Anda di halaman 1dari 8

TEKANAN DARAH DAN FREKWENSI DENYUT JANTUNG PADA BERBAGAI KONDISI

Tujuan Percobaan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tekanan darah
arteri secara tidak langsung dan memahai pengaruh gaya berat, pajanan dingin dan aktivitas
terhadap tekanan darah arteri dan frekwensi denyut nadi/jantung.

Dasar Teori
Tekanan darah merupakan besaran yang sangat penting dalam dinamika peredaran darah
(hemodinamika). Tinggi tekanan darah pada berbagai macam pembuluh darah tidak sama ;
tekanan darah pada arteri (tekanan darah arteri) lebih tinggi di banding tekanan darah pada vena
(tekanan darah vena).
Pemeriksaan fisik seorang penderita, pengukuran tekanan darah arteri sudah menjadi
keharusan ; pengukuran ini selalu dilakukan disamping pemeriksaan-pemeriksan lain. Tekanan
darah diperlukan untuk keberhasilan laju alir darah dan perfusi ke seluruh jaringan tubuh mapun
filtrasi di ginjal. Tekanan darah rendah akan berakibat kegagalan perfusi dan filtrasi, sedang
tekanan darah tinggi berkepanjangan beresiko rusaknya pembuluh darah, jantung dan ginjal.
Sampai sekarang dikenal dua macam cara pengukuran tekanan darah arteri, yaitu:
1. Pengukuran tekanan darah arteri secara langsung (direct methode).
2. Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak mlangsung (indirect methode).
Pengukuran tekanan darah arteri scara langsung dilaksanakan dengan jalan menembus
arteri (cara invansif) dan kemudian memasukan salah satu ujung sebuah pipa (tube, catheter) ke
dalam arteri tersebut sedangakan ujung pipa yang lain dihubungkan dengan sebuah manometer.
Dengan demikian , tinggi tekanan darah di dalam arteri secara langsung ini dilakukan hanya di
labporatorium-laboratorium yang besar saja dan baru dilakukan kalau perlu, misalnya untuk
mendapatkan data hemodinamik yang teliti untuk keperluan pembedahan jantung.
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung dilakukan dengan teknik yang
sederhana, tanpa menembus arteri (non invasive) dan dapat dilakukan dimana saja jika
diperlukan.
Pengukuran tekanan darah arteri baik secara langsung maupun tidak langsung bertujuan
untuk mengetahui tinggi tekanan darah arteri pada waktu systole ventrikel (tekanan sistolik) dan
pada waktu diastole ventrikel (tekanan diastolic). Kadang-kadang perlu diketahui tinggi tekanan
darah arteri rata-rata ; tinggi tekanan darah ini adalah :
TR = TD + 1/3 (TS – TD) mmhg
TR = Tingi Tekana darah arteri rata-rata
TR = Tingi Tekana Sistolik
TR = Tingi Tekana diastolik
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung ini ada dua cara yaitu pengukuran
secara palpatoir dan pengukuran secara auskultatoir. Cara pengukuran palpatoir dengan meraba
(palpasi) denyut nadi dengan jari telunjuk dan jari tengah. Dengan cara ini hanya dapat diketahui
tekanan sistolik saja. Cara auskultatoir dilakukan dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi
detak dan desir aliran darah di dalam arteri dengan perantara stetoskop (stetoskope). Dengan cara
ini baik tinggi tekanan sistolik maupun tinggi tekanan diastolic dapat diketahui. Cara auskultatoir
ini diketemukan oleh korotkoff pada tahun 1905 dan sampai sekarang masih tetap dipergunakan
orang. Dalam sehari-hari kedua cara tersebut biasanya dipakai bersama-sama sesuai dengan
keperluan. Dengan berkembanganya teknologi dalam dunia kedokteran, telah diciptakan pula
alat pengukur tekanan darah areteri secara tidak langsung tanpa palpasi dan tanpa auskultasi.

