Anda di halaman 1dari 7

Makalah Haji dan 

Umroh
 

119 Votes

Haji

A.1. Pengertian

Kata Haji berasal dari bahasa arab dan mempunyai arti secara bahasa dan istilah. Dari segi
bahasa haji berarti menyengaja, dari segi syar’i haji berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah
untuk mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya
untuk memenuhi perintah Allah SWT dan mengharap keridlaan-Nya dalam masa yang
tertentu.

A.2. Hukum Ibadah Haji

Mengenai hukum Hukum Ibadah Haji asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu
seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat,
yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.

Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu
untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji
tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan
hijrah.

A.3. Dalil / Perintah Tentang Ibadah Haji

1. Al-Qur’an

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an1 Surat Ali Imran ayat 97, yaitu :

1
Ahmad Fakhruddin dkk, 2003, Al-Quran dan Terjemahannya

Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215];
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali
Imran : 97).

2. Hadits

Nabi bersabda di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang artinya sebagai
berikut :

“Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW : Hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji,
maka sesungguhnya seseorang tidak tidak akan menyadari, sesuatu halangan yang akan
merintanginya”. (H.R. Ahmad)

Setiap orang hanya diwajibkan mengerjakan ibadah haji satu kali saja dalam seumur
hidupnya, tetapi tidak ada larangan untuk mengerjakan lebih dari satu kali.

A.4. Syarat, Rukun, Wajib dan Sunat Haji

1. Syarat-syarat diwajibkannya Haji

 Islam
 Baligh
 Berakal
 Merdeka
 Kuasa (mampu}

2. Rukun Haji

 Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji


o Wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; yaknihadirnya seseorangyang berihram
untuk haji, sesudahtergelincirnya mataahari yaitu pada hari ke-9 Dzulhijjah.
o Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf ifadhah)
o Sa’i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
 Tahallul; artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai
untuk kepentingan ihram
 Tertib yaitu berurutan

3. Wajib Haji
Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya, karena boleh
diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban haji yang mesti
dikerjakan :

 Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-tempat
yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya ibadah haji.
 Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
 Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah).
 Melempar jumrah ‘aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan
setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
 Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan ‘Aqabah pada tanggal 11,
12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap-tiap jumrah.
 Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.

4. Sunat Haji

 Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru mengerjakan atas ‘umrah.
 Membaca Talbiyah yaitu :“Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka Labbaika
Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.
 Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika permulaan datang di tanah ihram,
dikerjakan sebelum wukuf di ‘Arafah.
 Shalat sunat ihram 2 raka’at sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang makam
nabi Ibrahim.
 bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
o thawaf wada’, yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk
memberi selamat tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.
o berpakaian ihram dan serba putih.
o berhenti di Mesjid Haram pada tanggal 10 Dzulhijjah.

A.5. Cara Pelaksanaan Haji

1.Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah)

1. Mandi dan berwudlu


2. Memakai kain ihram kembali
3. Shalat sunat ihram dua raka’at
4. Niyat haji :

“Labbaika Allahumma Bihajjatin”

e.   Berangkat menuju ‘Arafah

membaca talbiyah, shalawat dan do’a :

Talbiyah : “Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka Labbaika                   
Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.

2. Di Arafah

1. waktu masuk Arafah hendaklah berdo’a


2. menunggu waktu wukuf
3. wukuf  (pada tanggal 9 Djulhijjah)

 Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah  pada tanggal 9
Djulhijjah  meskipun hanya sejenak
 waktu wukuf dimulai dari waktu  Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai  terbit fajar tanggal 10
Djulhijjah
 Doa wukuf

d.   Berangkat menuju muzdalifah sehabis Maghrib

 Agar tidak terlalu lama menunggu waktu sampai  lewat tengah malam (mabit) di Muzdalifah
hendaknya jemaah meninggalkan Arafah sesudah  Maghrib (Maghrib-isya di jama takdim)
 Waktu berangkat dari Arafah hendaknya berdo’a

3. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah)

1. Waktu sampai di Muzdalifah berdo’a


2. Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat tengah malam sambil
mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk melempar jumrah
3. Menuju Mina

4. Di Mina

1. Sampai di Mina hendaklah berdo’a .


2. Selama di Mina kewajiban jama’ah adalah melontar jumroh dan bermalam (mabit)
3. Waktu melempar jumroh

 melontar jumroh aqobah waktunya setelah tengah malam , pagi dan sore. Tetapi
diutamakan sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah
 melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore
dan malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari.
o Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil
o Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal). Dengan
selesainya tahallul awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali
menggauli isteri. setelah tahallul tanggal 10 Djulhijjah kalau ada kesempatan
hendaklah pergi  ke Mekkah untuk thawaf ifadah dan sa’i  tetapi harus kembali pada
hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
o Pada tanggal 11, 12  Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara
berurutan, kemudian kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar awal.
o Bagi jama’ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan
melontar ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan
naffar tsani.
o Bagi jama’ah haji yang blm membayar dam hendaklah menunaikannya disini dan
bagi yang mampu, hendaklah memotong hewan kurban.
o Beberapa permasalahan di Mina yang perlu diketahui jama’ah adalah sebagai
berikut :
 Masalah Mabit di Mina
 Masalah melontar jumroh
 melontar malam hari
 melontar dijamakkan
 tertunda melontar jumroh Aqobah
 mewakili melontar jumroh

5. Kembali ke Mekkah

1. Thawaf Ifadah
2. Thawaf Wada
3. Selesai melakukan thawaf wada bagi jama’ah gelombang      pertama, berangkat ke Jeddah
untuk kembali ke tanah air.

