Abstrak
Penelitian ini akan meneliti tiga masalah, Bagaimana transparansi YDSF
Kabupaten Jember? Bagaimana akuntabilitas YDSF Kabupaten Jember? Dan.
Bagaimana responsibilitas YDSF Kabupaten Jember?. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian metode deskriptif analisis dengan pendekatan
kualitatif. Metode pengumpulan data yakni wawancara dan pengamatan.
Analisis Data menggunakan tekhnik analisis data kualitatif deskriptif. Hasil
dari penelitian ini sebagai berikut: pertama, transparansi. YDSF sudah
melaporkan keuangan pengelolaan zakat secara berkala kepada Baznas,
dengan tembusan kepada kementerian agama. Kedua, akuntabilitas.
Akuntabilitas YDSF memberikan reward dan punishmen kepada karyawan.
Ketiga, responsibilitas. YDSF dalam mengelola zakat sudah berupaya
semaksimal mungkin untuk mentaati peraturan pemerintah dan SOP yang
sudah menjadi kesepakatan YDSF Kabupaten Jember.
Kata Kunci: transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas
1
Andi Triyanto, “Akuntabilitas Lembaga Amil Zakat,” 1
2
Widodo, Hertanto dan Kustiawan, Teten, Akuntansi Manajemen Keuangan untuk OPZ, IMZ,
Bandung, 2001
1
dan aturan hukum (rule of law) ditambah dengan kompetensi manajemen
(management competence) dan hak-hak asasi manusia (human right).
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan lembaga non-profit yang memiliki
tujuan untuk menyalurkan zakat kepada orang yang berhak menerimanya.
Aktifitas pengelolaan zakat tersebut memiliki beberapa pihak yang saling terkait,
yakni amil, muzaki dan mustahiq. Pada kasus tersebut, pengelola dana zakat
(amil) harus akuntabilitas, transpasaransi dan tangungjawab agar dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat. Nantinya masyarakat, semakin banyak
percaya maka semakin banyak pula muzaki yang berdatangan untuk membayar
zakat, infak dan sedekah kepada lembaga tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan keinginan lembaga, lembaga zakat terus tumbuh
dan berkembangan dalam komitmennya terhadap masyarakat, dan masyarakat
percaya terhadap lembaga tersebut dikarenakan transparan, bertanggung jawab,
dan akuntabel.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 Pengelolaan Zakat,
menjelaskan bahwa laporan keuangan LAZ harus diaudit oleh akuntan publik .
Bahkan dalam Undang-undang Zakat No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat, LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. tentang Pengelolaan Zakat dan langkah ini demi menjaga
akuntabilitas LAZ sendiri.
Sedangkan dalam Penjelasan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011
Pengelolaan Zakat, memberikan penegasan tentang pengelolaan zakat agar
dikelola secara professional, dan zakat dapat memberikan manfaat secara
maksimal kepada masyarakat. “Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil
guna, zakat harus dikelola secara melembaga dan profesional sesuai dengan
syariat Islam yang dilandasi dengan prinsip amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas, sehingga dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.”
2
Dari penjelasan di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
YDSF Jember yang beralamatkan: Jl. Slamet Riadi No 151 Patrang Jember (0331)
482477. Pemilihan Lembaga YDSF, dikarenakan lembaga ini merupakan LAZ
yang memiliki jaringan nasional dan merupakan LAZ tertua di Kabupaten Jember,
yakni tahun 2010. Berikutnya, dikarenakan YDSF merupakan salah satu LAZ
yang memiliki jumlah penerimaan sebesar Rp.2.924.904.922 secara nasional.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana transparansi YDSF Kabupaten Jember?
2. Bagaimana akuntabilitas YDSF Kabupaten Jember?
3. Bagaimana responsibilitas YDSF Kabupaten Jember?
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan
kualitatif. Data lapangan merupakan data pelengkap untuk memperoleh gambaran
perkembangan masyarakat dalam membayar zakat. 3
Jenis data penelitian terdiri primer dan sekunder. Data Primer dalam
penelitian ini pengurus YDSF Jember. Sedangkan data sekunder yakni berupa
laporan keuangan, media, majalah, buletin dan literatur dan laporan terkait dengan
masalah penelitian.
