Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN AN. ‘M’ DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA


DI BANGSAL MELATI 3 RSUP DR. SARDJITO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing Novi Widyastuti., M.Kep., Sp. Kep. Kom

Disusun Oleh:
Adistia Faradina 2720162874
Kelas 3B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.Berkat rahmat dan


karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien An. ‘M’ dengan Diagnosa Medis
Pneumonia di Bangsal Melati 3 RSUP DR. Sardjito”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan, rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesain makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Novi Widyastuti., M. Kep., Sp. Kep. Kom selaku Dosen Pembimbing Mata Ajar
Keperawatan Anak.
2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu
kelancaran dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan di dalamnya.Oleh


karena itu kami mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.  Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.

Yogyakarta, 20 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I
A. Latar Belakang......................................................................................... 1

BAB II Proses Terjadinya Masalah


A. Definisi ..................................................................................................... 2
B. Faktor Presipitasi dan Predisposisi ...........................................................3
C. Patofisiologi ..............................................................................................4
D. Manifestasi Klinik .................................................................................... 5
E. Klasifikasi .................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................7
G. Penatalaksanaan Medis .............................................................................8

BAB III Rencana Keperawatan


A. Pengkajian .................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 12
C. Rencana Keperawatan ..............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara
maju se- perti Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Eropa.Di Amerika
Serikat misalnya terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun
dengan jumlah angka kematian rata-rata 45.000 orang (Misnadiarly, 2008).
Di Indonesia, angka kematian pneumonia pada balita diperkirakan mencapai
21% (Unicef, 2006). Angka kesakitan pneumonia pada bayi 2,2%, balita 3%
sedang angka kematian pneumonia pada bayi 29,8% dan balita 15,5%.
Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005,
jumlah balita penderita pneumonia di Indonesia ada sebanyak 600.720 balita
yang terdiri dari 155 anak meninggal pada umur di bawah 1 tahun dan 49
anak meninggal pada umur 1 (satu) sampai 4 (empat) tahun (Depkes RI,
2005). Pada tahun 2005 prevalensi pneumonia balita di DKI Jakarta adalah
2,5 per 1000 balita. Angka ini meningkat pada tahun 2006 menjadi 6,8 per
1000 balita (Depkes RI 2007). Sementara itu, berdasarkan data profil
kesehatan propinsi DKI Jakarta tahun 2007, diketahui bahwa terdapat 20.474
penderita pneumonia dimana 45% adalah anak usia balita dengan prevalensi
13,4 per 1000 (Dinkes Prop DKI Jakarta, 2008). Di rumah sakit, penyakit
pneumonia termasuk dalam daftar 10 penyakit penyebab kematian pada
penderita rawat inap yakni sebesar 2,92 % dari seluruh kematianSaat ini
banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya.
Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. (Depkes RI,
2008).

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang
menjadi masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya sangat tinggi
pada bayi dan balita[ CITATION Chr16 \l 1033 ].Pneumonia adalah istilah umum
untuk infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh berbagai kuman (virus,
bakteri, jamur, dan parasit).Pneumonia juga didefinisikan sebagai radang akut
yang mennnyerang jaringan paru-paru dan sekitarnya.Penyakit ini merupakan
manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena
dapat menyebabkan kematian. Sebagian besar kasuus pneumonia desebabkan
oleh virus, termasuk aadenovirus, rhinovirus,virusInfluensa, respiratory
syncytial virus[ CITATION Rek14 \l 1033 ].
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi
ruang alveolar, istilah infeksi respiratori bawah sering digunakan untuk
mencakup bronkitis, bronkiolitis, pneumonia atau kombinasi dari
ketiganya[ CITATION Kar14 \l 1033 ]. Pneumonia adalah peradangan paru
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus,pneumokokus, atau
streptokokus[ CITATION Jul08 \l 1033 ].
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, dan benda asing. Pneumonia bisa disebabkan oleh terapi radiasi,
bahan kimia, dan aspirasi. Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang
secara anatomi mengenai lobus paru.Pneumonia adalah suatu peradangan
alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak[ CITATION Sur10 \l
1033 ]. Dalam keperawatan pneumonia atau bronkhopneumonia pada anak dan
bayi termasuk masalah yang serius dan mengancam keselamatan jiwa.Karena
sistem pernafasan pada bayi belum matur. Oleh karena itu, perawat maupun

2
tim kesehatan lain harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah
yang ada pada anak (bayi) yang menderita pnuemonia [ CITATION Sur10 \l
1033 ].

