Anda di halaman 1dari 10

UJI MULTI LOKASI TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.

)
DALAM UPAYA MERILIS VARIETAS GANDUM UNGGUL
INDONESIA

Oleh:
Irfan Suliansyah1), Nurwanita Ekasari Putri1), Damanhuri2), Muhammad Azrai3) Amin Nur3)
1)
Universitas Andalas, 2)Universita Brawijaya, 3)Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, 4)Institut Pertanian Bogor

irfan.suliansyah@yahoo.com

ABSTRACT

Gandum bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun tepung gandum (terigu)
saat ini sudah menjadi sumber karbohidrat kedua setelah beras. Konsumsi gandum
masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat dan pada tahun 2011 yang
sudah mencapai 21,20 kg/kapita/tahun. Kebutuhan gandum Indonesia dipenuhi dengan
jalan impor. Pada tahun 2012 volume impor gandum Indonesia mencapai 7,1 juta ton pada
tahun 2012, yang menempatkan Indonesia sebagai pengimpor gandum terbesar kedua di
dunia. Peluang pengembangan gandum lokal cukup besar, oleh karena itu, sudah
selayaknya gandum lokal dikembangkan. Hingga saat ini, baru 7 varietas gandum
nasional yang telah dirilis. Hal ini dirasa masih sangat terbatas jumlahnya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan perakitan dan rilis varietas gandum unggul baru untuk menambah
koleksi dan pilihan varietas gandum nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut, anggota
konsorsium gandum Indonesia telah melakukan uji multilokasi sebagai persyaratan rilis
varietas unggul baru. Dari hasil uji multilokasi, beberapa galur harapan menunjukkan
potensi hasil dan rata-rata hasil yang tinggi, namun dengan mempertimbangkan
keunggulan sepesifiknya dan sumber daya genetiknya, diajukan empat calon varietas
gandum unggul baru yang sesuai untuk dataran menengah – tinggi yaitu: galur GGM 1,
GGM 6, GGM 9, dan SO3.

Kata Kunci: gandum, peluang, tantangan, kemandirian dan ketahanan pangan

PENDAHULUAN
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman serealia utama dunia sebagai
sumber karbohidrat. Di Indonesia, tepung gandum lebih dikenal dengan nama tepung
terigu. Meskipun hampir tidak ada petani di Indonesia yang membudidayakannya, namun
saat ini gandum sudah menjadi sumber karbohidrat kedua setelah beras. Besarnya
kebutuhan gandum dalam negeri seiiring dengan tingginya permintaan tepung gandum,
karena meningkatnya konsumsi tepung gandum masyarakat Indonesia. Tercatat pada
tahun 2010 konsumsi gandum Indonesia mencapai 21,2 kg/kapita/tahun, naik sekitar
500% dalam kurun waktu 30 tahun ini. Bahkan, diperkirakan pada tahun 2050, konsumsi
Indonesia mencapai 22,4 kg/tahun (US Wheat Association, 2011 dalam Wahida, 2011).
Untuk memenuhi kebutuhan gandumnya, Indonesia mengimpor berbagai produk
berbasis gandum dari berbagai negara. Setiap tahun terjadi kenaikan volume dan nilai
impor gandum Indonesia. Pada tahun 2012 Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor
2

gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir. Berdasarkan data dari United State
Department of Agriculture (USDA) pada tahun 2011 volume impor gandum Indonesia
mencapai 6,7 juta ton dan meningkat sebanyak 7,1 juta ton pada tahun 2012. Volume
impor gandum pada tahun 2013 diprediksi akan mencapai 8 juta ton (Detikfinance, 2012).
Dengan harga tepung terigu saat ini sebesar US$ 593/ton, maka dibutuhkan devisa negara
sekitar US$ 2,4 miliar atau Rp 22,1 triliun per tahun. Nilai yang amat besar bagi
pengurasan devisa negara.
Kebijakan impor gandum apabila dipikirkan lebih mendalam, bukanlah suatu
solusi untuk menjawab peningkatan permintaan kebutuhan terigu di dalam negeri. Bahkan
sebaliknya, kebijakan impor inilah yang menjadi masalah besar bagi Indonesia karena
nilai impor gandum semakin membengkak setiap tahunnya. Hampir bisa dipastikan dalam
waktu yang tidak lama lagi Indonesia akan menjadi negara pengimpor gandum terbesar di
dunia.
Tanaman Gandum pada dasarnya dapat beradaptasi baik di Indonesia, terutama di
daerah pada ketinggian 1000 – 3000 m dpl dengan pengairan yang baik, tanah lempung
berpasir dan daerah arid serta semi arid. Pada ketinggian tersebut sangat sesuai bagi
tanaman gandum yang memerlukan suhu rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988)
mengemukakan bahwa dengan pengairan, pemupukan, dan pemeliharaan yang sesuai,
hasil gandum dapat mencapai 5 t/ha dan akan semakin menurun pada ketinggian tempat
yang lebih rendah. Hasil penelitian Balitsereal menunjukkan bahwa gandum di dataran
tinggi Malino (1350 m dpl) dapat mencapai hasil 3 – 5 t/ha (Hamdani et al., 2002). Hasil
evaluasi terhadap galur-galur gandum koleksi Balitsereal dan mutan yang dihasilkan oleh
BATAN berkisar antara 4.7 – 7.4 t/ha di Tosari (Hamdani et al., 2002). Hasil pengujian
gandum asal Republik Slovakia yang dilaksanakan di Sumatera Barat pada sembilan
lokasi menunjukkan potensi produksi yang menjanjikan, yaitu berkisar 3 – 9 ton per hektar
(Suliansyah, et al., 2011). Namun demikian, pengujian-pengujian di lokasi lain masih
diperlukan untuk melengkapi uji multi lokasi genotipe-genotipe gandum harapan.
Hingga saat ini, baru 7 varietas gandum yang telah dirilis yaitu varietas Timor
yang dirilis tahun 1981, Nias tahun tahun 1993, Selayar dan Dewata tahun 2003, GURI 1
dan GURI 2 serta Ganesa 1 pada tahun 2013. Hal ini dirasa masih sangat terbatas
jumlahnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan perakitan dan rilis varietas gandum unggul
baru untuk menambah koleksi dan pilihan varietas gandum nasional. Untuk mewujudkan
hal tersebut, telah melakukan uji multilokasi dengan tujuan melihat pertumbuhan dan
potensi hasil beberapa genotipe gandum dalam upaya untuk merilis varietas gandum
unggul baru.

BAHAN DAN METODE


Materi genetik yang digunakan dalam uji adaptasi ini terdiri atas 7 gandum koleksi
Badan Litbang Pertanian yang diintroduksi dari CIMMYT dan 4 koleksi Universitas
Andalas yang dintroduksi dari Slovakia (Tabel 1). Pengujian ini menggunakan 2 varietas
pembanding yaitu Nias dan Selayar.
Tabel 1. Daftar galur gandum yang digunakan dalam uji adaptasi pada MT. 2012 dan
MT. 2013
Kode Galur Nama Persilangan (Asal)
GCM1 MUNAL#1
GCM2 SBR*D/1/09/38
GCM3 SBD*D/1/09/142
3

Kode Galur Nama Persilangan (Asal)


GCM4 CNDO/R143//ENTE/MEXI_2/3/AEGILOPS SQUARROSA (TAUS)/4/ ...
GCM5 WAXWING*2//PBW343*2/KUKUNA
GCM6 YMH/TOB//MCD/3/LIRA/4/FINSI/5/BABAX/KS93U76//BABAX
GCM7 ASTREB*2/CBRD
GCM8 ASTREB*2/NING MAI 9558
H-20 DWR 162-85
SO-3 Aranka/Vinjett
SO-8 Aranka/Vinjett
SO-9 Aranka/Vinjett

