Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN


KEJADIAN PENYAKIT GASTRITIS DI PUSKESMAS MUARA KIBUL

PROPOSAL

Diajukan sebagai persyaratan melakukan penelitian

Oleh

Dewi Hartini

NIM. 1901012011

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan merupakan salah satu masalah kesehatan saluran

pencernaan yang paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit

gawat darurat pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah

epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa gastritis,

dimana untuk memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang lainnya

seperti endoscopi (Putri dkk, 2010).

Gastritis ditandai dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya

ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil (Price, 2005). Penyakit gastritis sebagai

salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi pada

seluruh kalangan usia baik dari kalangan remaja sampai tua (Okviani, 2011).

Gastritis sering dianggap penyakit ringan, namun dapat merusak fungsi lambung

dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga

menyebabkan kematian (Hartati, 2018).

WHO mengatakan beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil

persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China

31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis

sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis
di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.

Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di

Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di

barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik (WHO, 2016).

Menurut Depkes RI di Indonesia didapatkan data penyakit gastritis

yang dialami oleh remaja sebesar 40,8% dengan kasus di rawat inap berjumlah

30,154 kasus atau 4,9% yang menempati urutan ke 4 dari 50 peringkat utama

kasus penyakit di Rumah Sakit seluruh Indonesia (Kementerian Kesehatan RI,

2016). Data penyakit gastritis di Puskesmas Muara Kibul tahun 2018 875 pasien,

2019 968 pasien dan pada tahun 2020 1183 pasien.

Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang tidak sehat

seperti pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka

panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik, stres psikologis, kelainan

autoimun, chrone disease, penyakit bile reflux, infeksi bakteri dan penyakit lain

seperti HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati atau ginjal. Gejala yang timbul

pada penyakit gastritis berupa rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit

kepala, mual dan lidah berlapis (Okviani, 2011).

Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa

lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya

gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh

karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara
diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan

relaksasi yang cukup (Friscaan, 2010).

Dampak dari penyakit gastritis dapat mengganggu Keadaan gizi atau

status gizi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, baik atau normal maupun gizi

lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit berupa

penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam batas marginal menimbulkan

gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional

(Lin et al, 2013). Gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan sampai dengan

terlepasnya epitel, kejadian tersebut merangsang munculnya inflamasi pada

lambung (Ratu, 2014).

Faktor risiko gastritis adalah pola makan yang tidak teratur,

menggunakan obat aspirin atau anti-radang non steroid, infeksi kuman

helicobacter pylori, memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol,

memiliki kebiasaan merokok, sering mengalami stres (Hartati, 2018). Stressor

dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres

mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain

dan keluhan-keluhan fisik salah satunya mengakibatkan nafsu makan berkurang

sehingga menimbulkan gastritis (Priyoto, 2014).

Stres merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap

situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan

merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan

ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan


spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik

manusia tersebut (Potter & Perry, 2005).

Sistem pencernaan penderita stress kemungkinan tidak berselera

makan karena merasa mual dan muntah-muntah (Tirta, 2006). Makanan

merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

kebiasaan makan yang kurang baik dapat memicu terjadinya gastritis. Kebiasaan

makan sehari-hari yang tidak sehat seperti tidak makan tepat waktu,

mengkonsumsi makanan yang beresiko terjadinya gastritis misalnya terlalu sering

makan pedas, mengandung asam yang berlebihan, dan terinfeksi kuman

Helycobacter pylori (Wijayakusuma, 2008).

Menurut penelitian Maulidiyah (2006), terdapat hubungan yang

bermakna antara stres dan kebiasaan makan dengan kekambuhan penyakit

gastritis. Menurut Putri dkk (2010), ada hubungan antara pola makan dengan

timbulnya gastritis.

Frekuensi makan perlu di perhatikan untuk meringankan pekerjaan

saluran pencernaan dimana sebaiknya makan tiga kali sehari dalam porsi kecil.

Jenis makanan merangsang perlu diperhatikan agar tidak merusak lapisan mukosa

lambung (Mansjoer, A. 2011 & Milwati, 2019). Pemilihan jenis makanan yang

tepat merupakan perilaku dalam pencegahan gastritis. Pencegahan gastritis bisa

dilakukan dengan mengurangi konsumsi makaan yang berisiko meningkatkan

asam lambung misalnya makanan pedas, asam, minuman yang mengandung soda,

kopi, makan teratur atau makan dalam porsi sedikit tapi sering (Uripi, 2008).
B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara stres dan kebiasaan makan dengan

kejadian penyakit gastritis di Puskesmas Muara Kibul?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara stres dan kebiasaan makan dengan

kejadian penyakit gastritis di Puskesmas Muara Kibul.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan tingkat stres pasien di Puskesmas Muara Kibul.

b. Menggambarkan kebiasaan makan di Puskesmas Muara Kibul.

c. Menggambarkan kejadian gastritis di Puskesmas Muara Kibul.

d. Mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian penyakit

gastritis di Puskesmas Muara Kibul.

e. Mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan kejadian penyakit

gastritis di Puskesmas Muara Kibul.


D. Manfaat Penelitian

1. Masyarakat

Menambah informasi bagi masyarakat tentang penyakit gastritis

dan diharapakan masyarakat dapat mencegah gastritis guna untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2. Peneliti Lain

Mengembangkan lagi penelitian tentang gastritis dan mencari

faktor-faktor yang berhubungan dengan gastritis yang lebih luas lagi

dan menjadi bahan literasi bagi peneliti lain.

3. Puskesmas Muara Kibul

Menjadi sumber informasi, pembelajaran dan promosi kesehatan

kepada masyarakat guna untuk mencegah gastritis dan mengedukasi

masyarakat tentang penyakit gastritis.


DAFATAR PUSTAKA

Adwan., & Made., & Ratu., 2013, Penyakit hati, lambung, usus, dan ambeien, 2ed

edn., Nuha Medika, Yogyakarta.

Hartati, (2015). Hubungan Pola Makan dengan Resiko Gastritis pada Mahasiswa

yang Menjalani Sistem KBK, JOM PSIK Vol. 1 No.2.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2016.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI.

Mansjoer A. (2011). Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Maulidiyah U. (2011). Hubungan Antara Stres dan Kebiasaan Makan dengan

Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis.

Potter dan Perry (2000). Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan

praktik volume 1 (edisi 4). Jakarta. EGC.

Prasetyo.2015. Hubungan Antara Stres dengan Kejadian Gastritis diKlinik

Dhanang Husada Sukoharja.Skripsi: StikesKusumaHusada Surakarta.

Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Priyoto, 2014. Konsep menajemen Stress. Nuha medika, Yogyakarta.


Putri, R.S.M., H. Agustin & Wulansari. (2010). Hubungan Pola Makan Dengan

Timbulnya Gastritis Pada Pasien Di Universitas Muhammadiyah

Malang Unit Medical Center (UMC). JURNAL KEPERAWATAN,

(JKEP). VOL , 1(2)., 156-164.

Sumiati. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. CV Trans

Info Media, Jakarta Timur.

Uripi. 2008. Menu Untuk Penderita Hepatitis dan Saluran Pencernaan. Puspa

Swara. Jakarta.

WHO. 2016. Mental Health atlas 2016, Mental Health Organization, ISBN 979 92

4 156435 9.

Wijayakusuma. 2008. Ramuan Herbal Taklukkan Penyakit. Pustaka Bunda.

Jakarta.

Yorimichi (2011). Pola Makan dalam Kehidupan Orang-Orang yang Terkena

Gastritis.

Anda mungkin juga menyukai