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut: Pertama, wawancara, yaitu pengumpulan data melalui pertanyaan yang
diajukan secara lisan oleh peneliti kepada pengurus YDSF secara tatap muka.4
Kedua, pengamatan (observation). Jenis observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi non parsitipatif, dalam observasi ini peneliti tidak
ikut terlibat dalam kegiatan kehidupan subjek penelitian yang diobservasi, dengan
pertimbangan memudahkan pengumpulan data, melaksanakan pengamatan secara
bebas, dan tidak terikat dengan waktu.5
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 5
4
Ibid.,
5
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta , 2009), 227-
228
3
3. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan tekhnik analisis data kualitatif deskriptif (berupa kata-kata bukan
angka). Analisis data YDSF, peneliti akan melakukan interpretasi terhadap data
yang berupa kata-kata, sehingga diperoleh makna (meaning). Karena itu analisis
dilakukan bersama-sama dengan proses pengumpulan data, serta setelah data
terkumpul.6
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan
dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya. Setelah di pelajari dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan
reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi.
C. Kerangka Teoritik
1. Asas Good Corporate Governance (GCG)
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG7 diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan
diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan
dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).8
a. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga profesionalitas dalam pengelolaan zakat, YDSF harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh muzaki dan masyarakat pada umumnya.
6
Matthew B. Milles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press,
1992), 15
7
Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang
memiliki tujuan dalam mengelola risiko guna tercapainya tujuan bisnis dalam jangka panjang.
(Arief Effendi. The Power Good Corporate Governance Teori dan Implementasi. Cetakan Kesatu.
Jakarta: Salemba Empat, 2009; 10. Sedangkan menurut Adrian Sutedi Good Corporate
Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan
antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Lihat: Adrian Sutedi, 2011, Good Corporate
Governance, Jakarta: Sinar Grafika, Ed. 1, Cet. 1, hal 1.
8
Mas, Achmad Daniri, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, Jakarta: Komite
Nasional Kebijakan Governance, 2006, 5-6
4
Berikut indikator transparansi di lembaga zakat, pertama: perusahaan harus
menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya. Kedua, informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas
pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan
dan kompensasi pengurus, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya,
dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi YDSF.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Laz harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu Laz harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
perundang-undangan. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan.9
Berikut indikator pelaksanaan; pertama, Laz harus menetapkan rincian tugas
dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara
jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan
strategi perusahaan dalam hal ini YDSF. Kedua, Laz harus meyakini bahwa
semua organ Laz dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan
tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG. Ketiga, Laz harus
memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan
zakat, wakaf dan infak. Keempat, perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk
semua jajaran pengurus yang konsisten, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system). Kelima, dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, setiap karyawan Laz harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
9
Ibid.,
5
Berikut indikator responsibilas dalam pengelolaan zakat:
1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, SOP dan peraturan
perusahaan (by-laws).
2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain
peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
LAZ wajib memberikan laporan pengelolaan zakat, secara berkala, hal ini
sesuai dengan
Pasal 19
LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.
6
Bila LAZ tidak melaporkan pengelolaan zakat, maka dianggap melakukan
pelanggaran dan akan mendapatkan peringatan, sebagaimana:
Pasal 36
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,
Pasal 23 ayat (1), Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 29 ayat (3)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan; dan/atau
c. pencabutan izin.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 74
“Perwakilan LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Pengelolaan
Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada LAZ dengan
menyampaikan tembusan kepada pemerintah daerah dan kepala kantor
wilayah kementerian agama provinsi dan kepala kantor kementerian agama
kabupaten/kota.”
Pasal 75
(5) Laporan pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, Pasal 72, dan
Pasal 73 harus di audit syariat dan keuangan.
(6) Audit syariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama.
(7) Audit keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
akuntan publik.
(8) Laporan pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya yang telah di audit syariat dan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada BAZNAS.
7
Pasal 76
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, Pasal 72, dan Pasal 73
memuat akuntabilitas dan kinerja pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.