B. Faktor Presipitasi dan Predisposisi


Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etologi,
gambaran klinis dan strategi pengobatan.Spektrum mikroorganisme penyebab
pada neonatus dan bayi kecil (< 20 hari) meliputi Streptococcusgrup B dan
bakteri gram negatif seperti E. Coli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
bayi yang lebih besar (3 minggu – 3 bulan) dan anak balita (4 bulan – 5
tahun), pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenza type B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada
anak yang lebih besar dan remaja, menduduki tempat ke-2 sebagai penyebab
kematian bayi dan balita setelah diare dan menduduki tempat ke-3 sebagai
penyebab kematian pada neonatus pneumoniae (Bennete, 2013)
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur

3
4. Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
5. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkit pasien yang mengalami immunosupresi. (Bennete, 2013)

B. Patofisiologi
Virus, Bakteri, Jamur

Saluran Napas Dalam

Gangguan Pembersihan di paru-paru

Radang Bronkilal

Radang Inflamasi padaBronkus Hipertermi

Akumulasi Mukus Produksi Mukus Kuman Terbawa ke


Saluran cerna
Timbul Reaksi Balik Edema/ pembengkakan
Pada Mukosa Infeksi Saluran Cerna
Pengeluaran Energi
Berlebih Peningkatan Flora usus
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan napas
Keletihan Peristaltik usus

Intoleransi Malabsorbsi

Aktivitas

4
Frekuensi BAB > 3hari

[ CITATION Ami13 \l 1033 ].


Ketidakseimbangan
volume cairan lebih
C. Manisfestasi Klinis
dari kebutuhan tubuh
Dalam [ CITATION Sur10 \l 1033 ] gejala pneumonia pada anak bermacam-
macam, tergantung usia dan penyebabnya. Gejala pneumonia pada anak adalah
sebagai berikut:
1. Biasanya didahului gejala sama berupa demam yang disertai batuk dan pilek,
sakit kepala, dan hilang nafsu makan.
2. Pada perkembangan selanjutnya, akan timbul 2 gejala penting pneumonia,
yaitu napas cepat dan sesak napas.
3. Jika usia anak kurang dari 2 bulan, napasnya lebih cepat dari 60 kali per
menit. Jika usianya 2-12 bulan, napasnya lebih cepat dari 50 kali per menit.
Sedangkan jika usianya 1-5 tahun, napasnya lebih cepat dari 40 kali per menit.
4. Untuk kategori sesak napas, ditandai dengan napas pendek, hidung kembang
kempis.
5. Pada kasus pneumonia berat, terlihat adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam, kejang, penurunan kesadaran dan suhu tubuh.
6. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasu diafragma oleh apru terinfeksi
didekatnya).
7. Napas Cuping hidung
8. Berkeringat

D. Klasifikasi
a. Pneumonia Lobaris
Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses
infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare

5
seluruh lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau
broncopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak
dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.
Gambaran klasik yang biasa terjadi adalah anak menderita infeksi berat
saluran pernafasan bagian bawah, dimana ditemukan adanya tanda-tanda
konsolidasi pada pemeriksaan dada dan dikonfirmasi dengan foto paru.
(Rekawati, 2013)
b. Pneumonia Stafilokokus
Merupakan penyakit yang tidak jarang terjadi pada anak berusia dibawah
2 tahun.Kadang, komplikasi infeksi stafilokokus terjadi pada banyak kasus
fibrosis kistik.Keadaan tersebut juga dapat terjadi tanpa harus disertai fibrosis
kistik, dengan gambaran klinis berat, atau herannya hanya ringan saja.
Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat
dan sering timbul komplikasi seperti abses paru-paru dan
empiema.Merupakan infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang
dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan paling sering menyebabkan
broncopneumonia.(Speer, 2009)
c. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi
lambung.Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena
diakibatkan oleh reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat
bacterial, karena disebabkan oleh organisme yang mendiami mulut atau
lambung.Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama
pada pasien obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan
pembedahan), pada anak-anak dan pada setiap pasien yang disertai
penekanan reflek batuk atau reflek muntah. (Nelson, 2008)
Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak dapat
menimbulkan kematian yang tiba-tiba, karena adanya obstruksi, sedangkan

6
aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat mengakibatkan oedema
paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan pernafasan (Speer, 2009).

E. Pemeriksaan Penunjang
Dalam (Speer,2009) pemeriksaan penunjang bagi pasien penderita pneumoni
adalah sebagai berikut:
a. Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empisema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah): tidak normal mungkin terjadi,
tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab.
d. JDL (jumlah darah lengkap): leukositosis biasanya ada, meski sel darah
putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi: titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED: meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia
h. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah\
9. Bilirubin: mungkin meningkat\ Aspirasi perkutan \ biopsi jaringan paru
terbuka:menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV)

7
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut (Ni Ketut Mendri, 2014) terbagi menjadi 2
terapi, yaitu:
1. Terapi antibiotik
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun,
yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya (Ni
Ketut Mendri, 2014)
2. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasar pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk
dan napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan
bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan
respiratoy distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada.

8
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Terdapat beberapa fokus pengkajian dalam pasien anak dengan pneumonia
menurut [ CITATION Rek141 \l 1033 ].
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
Sesak  napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan
dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa
dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma,
alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain
seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
6. Data Dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

10
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau puca
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia, nyeri dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispneaTakipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
1) Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
2) Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
3) Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
4) Gesekan friksi pleural.
5) Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas
bronkial.
6) Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
7. Keamanan

11
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan
steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada
pada kasus rubeola, atau varisela.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama – lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah. Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos),
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan
infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x
dada mungkin bersih.
b. GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas
paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi
jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada :
bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures
A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur
darah dapat menunjukan bakteremia semtara
d. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin.
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

12
f. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia
g. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
h. Bilirubin : Mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan
jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ;
kareteristik sel rekayasa(rubela)).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
Domain 11 Keamanan/ Perlindungan
Kelas 2 Cidera Fisik
Kode 00031
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernapasan dan menurunnya intake cairan.
Domain 2 Nutrisi
Kelas 5 Hidrasi
Kode 00027
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan
pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, pemeriksaan tanda
vital : suhu meningkat.
Domain Keamanan/Perlindungan
Kelas 6. Termoregulasi
Kode 00007
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 4. Respons Kardiovaskuler/pulmunol
Kode 00092

13
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Airway Management Airway Management
efektif berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor vital sign
obstruksi jalan nafas bersihan jalan napas tidak setiap 6-8 jam 1. Untuk mengetahui
efektif klien dapat diatasi 2. Monitor saturasi keadaan umum klien
dengan kriteria hasil: iksigen, AGD terutama RR.
Patency Airway 3. Buka jalan napas, 2. Kadar oksigen dalam
1. Suara napas bersih, tidak menggunakan chin darah dapat diketahui
ada sianosis lift atau jaw thrust dengan
2. Vital sign dalam batas 4. Atur posisi klien 3. Chin lift merupakan
normal semi fowler, ekstensi salah satucara untuk
3. Tidak dispneu, apneu, kepala atau membuka jalan nafas
bradipneu dan takipneu miringkan kepala bila 4. Posisi semi flower
4. Irama napas dan frekuensi muntah untuk dapat mengurangi
napas normal mencegah aspirasi sesak nafas.
5. Tidak ada napas cepat: ≥ 5. Pasang NGT atau 5. Pada pasien yang
60x/menit pada bayi OGT untuk terutama tidak sadar
<2bulan, ≥ 50 x/menit pada mencegah aspirasi pemasangan NGT atau
anak 2bln-1 thn, ≥ 40 6. Lakukan fisio terapi OGT sangat
x/menit pada anak 1-5 dada, fibrasi diperlukan agar tidak
tahun 7. Keluarkan secret terjadi aspirasi.
6. Klien tidak merasa gelisah dengan batuk efektif 6. Fisioterapi dada
7. Sputum berkurang 8. Lakukan suction merupakan tindakan
8. Tidak ada retraksi dada sesuai dengan protap keperawatan untuk

14
9. Tidak ada ronki, wheezing, 9. Auskultasi dan catat membantu
stridor dan krepitasi adanya suara napas mengeluarkan sekret
10. AGD dalam batas normal tambahan secara non
10.Kolaborasi farmakologi.
pemberian 7. Batuk efektif
bronkodilator, terapi merupakan metode
inhalasi atau cara untuk
Terapi Oksigen mengeluarkan sekret.
1. Beriakan 02 nasal 1-3 8. Suction dilakukan
l/mnt, head box 5-10 untuk menghilangkan
l/mnt sesuai indikasi sekret yang ada dalam
2. Cek secara periodic saluran pernafasan.
selang oksigen. Air 9. Auskultasi merupakan
humidifier, dan aliran cara untuk
02 menentukan ada
3. Observasi tanda tidaknya sekret dalam
kekurangan dan saluran pernafasan.
keracunan 02 10. Terapi inhalasi
merupakan salah satu
cara untuk melegakan
jalan nafas dengan
menghirup obat
dengan bantuan alat
tertentu
Terapi Oksigen
1. Pemberian terapi
oksigen dapat
mempermudah pasien

15
dalam bernafas
2. Pengecekan alat terapi
oksigen diperlukan
agar tekanan yang
diberika tetap stabil
dan aliran oksigen
tetap ada.
3. Observasi diperlukan
untuk mengetahui
apakah tubuh pasien
tidak kekurangan
oksigen
2. Risiko Kekurangan Volume Setelah dilakukan tindakan Fluid Management Fluid Management
Cairan berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 7 jam 1. Monitor berat badan 1. penurunan berat badan
meningkatnya pernapasan risiko kekurangan volume setiap 3 hari yang signifikan
dan menurunnya intake cairan klien diharapkan 2. Monitor status menandakan adanya
cairan. menurun dengan kriteria hasil: hidrasi kekurangan volume
Fluid Balance 3. Monotor adanya cairan.
1. Vital sign dalam batas tanda-tanda dehidrasi 2. Kelembapan membran
normal sesuai usia 4. Monitor nilai mukosa, turgor kulit,
2. Tidak ditemukan adaya laboratorium (ureum, nadi merupakan
tanda dehidrasi, hidrasu=I creatinin, hematokrit, penentu status
adekuat berat jenis urin) kekurangan volume
3. Nadi perifer teraba 5. Tingkatkan intake cairan.
4. Keseimbangan intake dan cairan 3. Untuk mencegah
output dalam 24 jam 6. Monitor respon klien pasien agar tidak
5. Tidak terjadi penurunan selama terapi dehidrasi
BB >10% elektrolit 4. Pemeriksaan lab

16
6. Tidak ada penurunan 7. Libatkan orangtua sebagai status penentu
kesadaran dalam memenuhi kekurangan volume
7. Tidak ada rasa haus yang kebutuhan cairan cairan.
abnormal klien 5. Untuk mengembalikan
8. Hidrasi kulit dalam batas 8. Kolaborasi dokter cairan yang ada dalam
normal untuk pemberian tubuh.
9. Elektrolit serum, cairan parenteral 6. Untuk mengetahui
hematokrit dalam batas 9. Kelola infuse sesuai apakah ada
normal program kontraindikasi
10. Urine output ≥1ml/kg 7. Agar cairan klien tetap
BB/jam terpenuhi.
11. BAK dalam 6 jam terakhir 8. Cairan perenteral
berfungsi untuk
menstabilkan cairan
dalam tubuh.
9. Infuse berfungsi untuk
mengembalikan cairan
yang hilang
3. Hipertermi Setelah dilakukan perawatan Temperature Regulation Temperature Regulation
berhubungan dengan selama 3 x 7 jam hipertermi 1. Pantau 1. Untuk memantau suhu tubuh.
inflamasi parenkim klien dapat tertasi dengan suhu tiap 2 jam 2. Untuk memantau keadaan
paru kriteria hasil : 2. Pantau umum klien.
Termoregulation tanda-tanda vital 3. Agar nutrisi klien tetap
1. Suhu pasien 3. Ajurkan terpenuhi.
turun normal (36,5 – 37,5) dan pertahankan 4. Antipiretikmerupakan terapi
2. Status hidrasi keadekuatan nutrisi dan farmakologi berfungsi sebagai
adekuat cairan klien penurun panas
3. Berkeringat 4. Kolaborasi

17
ketika panas dengan medis untuk Fever Treatment
pemberian obat yang 1. Untuk memantau kebutuhan
sesuai (antipiretik) cairan klien
2. Untuk mengetahui apakah
Fever Treatment pasien ada kekurangan atau
1. Pantau intake dan kelebihan elektrolit dalam
output cairan tubuh.
2. Pantau 3. Cairan yang diberikan dapat
ketidakseimbangan menurunkan suhu tubuh dan
elektrolit mengembalikan cairan yang
3. Anjurkan pemberian hilang.
cairan yang banyak 4. Untuk mengembalikan cairan
4. Beri cairan lewat IV dengan cepat.

4 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy Activity Therapy


Berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 7 jam,
1. Kolaborasikan 1. Untuk menentukan
isolasi respiratory diharapkan intoleransi aktivitas
dengan Tenaga pemberian terapi yang tepat
klien teratasi dengan kriteria
Rehabilitasi Medik
hasil: 2. Untuk menentukan aktifitas
dalam merencanakan
Self Care : ADLs ringan yang dapat dilakukan
progran terapi yang
1. Berpartisipasi dalam klien.
tepat.
aktivitas fisik tanpa disertai 3. Untuk memberikan bantuan
2. Bantu klien untuk
peningkatan tekanan darah, dalam memilih aktivitas
mengidentifikasi
nadi dan RR yang diinginkan
aktivitas yang mampu
2. Mampu melakukan aktivitas
dilakukan 4. Untuk menentukan pilihan

18
sehari hari (ADLs) secara 3. Bantu untuk yang sesuai pada klien
mandiri memilih aktivitas dengan aktivitas yang
konsisten yangsesuai dipilihnya.
dengan kemampuan
5. Untuk mengidentifikasi
fisik, psikologi dan
aktivitas ringan yang bisa
social
dilakukan klien.
4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

19
DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Orang
Dewasa Usia Lanjut. Edisi 1. Jakarta : Pustaka Obor

Depkes RI. 2008. Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia pada Anak Balita.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Ake, J. & Komalasari, R., 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik.


Jakarta: EGC.

Bennete, M. (2013). Pediatric Pneumonia. Jakarta: EGC.

Gloria M. Bulechek, H. K. (2015-2017). Nursing Interventions Classification.


Jakarta: EGC.

Kaunang, C. & Runtunuwu, A., 2016. Gambaran karakteristik pneumonia pada


anak. Jurnal e-Clinic, 4(2), p.14.

Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Johnson, H.B. & Behrmen, R.E., 2014. Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Santa Barbara: Elsevier.

M.J., B. (2013). Pediatric Pneumonia. Jakarta: EGC.

NANDA. (2015-2017). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nelson. (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sehat. Jakarta: EGC.

Ni Ketut Mendri, A. S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit dan Bayi
Beresiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Nurarif, A.H. & Hardi, K., 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis NANDA NIC NOC Jilid2. Jakarta: EGC.

Rekawati Susilaningrum, N. S. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan


Anak. Jakarta: Salemba Medika.

20
Speer, K. M. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Tangerang:
Binarupa Aksara.

Sue Moorhead, M. J. (2015-2017). Nursing Outcome Classification. Jakarta:


EGC.

Suriadi & Yuliani, R., 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Segung
Seto.

Susilaningrum, R., Nursalam & Utami, S., 2014. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta: Salemba Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai