PROPOSAL
Oleh
Dewi Hartini
NIM. 1901012011
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pencernaan yang paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit
gawat darurat pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah
epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa gastritis,
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil (Price, 2005). Penyakit gastritis sebagai
salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi pada
seluruh kalangan usia baik dari kalangan remaja sampai tua (Okviani, 2011).
Gastritis sering dianggap penyakit ringan, namun dapat merusak fungsi lambung
persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis
sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis
di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.
Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di
yang dialami oleh remaja sebesar 40,8% dengan kasus di rawat inap berjumlah
30,154 kasus atau 4,9% yang menempati urutan ke 4 dari 50 peringkat utama
2016). Data penyakit gastritis di Puskesmas Muara Kibul tahun 2018 875 pasien,
Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang tidak sehat
seperti pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka
panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik, stres psikologis, kelainan
autoimun, chrone disease, penyakit bile reflux, infeksi bakteri dan penyakit lain
seperti HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati atau ginjal. Gejala yang timbul
pada penyakit gastritis berupa rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit
lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya
gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh
karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara
diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan
status gizi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, baik atau normal maupun gizi
lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit berupa
Stres merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap
merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
kebiasaan makan yang kurang baik dapat memicu terjadinya gastritis. Kebiasaan
makan sehari-hari yang tidak sehat seperti tidak makan tepat waktu,
gastritis. Menurut Putri dkk (2010), ada hubungan antara pola makan dengan
timbulnya gastritis.
saluran pencernaan dimana sebaiknya makan tiga kali sehari dalam porsi kecil.
Jenis makanan merangsang perlu diperhatikan agar tidak merusak lapisan mukosa
lambung (Mansjoer, A. 2011 & Milwati, 2019). Pemilihan jenis makanan yang
asam lambung misalnya makanan pedas, asam, minuman yang mengandung soda,
kopi, makan teratur atau makan dalam porsi sedikit tapi sering (Uripi, 2008).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Masyarakat
2. Peneliti Lain
Adwan., & Made., & Ratu., 2013, Penyakit hati, lambung, usus, dan ambeien, 2ed
Hartati, (2015). Hubungan Pola Makan dengan Resiko Gastritis pada Mahasiswa
Kesehatan RI.
Potter dan Perry (2000). Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan
Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Uripi. 2008. Menu Untuk Penderita Hepatitis dan Saluran Pencernaan. Puspa
Swara. Jakarta.
WHO. 2016. Mental Health atlas 2016, Mental Health Organization, ISBN 979 92
4 156435 9.
Jakarta.
Gastritis.