10
Wawancara dengan Dedi Zukarnain, Pada Hari Senin 4 Desember 2017
8
dikirim ke Surabaya dan bisa diakses dimajalah sebagai media informasi. lebih
jauh lagi Direktur menjelaskan bahwa :
Kalau yang tiap bulan itu sifatnya YDSF Surabaya yang membawahi
beberapa cabangnya kecuali Jember, Jakarta, kemudian malang. Tapi
ketika akhir tahun laporan konsolidasi muncul itu sudah masuk semua
YDSF. Kalau perbulan laporan khusus YDSF Surabaya yang membawahi
cabang-cabangnya tapi kalau yang akhir tahun itu per-31 desember keluar
biasanya bulan 4 setelah audit baru ditampilkan laporannya dimajalah itu
salah satu bentuk Transparansi kami. 11
Laporan via media cetak dilakukan setiap bulan yang disetor ke wilayah
pada semua cabang-cabang yang ada, sedangkan pada bulan Desember laporan
bersifat Nasional yang dilakukan setelah diaudit. Laporan-laporan tersebut sebagai
wujud Transparansi pada publik juga dilaporkan melalui Website dan instansi
terkait, hal ini sebagai pernyataan dibawah ini :
Kalau Koran ya YDSF Surabaya kita belom menemukan tapi kita lakukan
selama ini dimajalah, kemudian di website http://ydsf.org/ebook,
kemudian dibadan pemerintahan yang membawahi legalitas kami
BAZNAZ, Kemenag Kabupaten kemudian Kemenag pusat. Kalau yang
ngurus pusat Surabaya, kalau kabupaten disini persemester. Kita ngasik
laporan kepada kementrian agama Kabupaten Jember kebagian Pemais,
ada yang memang khusus tentang zakat wakaf namanya pak cecep atau
pak heri purnomo kalau tidak salah pembinaan masyarakat Islam tiap
persemster.12
11
Wawancara dengan Dedi Zulkarnain, Pada Hari Senin 4 Desember 2017
12
Wawancara dengan Muhammad Chariri Jabatan Humas dan Marketing Pada Hari Senin 4
Desember 2017
13
Wawancara dengan Dedi Zulkarnain, Pada Hari Senin 4 Desember 2017
9
Pertanggungjawaban pendanaan di YDSF yang paling utama diberikan
pada donatur, karena donatur sebagai pelanggan utama yang harus mendapatkan
pelayanan yang prima.Tetapi untuk layanan publik sudah ada di media sosial yang
disediakan YDSF. Publik dapat mengakses secara langsung aktivitas kuangan
yang ada di YDSF. Contoh Laporan Penerimanaan, Pengeluaran dan Saldo/Bank
periode Januari 2018.14
TABEL 1
Laporan Penerimaan, Pengeluaran dan Saldo Kas/ Bank
Perode Januari 2018
PENERIMAAN KEGIATAN KETERANGAN
Infaq 2.455.902.644
Zakat 390.334.412
Lainnya 429.777
Piutang Lain-lain 78.238.090
Jumlah Penerimaan Rp. 2.924.904.922
PENGELUARAN PROGRAM PENDAYAGUNAAN KETERANGAN
Program Dakwah 805.887.684
Program Pendidikan 608.238.920
Program Masjid 36.220.500
Program Yatim 35.565.000
Program Kemanusiaan 160.450.000
Program Layanan Zakat 261.090.000
Jumlah Program Pendayagunaan 1.907.452.104
PENGELUARAN KEGIATAN KETERANGAN
Biaya Operasional 523.887.877
Biaya Sosialisasi ZIS 3.500.000
Biaya Pengembangan SDM & SI 22.936.577
Biaya Investasi Aktiva Tetap 4.008.139.000
Sewa Gedung -
Biaya Operasional Program 28.842.145
Biaya Lain-lain 80.352.250
Jumlah Pengeluaran 4.667.657.849
Lainnya
Jumlah Pengluaran 6.575.109.953
14
Dokumentasi YDSF Jember
10
Jumlah Mustahik yang menerima manfaat program YDSF setiap tahunnya
15
yaitu: untuk pendidikan 333 orang/bulannya, Untuk yatim 722 orang/bulannya,
Untuk dakwah 782 orang/bulannya, Untuk masjid 7 masjid/bulannya, Untuk
kemanusiaan 2245 orang/ bulannya, Untuk zakat 30 orang/bulan.
