Merakit sebuah perahu impian sambil berharap hari esok pasti akan datang.
Sebuah fakta yang benar adanya, namun masih menghimpit layaknya bermimpi
dalam sebuah ilusi.
Diawali Angga yang membuka jendela kamarnya sambil menatap fajar yang
baru menyingsing.
“ Namaku Angga, lelaki biasa yang masih mempunyai mimpi dan asa.
Mungkin terdengar sedikit naif, namun inilah kenyataanya, saat banyak orang
sepertiku masih berani bergelut mencari penyangga untuk terus hidup, dikala
pandemic berkepanjangan ini.”
( Scene 3 ) Di sini agak sedikit kasih fresh cerita, Angga kek stop di pinggiran
jalan duduk diatas motor sambil minum-minuman kaleng atau makan
cemilan.
Atau bisa juga Angga beli di supermarket, nah, pas di sini dia melihat
kesenjangan yg terjadi. Yaitu di antrian.
Angga yang berhenti di jalan kembali melihat kesenjangan yang terjadi
akibat pandemic.
“ Aku hanya melihat dari sudut pandangku saja, entah ini suatu hal yang
salah atau memang kenyataan yang sebenarnya. Tapi di balik itu semua jangan
lupakan kami yang merana dan tersiksa di sudut pandang berbeda ini. Aneh
memang jika usaha hidup kami terhalang dengan peraturan yang sebenarnya tidak
merugikan juga untuk kami lakukan,
“ Namun, ini semua layaknya sebuah dilema yg menyakitkan. Kala memilih
hidup dengan menaati peraturan atau hidup dengan usaha yang dilakukan.”
( Scene 4 ) Perjalan Angga akhirnya sampai di sekolah atau tempat kerja ataau
dimana aja bagusnya.
Nb. Intinya kalua mau bagus nih script harus pintar main time skip,
pengulangan kejadian, actor yg mumpuni, sama pengendalian emosi,
dan untuk actor harus lebih tenang dan santuy.
Kalau dialognya sendiri improve aja, semua dialog diatas nih dipakai
untuk backsound, tapi di filmnya tetp ada interaksi di kehidupan biasa.
Yg penting inti ceritanya nih di dialog di atas. Kalua urusan
penambahan pemeran pemdukung untuk interaksinya, kuserahkan
sama kalian dimana baiknya nempatin tuh pemeran pembantu.
Tempatkan aja di scene yg menurut kalian memang harus ada
komunikasi disitu.