Tinggi tekanan darah arteri pada orang dewasa normal dalam keadaan istrirahat dalam
posisi berbaring adalah 120 mmhg untuk tekanan sistolik 70 mmhg untuk tekanan diastolic
(ditulis 120/70 mmhg). Tinggi tekanan darah ini bervariasi aantara lain karena umur, jenis
kelamin dan posisi badan atau bagian badan. Yang mempengaruhi variasi tekanan arteri kerena
posisi badan atau bagian badan adalah karena gaya berat. Orang yang berdiri egak, tekanan darah
areteri pada kaki lebih tinggi dari pada tekanan darah arteri pada kepala, sedangkan pada orang
yang berbaring, tinggi tekanan darah arteri diseluruh badan adalah sama. Dalam hal ini pada
orang yang berdiri tegak, tekanan darah arteri yang di kaki mendapat tambahan tekanan
hidrostatis, kolom darah di dalam badan, sedangkan yang di kepala tidak. Pada orang yang
berbaring , kolom darah di dalam badan terletak horizontal (tegak lurus terhadap gaya berat)
sehinga pengaruh gaya berat terhadap seluruh kolom darah adalah sama beratnya.

Pada berat jenis darah yang normal, tingi tekanan hidrostatis ini adalah 0,77 mmhg/cm
pada arah gaya berat. Dengan demikian , jika tingi tekanan darah areteri rata-rata setinggi
jantung misalnya 100mmhg, maka tinggi tekanan darah arteri rata-rata di kaki yang letaknya 105
cm di bwah jantung adalah 100 + (105 X 0,77) mmhg = 180 mmhg, Sedangkan tingi tekanan
darah arteri rata-rata di kepala yang letaknya 50 cm di atas jantung adalah 100 – (50 X 0,77
mmhg) = 62 mmhg. Pada orang yang berbaring, seluruh badan tereletak pada bidang horizontal
sehingga tekanan darah arteri rata-rata disepanjang badan sama tinginya.

Alat Pengukuran Tekanan Darah

1. Stetoskop
Alat ini terdiri atas :
a. Ujung bagian telinga ( ear piece) yang dipasang di telinga pemeriksa pada waktu
memeriksa penderita.
b. Ujung bagian dada (chest piece) yang diletakan di atas dada penderita pada waktu
pemeriksaan. Ujung ini ada dua macam yaitu
- Ujung yang berbentuk corong.
- Ujung yang lebar dengan diafragma.
Ujung berbentuk corong dipergunakan untuk mendengar bunyi dengan berbagai
frekuensi , sedangkan yang lebar dengan diagfregma hanya untuk bunyi dengan
frekuensi yang tingi saja, bunyi frekuensi rendah diredam oleh diafragma.
Ujung yang berbentuk cocrong tidak boleh ditekan terlalu keras di atas kulit sebab
kulit yang terengang kerena tekanan yang keras itu dapat berfungsi sebagai
diafragma sehinga yang berfrekuensi rendah tidak terdengar.
c. Spigmomanometer (spygmomanometer) dan balut Riva Rocci. Alat ini terdiri atas sebuah
manometer yang dihubungkan dengan sebuah kantong yang berbentuk balut, berdinding
keras sehingga tidak dapat direngangkan dan dapat diisi udara di dalamnya. Kantong atau
balut ini disebut Riva Roci. Balu Riva Rocci ini dihubungkan pula dengan sebuah pompa
udara yang berguna untuk mamasukan udara dari dalam balut.

Manometer yang digunakan pada pengukuran ini dapat manometer yang memakai pegas
dan dapat pula manometer air raksa. Dengan mamompa udara ke dalam balut, maka
tekanan udara di dalam balut naik dan pompa balut ini lalu mendesak jaringan yang
terbalut sehingga arteri di bagian tengah terjepit. Dengan terjepitnya arteri ini maka aliran
darah di dalamnya dapat dihentikan. Untuk mengalirkan darah ini kembali, udara di
dalam balut dikeluarkan dengan memutar kran yang terdapat di tangkai pompa udara.