Dari dana anggaran yang masuk tersebut biasanya digunakan untuk 5
program utama, biaya operasional, dan gaji karyawan yang ada di YDSF.
Program-program yang ada di YDSF antara lain (program pendidikan, kesehatan,
penanggulangan kemiskinan. Pada program pendidikan dialokasikan untuk
beasiswa pena bangsa yang diberikan kepada SD sebesar Rp 35.000, SMP sebesar
Rp 50.000, sebesr Rp SMA 75.000, dan perguruan tinggi sebesar Rp 300.000.
Tanggung jawab sosial YDSF merupakan bagian yang tak terpisahkan,
mengingat YDSF merupakan lembaga sosial. Salah satu bukti yakni tahun 2018
dana 1 Miliar di alokasikan pada masing-masing program diantaranya terinci
sebagai berikut: Pendidikan (328 guru dan sekolah), Dakwah (693 dai desa dan
majlis Taklim), Masjid: (5 Masjid Dan Mushalla), Yatim: (671 Anak yatim Piatu),
Zakat: (30 Mustahik), Kemanusiaan (1267 korban/Pasien). 16
Gambar 1
Penerimaan Program YDSF Jember 2018
15
Wawancara dengan Muhammad Chariri Jabatan Humas dan Marketing Pada Hari Senin 4
Desember 2017
16
Ibid., Pada Hari Senin 4 Desember 2017
11
media cetak di Kabupaten Jember dengan pemberian modal dan beasiswa. Untuk
karyawan LAZ supaya semakin giat dalam penarikan zakat yaitu dengan
memberikan fee selain gaji pokok dan 4% dari juru pungut.17
Model pengelolaan organisasi YDSF dilakukan dengan cara penghimpuan.
Strategi peningkatan zakat dilakukan melalui promosi. Yang dilakukan YDSF
kepada karyawannya supaya semakin giat melakukan penarikan zakat dengan
memberikan fee selain gaji pokok sebesar 4% dari gaji yang dihasilkan.
Berhubungan dengan gaji Direktur YDSF menyampaikan bahwa :
Jadi saya juga baru tau kemaren ternyata YDSF ini paling efektif
sistemnya tapi tidak lepas dari 12,5% itu. 5% itu diambil oleh temen-
temen cumut selebihnya itu 12,5% dikurangi 5% itu untuk operasional dan
gaji. Ketika pungutan donasinya semakin besar maka semakin besar juga
yang mereka dapat, lain dengan gaji. Gaji mereka 20% dari UMK
ditambah dengan fee itu 5% kemudian ada donator baru itu diperhitungkan
juga sama YDSF temen-temen jumut itu. Kalau mendapat donator baru itu
ada hitungannnya sekian, berapa rupiah, mulai dari 75,100,125 rupiah
gitu.18
2. Akuntabilitas YDSF
Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) merupakan Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAZ) yang berbadan hukum, diperkuat akte notaris abdul Rozak
Ashibilie, SH No.31/14 April 1987 da SK Menteri Agama No. 523/2001.
17
Wawancara dengan Dedi Zurkanain, Pada Hari Senin 4 Desember 2017
18
Ibid., Pada Hari Senin 4 Desember 2017
12
Didirikan pada 1 maret 1987 oleh para tokoh ulama dan pengusaha muslim di
masjid Al Falah Surabaya. 19
Program utama YDSF yakni: (a) Pendidikan, (b) Yatim, (c) Dakwah, (d)
Masjid, dan (e) Zakat dan kemanusiaan, yang mempunyai karyawan sejumlah 10
orang sampai saat ini.
Pada tahun 2000 didirikan cabang di kota Jember dan dimandirikan pada
tahun 2012, ada dua kantor pusat di Jember yang berada di Jl. Slamet Riadi
No.151 Patrang-Jember (Penghimpun/layanan Donatur) dan di Jl. MT. Hariyono
No. 151 Wirolegi-Jember (Penyaluran/ Mustahik). Pada tahun 2013 membuka
cabang pembantu yang terletak di Bondowoso, di buka cabang baru pada tahun
2016 di Situbondo. Ijin operasional LAZNAZ melalui SK. MENAG. RI. NO.