Uji adaptasi dilaksanakan di 8 lokasi, yaitu 5 lokasi pada MT 2012 dan 3 lokasi
pada MT 2013. Deskripsi lokasi pengujian disajikan pada Tabel 2. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Bila
terdapat perbedaan nilai tengah varietas dalam uji F, Least significance Increase (LSI)
pada taraf nyata 5% dengan membandingkan antara kandidat varietas dengan varietas
pembanding (Petersen, 1994). Analisis stabilitas hasil menggunakan metode Finlay dan
Wilkinson (1963).

Tabel 2. Deskripsi Lokasi Pengujian Gandum


Lokasi Ketinggian (m dpl) Waktu Tanam Waktu Panen
Telekung, Batu, Jatim 950 25-05-2012 17-9-2012
Sumberbrantas, Batu Jatim 700 03-08-2012 07-11-2012
Malino, Gowa, Sulsel 1200 27-07-2012 9-12-2012
Malakaji, Jeneponto, Sulsel 1000 23-02-2012 13-06-2012
Alahan Panjang, Solok Sumbar 1616 28-04-2012 01-09-2012
Pangkep, Sulsel 600 8-07-2013 13-10-2013
Malakaji, Jeneponto, Sulsel 1000 27-04-2013 18-08-2013
Tosari, Jatim 1500 18-06-2013 16-10-2013

Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok 3 ulangan dengan ukuran plot


1,5 x 5 m. Tiap nomor ditanam 6 baris sepanjang 5 m dengan jarak tanam antar baris 25
cm, benih dilarik dalam baris. Tanaman dipupuk dengan dosis 150 kg.ha-1 Urea, 200
kg.ha-1 SP36 dan KCl 100 kg.ha-1 pada umur 10 hst dan dengan dosis Urea 150 kg.ha-1
pada umur 30 hst. Sebelum ditanam benih diberi insektisida dan pada saat tanam lubang
larikan diberi Carbofuran.
Pengamatan dilakukan terhadap peubah: umur berbunga, tinggi tanaman, umur
panen, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah biji/malai, jumlah spikelet/
malai, jumlah spikelet hampa/malai, bobot 1000 biji, bobot biji/malai, bobot biji dari 4
baris tengah. Pengamatan penyakit karat dan hawar daun dilaksanakan di Malino
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada MT. 2011. Peubah yang diamati adalah
persentase serangan karat dan hawar daun Helminthosporium pada saat tanaman berumur
75 hari setelah tanam (hst) dengan menggunakan kriteria tingkat resistensi sebagai berikut:
 Sangat Resisten (SRes) : Jika infeksi penyakit ≤5%
 Resisten (Res) : Jika infeksi penyakit >5% - 20%
 Moderat/Agak Resisten (ARes) : Jika infeksi penyakit >20% - 40%
 Rentan (Ren) : Jika infeksi penyakit >40% - 60%
 Sangat Rentan (SRen) : Jika infeksi penyakit >60%
4