A.6. Hikmah Melaksanakan Haji

 Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom
sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari
hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah  Yang Maha Agung.
 Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut diliputi
dengan penuh kekhusyu’an
 Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
 Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak yang
mulia.
 Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat yang satu
karena mempunyai persamaan atau satu akidah.
 Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-pesertanya
berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka’bahlah yang menjadi symbol kesatuan dan
persatuan.
 Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang
berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta
ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan.
 Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji maupun umrah, banyak meminta
pengorbanan baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk
melakukannya.
 Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membina persatuan dan
kesatuan umat Islam sedunia.

UMRAH

B.1.  Pengertian Umrah

Umrah, artinya mengunjungi Ka”bah atau meramaikan Masjidil Haram. Karena ibadah itu di
lakukannya hamper bersamaan,  maka di sebut juga haji kecil. Seperti haji,  umrah hukumnya
fardu’ain bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan apabila telah memenuhi
syarat dan rukunya.

1. Rukun  Umrah

a. ihram           d. Tahallul

b. Tawaf             e. Tertib

c. Sa’i
2.  Syarat wajib umrah

a. Ihram dari miqat ( ketentuan tempat dan waktu )

b.  Meninggalkan larangan- larangan

perbedaan antara haji dan umrah  adalah jika umrah dapat di                    kerjakan sepanjang
tahun, sedangkan ibadah haji hanya boleh dilakukan dalam waktu yang telah di tentukan,
yaitu mulai tanggal 08 sampai 13  Dzulhjjah.

Jika di perhatikan keterangan di atas,  maka ihram ada 2 macam, yaitu ihram untuk umrah
dan haji. Ihram untuk umrah di mulai miqat  kemudian di teruskan dengan tawaf, sa’i, dan
tahallul. Sedang ihram untuk haji dikerjakan ketika berangkat ke padang arafah pada tanggal
8 Djulhijjah.

B.2. Perjalanan haji dan umrah di Indonesia

Umat islam adalah bagian terbesar bangsa Indonesia.  Setiap tahun  ratusan ribu orang
melaksanakan ibadah haji ke tanah suci.  Penyelenggaraan dan pengaturan ibadah haji umat
islam Indonesia merupakan tugas pemerintah yang pada dasarnya bertujuan supaya berjalan
lancer, tertib, aman dan sempurna dan ibadahnya.

Keterlibatan pemerintah dalam pemberangkatan perjalanan ibadah hajiumat islam Indonesia


cukup besar, karena urusan haji merupakan amanat rakyat yang bertuang dalam GHBN  yang
pada dasrnya berisi kehendak nasional dalam melanjutkan usaha-usaha peningkatan
pelayanan sesuai dengan  kemampuan masyarakat  atas dasar itu  pemerintah mengatur  mulai
dari proses pemberangkatan, dalam perjalanan selama menunaikan ibadah haji sampai
kembali ke tanah air.

B.3. Cara Mendaftarkan Haji dan Umrah

Pendaftaran haji dan umrah di laksanakan di kantorkoordinator urusan haji pada tingkat
kabupaten atau kota madya di seluruh Indonesia.

BAB IV

KESIMPULAN

Tugas manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan
syari’at yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, beribadah banyak macamnya. Adapun
yang menjadi tolak ukur seorang hamba di dalam ibadahnya yaitu dengan melaksanakan
shalat, dan sebagai penyempurna rukun Islam kita yaitu ibadah haji. Ada beberapa
kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari pembahasan ini, yakni :

 Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang wajib kita laksanakan
apabila kita mampu “Ibadah Haji”.
 Apabila kita mati shalat merupakan hisaban pertama yang dilakukan dan sebagai tolak ukur
ibadah-ibadah yang lainnya.
 Orang yang suka melaksanakan shalat berarti dia menegakan agama, dan orang yang tidak
suka melaksanakan shalat berarti dia menghancurkan agama.
 Untuk menambah pahala ibadah shalat, kita mesti melaksanakan shalat nawafil yakni shalat
sunat, baik rawatib atau mutlak atau shalat sunat lainnya, seperti dluha, tahajud, hajat dan
lain sebagainya.
 Dengan meksanakan ibadah haji kita bisa bertemu dengan umat islam yang lain dari seluruh
dunia.
 Dengan melaksanakan ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan surga firdaus dan itu
untuk haji yang mabrul

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Fakhruddin dkk, 2003, Al-Quran dan Terjemahannya, Gema Risalah Pers, Bandung.
2. Maulana Ilyas, Sunnah-Sunnah Rasul 24 jam, Pustaka Antafani, Bandung.
3. Moh. Rifa’i, 1996, 300 Hadits Bekal Dakwah, Wicaksana, Semarang.
4. Rs. Abd. Aziz, 1991, Fiqih, Wicaksana, Semarang.
5. Salim bin Samir, Kapal Penyelamat, PT Hasanah, Jakarta.
6. Syekh Aby Syuja’i, 1967, Fathurqarib, Thaha Putra, Semarang.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan
kepada penulis khususnya umumnya untuk kita semua, karena berkat hidayah dan inayah-
Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini, shalawat beserta salam marilah kita curahkan
kepada junjungan kita yakni nabi Muhammad SAW.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing penulis di dalam
penyusunan makalah ini, namun penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan
kebaikan.

Semoga makalah ini menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi kita
semua juga menjadi asbab hidayah ke seluruh alam dan semoga kita senantiasa diberikan
keistiqamahan di dalam  beribadah dan diberikan hidayah supaya kita bisa melaksanakan
ibadah haji. Amin

https://deluk12.wordpress.com/makalah-haji-dan-umroh/

Anda mungkin juga menyukai