523/2001, Visi dan Misi LAZ yaitu:
Visi: YDSF Jember sebagai lembaga sosial yang benar-benar amanah serta
mampu berperan serta secara aktif dalam mengangkat derajat dan martabat
ummat Islam, khusunya di Kabupaten Jember.
Misi: Mengumpulkan dana masyarakat/ummat baik dalam bentuk zakat, infaq,
sadaqah maupun lainnya dan menyalurkannya dengan amanah, serta efektif
dan efisien untuk kegiatan-kegiatan :
a. Meningkatkan kualitas sekolah-sekolah Islam
b. Menyantuni dan memberdayakan anak yatim, miskin, dan terlantar
c. Memberdayakan operasional dan fisik masjid, serta memakmurkannya
d. Membantu usaha-usaha dakwah dengan memperkuat peran para da’i,
khususnya yang berada di daerah pedesaan/terpencil.
e. Memberikan bantuan kemanusiaan bagi anggota masyarakat yang
terkena musibah.20
19
Dokumentasi YDSF
20
Dokumentasi
13
Kalok disini biasanya ada Relawan, jadi relawan dulu biasanya itu relawan
ramadhan jika kerjaannya bagus ditarik menjadi karyawan tetap.
Lowongan pekerjaan: pelamar langsung datang ke kantor YDSF dan
mengisi posisi yang kosong jika ada dengan kapasitas yang kami tentukan,
indikator karyawan Muslim/muslimat.21
21
Wawancara dengan Dedi Zulkarnain, Pada Hari Senin 4 Desember 2017
22
Ibid., Pada Hari Senin 4 Desember 2017
14
wajibkan untuk menulis jurnal harian jadi apa saja yang di lakukan pada
hari ini itu termasuk dalam catatan harian karyawan, kemudian satu bulan
di laporkan ke kantor umum.23
23
Wawancara dengan Muhammad Chariri Jabatan Humas dan Marketing Pada Hari Senin 4
Desember 2017
24
Wawancara dengan Dedi Zulkarnain, Pada Hari Senin 4 Desember 2017
15
3. Responsibilitas YDSF
Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) merupakan Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAZ) yang berbadan hukum, diperkuat akte notaris abdul Rozak
Ashibilie, SH No.31/14 April 1987 da SK Menteri Agama No. 523/2001.
Didirikan pada 1 maret 1987 oleh para tokoh ulama dan pengusaha muslim di
masjid Al Falah Surabaya. 25
Pada tahun 2000 didirikan cabang di kota Jember dan dimandirikan pada
tahun 2012, ada dua kantor pusat di Jember yang berada di Jl. Slamet Riadi
No.151 Patrang-Jember (Penghimpun/layanan Donatur) dan di Jl. MT. Hariyono
No. 151 Wirolegi-Jember (Penyaluran/ Mustahik). Pada tahun 2013 membuka
cabang pembantu yang terletak di Bondowoso, di buka cabang baru pada tahun
2016 di Situbondo. Ijin operasional LAZNAZ melalui SK. MENAG. RI. NO.