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari serangkaian uji adaptasi 13 calon varietas gandum serta 2 varietas
pembanding menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman selama
pengujian di 9 lingkungan tumbuh pada MT 2012 dan 2013 cukup baik. Untuk
mengetahui adanya pengaruh interaksi genotip dan lingkungan dilakukan analisis
gabungan yang melibatkan galur uji dan lokasi (Tabel 3). Sidik ragam gabungan
menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan secara independen sangat nyata terhadap semua
karakter yang diamati. Perlakuan galur berpengaruh sangat nyata terhadap karakter umur
berbunga, panjang malai, jumlah malai per meter, jumlah spiklet per malai dan jumlah biji
per malai serta berpengaruh nyata terhadap karakter bobot biji per plot dan hasil panen
pada kadar air 12%. Interaksi galur x lingkungan juga berpengaruh sangat nyata terhadap
penampilan semua karakter yang diamati.
Tabel 3. Kuadrat tengah karakter agronomi dan hasil calon varietas gandum dari
gabungan lingkungan
Lingkungan L/Repli-
Karakter Galur (G) GxL Residu KK
(L) kasi (R)
TiTan 7128,83** 59,367 303,313 228,627** 20,327 5,6
UB 2451,05** 1,226 108,369** 38,5467** 1,300 1,7
Upn 9334,75** 1,726 77,154 43,244** 4,002 1,6
Pj.Mal 40,307** 0,399 5,305** 1,466** 0,338 6,2
#Malai/m2 10460,1** 350,495 26637,7** 9079,55** 643,68 7,5
#Spik/Mal 101,141** 2,990 21,322** 7,248** 1,352 6,8
#bj/Mal 3074,70** 11,803 147,294** 44,604** 5,131 6,3
BbBj/plot 13,535** 0,040 1,128* 0,558** 0,022 11,3
1000bj 1038,50** 12,862 28,757 31,841** 6,991 7,3
Y 62,300** 0,199 5,432* 2,657** 0,105 11,2
BB1L 123387** 9052 13654 13201,5** 2323,4 7,6
Keterangan : TiTan = Tinggi Tanaman,UB = Umur Berbunga, Upn= Umur Panen, Pj.Mal = Panjang Malai, #Malai/m 2 = Jumlah
Malai/m2 , #Spik/Mal = Jumlah spikelet/malai, #bj/Mal = Jumlah biji/malai, BbBj/plot = Bobot biji/plot, 1000bj =
Bobot 1000 biji, Y = Yield (Hasil), BB1L = Bobot 1L benih, ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1%; * =
berbeda nyata pada taraf uji F 5%; KK = Koefisien keragaman

Besaran pengaruh lokasi yang sangat nyata, merupakan suatu gambaran


keberagaman lingkungan yang digunakan pada uji adaptasi. Demikian pula halnya
pengaruh interaksi galur x lokasi yang sangat nyata, menunjukkan bahwa galur uji dan
pembandingnya memberikan penampilan yang tidak konsisten pada lingkungan tumbuh
yang berbeda. Interaksi genotipe x lingkungan pada pemuliaan tanaman merupakan
gambaran kegagalan genotipe untuk berpenampilan sama pada kondisi lingkungan yang
berbeda (Soemartono et al., 1992). Pengaruh galur yang sangat nyata pada hampir semua
karakter yang diamati menunjukkan bahwa kemampuan genetik calon varietas dan
pembandingnya berbeda-beda dalam mengekspresikan suatu karakter.
Penampilan hasil calon-calon varietas gandum dari hasil uji adaptasi/multilokasi
cukup beragam dan beberapa diantaranya memiliki rata-rata dan potensi hasil yang nyata
lebih unggul dibandingkan dengan semua atau salah satu varietas pembanding pada
beberapa lokasi. Namun demikian, dari 13 galur yang diuji multilokasi dibandingkan
dengan 2 varietas pembanding, empat galur menunjukkan hasil yang menonjol yaitu Galur
GCM1, GCM6, H-20 dan SO-3. Untuk itu, pembahasan lebih lanjut akan difokuskan pada
keunggulan keempat calon varietas tersebut untuk karakter yang diamati. Penampilan
5

