, low angle,
dan frog angle.

Ada beberapa teknik dalam pengambilan gambar yang bisa digunakan untuk
menghasilkan gambar yang sesuai dengan kebutuhan: Backlight Spot, Reflection
shoot, Door frame shoot, Point of View (POV), Artificial Framing shoot, Jaws Shoot
,Framing with Background, The Secret of Foreground Framing Shoot, Artificial
Hairlight, Fast Road Effect, Walking Shoot, Traveling Shoot, Overshoulder Shoot.

20

Anda mungkin juga menyukai