Cara Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah arteri dalam praktikum ini didasari ole cara pengukuran
tekanan darah arteri yang dianjurkan oleh American Heart Association. Orang yang diukur
(probandus) diminta berbaring dengan tenang. Kemudian lengan atas probandus dibalut dengan
balut Riva Rocci. Pembalutan harus cukup ketat dan balut cukup lebar agar didapatkan hasil
pengukuran yang benar.
Pengukuran melakukan palpasi pada nadi pergelangan tangan probandus. Setelah denyut
nadi teraba, udara dipompa ke dalam balut Riva Rocci sampai denyut nadi mengilang. Pada saat
ini arteria brachialis sudah terjepit sehingga aliran darah di dalamnya terhenti. Pemompaan udara
diteruskan sedikit lagi dan pemeriksa meletakan ujung bagian dada stetoskop di atas lipatan siku
probandus di luar balut (pergunakanlan ujung bagian yang berbentuk corong ). Setelah ujung
bagian dada stetoskop terletak di lipatan siku probandus, keran pada pompa udara dibuka dan
udara mengalir ke luar dari dalam balut Riva Rocci sementara pemeriksa mendengar pada
stetoskop dengan seksama.
Pada suatu saat terdengar bunyi detak seperti bunyi detak jantung. Bunyi ini ditimbulkan
oleh benturan aliran darah pada balut Riva Rocci. Setelah terdengar beberapa detak, timbulah
suara mendesis mengiringi detak nadi tadi. Desis ini dekenal dengan istilah bising korotkoff.
Bising ini terdengar makin keras semakin semakin karena semakin banyak udara yang
dikeluarkan dari balut Riva Roci. Pada suatu bissing ini menjadi redup dan kemudian
menghilang …………..sementara udara yang terdapat di dalam balut Riva Roci terus mengalir
keluar sampai akhirnya balut kempis.

Ada dua peristiwa yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini :


1. Saat terdengarnya detak yang pertama. Pada saat ini darah di dalam arteria Brachialis mulai
mengalir dan jika dilakukan palpasi maka denyut nadi akan mulai teraba pada saat itu. Detak
ini terdengar pada saat tekanan sistolik mencapai puncaknya. Jadi tekanan sitolik ini dapat
diketahui baik dengan cara auskultatoar maupun dengan cara palpatoar. Tinginya tekanan
sitolik tersebut sama dengan tinggi tekanan udara di dalam balut Riva Roci seperti yang
ditunjukan oleh jarum manometer pada saat itu
2. Saat meredupnya bising korotkoff. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti,
saat meredupnya bising korotkoff ini ternyata bersamaan dengan saat tercapainya tinggi
tekanan diastolic. Saat ini dapat diketahui hanya dengan cara auskultatoar saja. Tingi tekanan
diastolic ini sama dengan tinggi tekanan udara di dalam balut Riva Roci seperti yang
ditunjukan oleh jarum menometer pada saat itu.

Bising korotkoff diduga ditimbulkanoleh turbulensi tersebut diakibatkan oleh aliran darah
di alteri dibawah balutyang sempit itu tiba tiba menerjang ke tempat yang lebardiluar balut yang
darahdi dalamnya dalam ke adaan statis . kadang – kadang,setelah bising korotkoffmeredup, ia
masih terdengar sampai balut riva rocci kempis .
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung ini juga dilakukanpada anak-anak.
Dalmhal ini, pengukuran dapat dilakukan pada paha anak. Untukmandapathasil yang
teiti,lakukanlah pengukuran ini beberapa kali dan biasakan mengeluarkan udara dari dalam balut
riva rocci tidak terlalu deras (Membuka kran tidak terlalu besar )
Sehingga angka yang ditunjukan oleh jarum mono meter pada kedua saatyang penting tadi tidak
terlampui.
Kadang-kadang bising korotkoff menghilang untuk sementara waktu di suatu daerah di
antara tekanan sistolik diastolic, dan terdengar kembali dekat sebelum tercapainya tekanan
distolik. Menghilangnya bising korotkff ini dikenal dengan istilah “auscultation gap” yang
sebabnya sampai sekarang belum diketahui orang. Pada pengukuran yang kurang teliti,
auscultation gap ini dapat mengacaukan bahkan memberi hasil yang salah.
Lakukanlah pengukuran ini pada probandus dengan posisi badan:
1. berbaring dengan kedua lengan lurus sejajar dengan sumbu badan .
2. Duduk dengan kedua lengan lurus ke bawah
3. berdiri dengan kedua lengan tergantung lurus sejajar dengan sumbu badan.
Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiap-tiap posisi badan dan hasil yang diambil adalah hasil
rata-ratanya.
Berbagai faktor mempengaruhi tekanan darah seseorang. Kejadian hipertensi cukup tinggi,
Mekanisme perkembangan hipertensi esensial yang diketahui dengan jelas sampai sekarang ialah
melalui :
1. Vasokonstriksi yang terlalu sering dan atau terlalu lama yang disebabkan oleh jawaban
sistem saraf simpatis yang berlebihan terhadap pacuan dari luar.
2. Vasokonstriksi karena timbulnya ion Ca di dalam sitoplasma otot polos di tunika media
akibat kelainan membran yang genetic.
3. Hipertensi (galur tikus MHS) yang disebabkan oleh kelainan ginjal yang genetic, yang
meretensi ion Ca dan air. Hipervolemi menyebabkan naiknya curah jantung dan ini
menaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah karena hipervolemi ini akan menekan
dinding vasa darah (menaikan tekanan transmural), sehingga secara myogenik otot vasa
darah akan berkontraksi dan terjadilah Vasokonstriksi.

Kedua hal ini lama-lama akan menyebabkan hipertofi otot polos ditunika media, sehinga
dinding vasa menjadi lebih tebal. Jika vasa dengan dinding ini berkonstraksi maka tingkat
pengecilan lumen menjadi lebih besar, sehinga lumen vasa menjadi jauh lebih kecil dari pada
kalau dinding vasa tidak tebal pada tingkat kontraksi yang sama. Dengan demikian akibat
Vasokonstriksi yang tebal ialah kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi dari pada yang tidak
tebal.
Vasokonstriksi umum dapat ditimbulkan secara refleks dengan memasukan satu tangan
didalam air dingin. Kalau hal ini menyebabkan kenaikan tekanan darah yang tinggi maka ini
berarti bahwa ;
1. Saraf simpatis mengadakan jawaban yang berlebihan; dan atau.
2. Dinding vasa darah sudah mulai menebal yang menandai adanya permulaan hipertensi.
Kedua hal ini dapat menerangkan terjadinya hipertensi yang manifes di kemudian hari.
Percobaan ini dinamakan cold pressure test. Menurut Hines (1940)cit. Best & Taylor
(1961) jika pada percobaan ini tekanan diastole seseorang probandus naik 20 mmHg atau lebih
maka ia termasuk hipereaktor, kenaikan di bawah 10 mmHg ternasuk hipereaktor.
System kardiovaskuler adalah sistem yang selalu terlibat pada keberhasilan kinerja sistem
lain. Nutrisi dari sistem pencernaan, oksigen dari sisten respirasi, berbagai hormon dari berbagai
kelenjar sekresi bisa beredar sampai seluruh jaringan atas kerja sistem sirkulasi. Waste produk,
panas tubuh dari seluruh jaringan tidak akan bisa dikeluarkan dari tubuh tanpa sistem sirkulasi.
Energi aktivitas tubuh dibentuk secara instan sesuai kebutuhan tubuh. Kebutuhan akan
sumber energi terutama glukosa dan oksigen (O2) akan mendapat respon cepat dari sistem
kardiovaskuler. Aktivitas tinggi akan meningkatkan kerja sistem kardiovaskuler, dan sebaliknya.

III. Alat dan Bahan

1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. es
4. stop watch / pencatat waktu
5. bangku atau tangga
6. metronome

PROSEDUR KERJA

1. Cek kondisi alat sebelum digunakan


2. Seluruh probandus jongkok kemudian berdiri dengan cepat
3. Catatlah jumlah probandus yang merasakan pusing
4. Bahaslah mengapa berdiri dengan cepat dari jongkok maupun tidur dapat menyebabkan pusing!
5. ukurlah tekanan darah salah satu probandus dalam posisi tidur setiap 2 menit hingga 3kali,
probandus berdiri dengan cepat dan pengukuran darah dilanjutkan lagi bebanyak 3 kali (selama
pengukuran tekanan darah, manset tidak dilepas), bandingkan tekanan darah berbaring dan
berdiri
6. Untuk mengetahui efek dingin terhadap tekanan darah, ukur tekanan darah salah satu probandus
3 kali, masukkan tangan probandus yang bebas ke dalam air es, ukur lagi tekanan darah
sebanyak tiga kali, bandingkan tekanan darah probandus sebelum dan setelah terpajan dingin
7. Untuk mengetahui respon kardiovaskuler terhadap aktivitas, ukur tekanan darah 3 kali dan
frekwensi denyut nadi salah satu probandus, selanjutnya probandus melakukan aktivitas naik
turun bangku 2-5 menit, dan ukur lagi tekanan darah sebanyak 3 kali dan frekwensi nadi,
bandingkan tekanan darah dan frekwensi nadi probandus sebelum dan setelah aktivitas
8. Bahaslah hasilnya
9. diskusikan bagaimana jika membangunkan pasien anemia karena perdarahan?
V. Daftar Pustaka

1. Ganong, W.F., 2005, Review of Medical Physiology, ed XII., Lange Medical Publication,
California.

2. Guyton, Arthur C., M.D.., 2006, Texbook of Medecine Physiology, ed 11, W.B. Sounders
Company, Philadelphia

TEKANAN DARAH DAN FREKWENSI DENYUT JANTUNG PADA BERBAGAI KONDISI

KELOMPOK:..........................................................`1 ...
PRAKTIKAN:
1.........................................(NIM...............................)
2...................................................................................
3..................................................................................
4..................................................................................
5..................................................................................

HASIL
A. Cek Alat
Komponen Kondisi
Sphygmometer raksa
1. air raksa berada di garis nol
2. tidak ada kebocoran air raksa/udara saat dipompa
3. air raksa dapat naik hingga maksimal
Sphygmometer logam
1. ada sertifikat standarisasi
2. jarum berada di garis nol
3. tidak ada kebocoran udara
4. jarum bisa bergerak hingga maksimal

B. Perubana posisi
Nama Probandus :……………………………………..
Umur :……………………………………..
Jenis Kelamin :……………………………………..
Bangsa :…………………………………….
Tinggi Badan :…………………………………….
Berat Badan :…………………………………….

No Tekanan darah posisi berbaring Tekanan darah posisi berdiri


sistole diastole sistole diastole

1
2
3

C. Pajanan dingin

Nama Probandus :……………………………………..


Umur :……………………………………..
Jenis Kelamin :……………………………………..
Bangsa :…………………………………….
Tinggi Badan :…………………………………….
Berat Badan :…………………………………….

No Tekanan darah sebelum pajanan dingin Tekanan darah setelah pajanan dingin
sistole diastole sistole diastole

1
2
3

D. Pengeruh aktivitas
Nama Probandus :……………………………………..
Umur :……………………………………..
Jenis Kelamin :……………………………………..
Bangsa :…………………………………….
Tinggi Badan :…………………………………….
Berat Badan :…………………………………….

No Tekanan darah istirahat Frekwensi Tekanan darah setelah Frekwensi nadi


nadi aktivitas
sistole diastole sistole diastole

1
2
3

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai