Terlihat disini bahwa ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft
skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak
(hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dikonsepsikan oleh
Kemendikbud (2013) meliputi komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.
Lebih lanjut dalam Kemendikbud (2013a : slide 14) dilukiskan bahwa langkah-
langkah pembelajarannya dilakukan dengan tahapan- tahapan sebagai berikut:
Tahapan di atas, sebagaimana dengan bagus telah dikemukakan oleh Dr. H. Sulipan,
M.Pd., Widyaiswara pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK-BMTI) yang selengkapnya
mengemukakan sebagai berikut:
a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning).
b. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
c. Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut
dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan
pelaku aktif.
d. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
e. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik
pembelajaran di kelas-kelas sekolah.
C. Mengenal Penilaian Otentik
Penilaian otentik dengan merupakan proses evaluasi pembelajaran untuk mengukur
kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran.
Identik dengan pernyataan di atas, Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum menyatakan:
Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistic (kompetensi utuh merefleksikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan
oleh peserta didik (Permendikbud No. 81A/2013).
F. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu.
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah- langkah sebagai
berikut:
- Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian,
tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
- Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
- Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder.
- Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
- Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio peserta didik beserta pembobotannya
bersama para peserta didik agar dicapai kesepakatan.
- Mintalah peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
- Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya belum memuaskan, kepada peserta didik
dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi.
- Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.
G. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, dimana subjek yang
ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang objektif.
Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut.
- Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
- Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
- Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau
skala rentang.
- Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
- Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya
senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
- Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel
hasil penilaian yang diambil secara acak.
Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: (a) imitasi, (b) manipulasi, (c)
ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Imitasi: mengamati dan menjadikan perilaku
orang lain sebagai pola.
Pengukuran ranah psikomotorik perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c. kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
e. kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain:
1. Daftar Cek
2. Skala Rentang
BAB VII ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN
A. Analisis Logis/Rasional
Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa. Analisis materi
dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan
dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal. analisis konstruksi
dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal.
analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitan dengan pengunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B. Analisis Empirik
Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan menguji validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
1. Validitas Tes
a. Pengertian Validitas Tes
Valid artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut merupakan alat ukur yang
tepat untuk mengukur suatu objek.
b. Cara-cara Menentukan Validitas Tes
Pada garis besarnya, cara-cara menentukan validitas tes dibedakan kepada dua, yaitu validitas
rasional/logis dan validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman.
2. Reliabilitas Tes
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil pengukurannya dapat dipecaya. Sebuah
tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut digunakan secara berulang terhadap peserta didik
yang sama hasil pengukurannya relatif tetap sama.
Cara-cara Menentukan Reliabilitas Instrumen
Secara garis besar, ada dua macam cara menentukan reliabilitas instrumen, yaitu
reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal.
a. Reliabilitas Eksternal
Menguji reliabilitas eksternal suatu tes dilakukan dengan beberapa metode diantaranya: (1)
metode paralel, (2) metode tes ulang, dan (3) metode belah dua.
b. Reliabilitas Internal
Pada reliabilitas internal, uji coba dilakukan hanya satu kali dan menggunakan satu
instrumen. Kemudian hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus reliabilitas
instrumen.
C. Tarap Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran
(Diffuculty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks
kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa
soalnya terlalu mudah.
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya beda pembeda disebut indeks Diskriminasi, disingkat D.