523/2001, Visi dan Misi LAZ yaitu:
Pengurus YDSF sudah menjalakan system pengelolaan zakat sesuai
dengan SOP yang ada, Dedi mengatakan :
Kita sudah buat sebenarnya, SOP itu yang kita harus sesuai dengan
kebijakan, visi misi sudah kita turunkan dalam bentuk program dan
strategi dan setiap perumus strategi tersebut diatur oleh kebijakan ketika
hal berkaitan dengan program, kebijakan terikat dengan program kebijakan
pelaksanaan tahun 2017 ketika berkaitan dengan operasional pengeluaran
asset ada kebijakan pengeluaran asset. Jadi kemudian itu yang mengontrol
dari SOP, tapi ketika yang sifatnya tekhnis misalkan layanan ya kita
teman-temen buat sendiri ini aturan baru untuk standarisasi layanan. Kita
sudah buat semua walaupun terkadang dilapangan molor karena
pengaruhnya memang banyak seperti da kesibukan yang lain misalkan
mempunyai job lain kadang waktu yang kita tentukan molor kadang pula
bisa lebih cepet lagi, tapi kami selalu berusaha untuk memudahkan urusan
orang lain
25
Dokumentasi YDSF
16
umum, untuk pertanggungjawab secara khusus diberlakukan pada pengelola,
sebagaimana dibawah ini :
Kita buat kebijakan terkait dengan itu, salah satunya menerima hadiah,
kalau dipemerintahan itu menerima hadiah atau sogokan untuk
mengegolkan proposal ini kita ada sangsi teguran keras bahkan
dikeluarkan atau diposisikan kebawah seperti itu. Ada beberapa teguran
sampek tiga kali kalau tidak ikut aturan diputus statusnya dari YDSF. 26
Respon Danatur YDSF sudah tinggi, ini terlihat dari komplen Donatur
karena keterlambatan jembutan zakat, infak dan shadaqoh. Namun untuk
mempermudah terjadinya jalinan respon antara pengelola dan pelanggan maka
pihak YDSF menggunakan alat telekomunikasi.
Respon pelanggan sangat penting untuk keberlanjutan dinamika
organisasi.ini langkah awal bagi YDSF yang lebih dinamis mengingat, respon
awal datang dari pelanggan, tinggal bagaimana pengelola membenahi manajemen
yang ada.
Jadi Responsibilitas YDSF dilakukan dengan mentaati peraturan yang
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, menjalankan pengelolaan zakat sesuai
dengan SOP YDSF. Lembaga nirlaba ini memiliki tugas dalam bidang sosial.
E. Analisis Transparansi, Akuntabilitas dan Responsibilitas di YDSF
Jember
1. Transparansi
Transparansi pengelolaan Lembaga amil zakat YDSF ada yang yang
bersifat lokal dan bersifat nasional. YDSF berskala Nasional. Pelaporan keuangan
26
Wawancara dengan Dedi Zurkanain, Pada Hari Senin 4 Desember 2017
27
Ibid., Pada Hari Senin 4 Desember 2017
17
dilakukan setelah diaudit oleh akuntan publik, dan dilaporkan secara terbuka baik
pada tingkat lokal terlebih dahulu kemudian dilaporkan secara nasional. Publik
dapat mengakses langsung hasil audit sirkulasi pendanaan YDSF baik melalui
situs on line http://ydsf.org/ebook, YDSF juga memberikan laporan kepada
BAZNAZ, Kemenag Kabupaten Jember. YDSF sudah memenuhi indikator dari
transparansi yakni memberikan laporan secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan diaudit oleh akuntan publik.
Langkah yang dilakukan oleh YDSF tersebut sudah sesuai dengan Undang
Undang Zakat no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 19 yang
berbunyi “LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.” Tidak
berhenti disitu, YDSF juga sudah melaporkan keuangan kepada Kementerian
Agama Kabupaten Jember. YDSF Menjalakan amanat sebagaimana dalam
Pengelolaan Zakat dan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang Undang Zakat no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
dalam pasal 74, “Perwakilan LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
LAZ dengan menyampaikan tembusan kepada pemerintah daerah dan kepala
kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.”
Meskipun YDSF memiliki kekurangan, yakni tidak memberikan tembusan
kepada Pemerintah Kabupaten Jember. Ini merupakan catatan, bahwa YDSF yang
sudah memiliki jaringan nasional, masih ada yang ketinggalan untuk memberikan
laporan kepada pemerintah setempat.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas juga ditunjukkan oleh YDSF. Sembagai bagian dari lembaga
social YDSF berkewajiban melakukan Pembinaan anggotanya sendiri dalam
rangka peningkatan sumber daya manusia. Pembinaan dilakukan oleh lembaga
pusat dengan upgrading setiap tahun. Selain itu, dari segi internal tersendiri
YDSF juga melakukan pengajian (halaqah) untuk semua karyawan, yang
didalamnya juga terdapat bahasan mengenai evaluasi bagaimana lembaga untuk
18
menjadi lebih baik menguatkan niat dalam mengemban amanah. YDSF
melakukan monitoring dan evaluasi pada pengurus yang ada. kegiatan-kegiatan
tersebut untuk meningkatkan kinerja para pengurus sehingga tercipta good
corporate governance di lembaga tersebut.
YDSF selain memiliki kewajiban dalam meningkatkan kinerja organisasi
baik melalui pembinaan-pembinaan, monitoring dan evaluasi. YDSF memiliki
system reward dan punisment. Reward berupa gaji yang mengikuti ketentuan
yang berlaku, begitupula dengan punisment mulai dari teguran sampai pada
pemecatan.
3. Responsibilitas
Indikator utama dari responsibilitas yakni mematuhi peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini, Undang Undang Zakat no 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat dan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang Undang Zakat no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
YDSF sudah menjalakan amanah dari peraturan tersebut (lihat halaman 18,
tentang transparansi)
Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) merupakan Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAZ), denga SK Menteri Agama No. 523/2001. Sesuai dengan
Undang Undang Zakat no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 18,
“Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri”.
Indikator berikutnya yakni, YDSF sejalan dengan anggaran dasar dan
peraturan yang sudah dibuat oleh YDSF. Bukti YDSF melaksankan anggaran
dasar dan peraturan, bisa dilihat pada poin transparansi dan akuntabilitas di atas.
Terakhir, untuk tanggung jawab sosial YDSF, ini sudah menjadi bagian
dari YDSF sendiri, yakni pada tahun 2018 dana 1 Miliar di alokasikan pada
masing-masing program diantaranya terinci sebagai berikut: Pendidikan (328 guru
dan sekolah), Dakwah (693 dai desa dan majlis Taklim), Masjid: (5 Masjid Dan
Mushalla), Yatim: (671 Anak yatim Piatu), Zakat: (30 Mustahik), Kemanusiaan
(1267 korban/Pasien).
19
Asas GCG yakni transparansi, akuntabilitas dan responsibilas telah
dilakukan oleh YDSF dalam menjalankan perusahaan nirlaba sudah maksimal.
Dan terbukti YDSF setiap bulan mendapatkan muzaki baru, artinya mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Jember.
Berikut Skema Penerapan GCG oleh YDSF Kabupaten Jember
F. Penutup
1. Kesimpulan
a. Transparansi
Pelaporan keuangan dilakukan setelah diaudit oleh akuntan publik, dan
dilaporkan diantaranya melalui http://ydsf.org/ebook, dan cetak majalah setiap
bulan. Laporan keuangan YDSF dilaporkan kepada BAZNAZ, dan tembusan
kepada Kemenag Kabupaten Jember. Meskipun belum memberikan tembusan
kepada Pemerintah Kabupaten Jember. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No
14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang Undang Zakat no 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, dalam pasal 74, “Perwakilan LAZ wajib
20
menyampaikan laporan pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya kepada LAZ dengan menyampaikan tembusan kepada
pemerintah daerah dan kepala kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi dan
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.”
b. Akuntabilitas
Untuk mencapai visi dan misi YDSF. YDSF melakukan pembinaan
kepada anggotanya sendiri. Selain itu, YDSF juga melakukan monitoring dan
evaluasi untuk meningkatkan kinerja para pengurus. YDSF memiliki system
reward dan punisment. Reward berupa gaji yang mengikuti ketentuan yang
berlaku, begitupula dengan punisment mulai dari teguran sampai pada pemecatan.
4. Responsibilitas
Responsibilitas YDSF yakni mematuhi peraturan dan perundang-undangan
yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. YDSF sejalan dengan SOP dan
peraturan yang sudah dibuat oleh YDSF. Bukti YDSF melaksankan anggaran
dasar dan peraturan, bisa dilihat pada poin transparansi dan akuntabilitas di atas.
2. Saran
a. Dari asas GCG yakni ada 5, namun penelitian ini hanya meneliti 3 asas saja.
Oleh karenannya, butuh penelitian lanjutan yang lebih lengkap.
b. Penelitian ini hanya meneliti satu Laz saja, diperlukan penelitian yang lengkap
tengang Laz se Kabupaten Jember dengan menggunakan metode GCG.
21
Daftar Pustaka
Effendi, Arief. The Power Good Corporate Governance Teori dan Implementasi.
Cetakan Kesatu. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
22