hasil panen galur uji dan varietas pembandingnya di setiap lingkungan pengujian disajikan
pada Tabel 4. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa beberapa galur uji memiliki
keunggulan terhadap satu atau lebih varietas pembanding pada beberapa lingkungan.
Tabel 4. Rata-rata hasil biji pada kadar air 12% (t/ha) calon varietas gandum dan
varietas pembanding, MT 2012 - 2013.
Hasil (t/ha)
Galur
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 Rerata
ab b ab ab ab
GCM1 2,59 2,61 4,31 3,26 2,61 1,13 b
4,03 7,53 3,51a
GCM2 0,89 3,07 3,44 2,09 1,27 0,69 1,93a 7,35ab 2,59
GCM3 2,89 2,81 3,38 2,10 2,37ab 0,83 3,62ab 5,97a 3,00
GCM4 2,44 1,49 3,48 2,26 0,66 0,92 3,53ab 2,72 2,19
GCM5 2,52 2,35 3,66 2,20 3,00ab 0,53 3,71ab 6,02a 3,00
GCM6 2,67 2,53 4,17ab 4,12ab 2,61ab 1,44ab 4,38ab 8,55ab 3,81ab
GCM7 3,56 2,51 3,60 1,12 1,98ab 0,97 2,66a 1,92 2,29
GCM8 2,22 2,06 4,22ab 3,04 1,53ab 1,66ab 3,41ab 2,73 2,61
H-20 2,81 3,16 4,54ab 3,58ab 1,62ab 2,36ab 4,30ab 5,13 3,44a
SO-3 1,48 2,71 5,28ab 3,49ab 1,60ab 2,25ab 3,99ab 4,66 3,18
SO-8 2,59 3,39 3,64 2,20 2,16ab 0,43 2,79a 3,35 2,57
SO-9 2,81 2,39 3,68 1,39 1,76ab 0,41 2,86a 5,48 2,60
NIAS (a) 4,15 4,13 3,63 3,08 1,11 1,17 1,40 4,75 2,93
SELAYAR (b) 4,74 4,59 3,33 2,74 1,26 0,95 2,82 5,38 3,22
Rerata 2,74 2,84 3,88 2,62 1,83 1,12 3,24 5,11 2,92
SE 0,22 0,21 0,16 0,12 0,07 0,07 0,20 0,31 0,33
5%LSI 0,48 0,45 0,36 0,26 0,16 0,15 0,44 0,67 0,41
KK (%) 14,0 12,8 7,5 8,3 7,0 11,5 10,7 10,4 11,20
Keterangan: a = Nyata lebih unggul dari varietas Selayar pada uji LSI 5%; b = Nyata lebih unggul dari Dewata pada uji LSI 5%;
L1 = Batu-Jatim 2012; L2 = Sungaibrantas-Jatim 2012; L3 = Malino-Sulsel 2012, L4 = Malakaji-Sulsel 2012, L5 =
Alahan Panjang,-Sumbar 2012; L6 = Pangkep-Sulsel 2013; L7 = Malakaji-Sulsel 2013, L8 = Tosari-Jatim 2013

Galur GCM1 dengan kisaran hasil panen 1,13 t/ha (Pangkep 2013) – 7,53 t/ha
(Tosari 2013), nyata lebih unggul dari kedua varietas pembanding di Malino-Sulsel 2012,
Alahan Panjang,-Sumbar 2012, Malakaji-Sulsel 2013, dan Tosari-Jatim 2013 serta nyata lebih
unggul dari varietas pembanding Selayar di Malakaji-Sulsel 2012 dan Pangkep-Sulsel 2013.
Untuk rata-rata hasil semua lokasi sebesar 3,51 t/ha, nyata lebih unggul dari Varietas Nias.
Kisaran hasil galur GCM6 sebesar 1,44 t/ha (Pangkep 2013) – 8,55 t/ha (Tosari 2013). Galur
ini nyata lebih unggul dari kedua varietas pembanding di Malino 2012, Malakaji 2012, Alahan
Panjang, 2012, Pangkep 2013, Malakaji 2013 dan Tosari 2013. Untuk rata-rata hasil semua
lokasi sebesar 3,81 t/ha, juga nyata lebih unggul dari Varietas Nias dan Selayar. Untuk galur
H-20, kisaran hasilnya 1,62 t/ha (Alahanpanjang 2012) – 5,13 t/ha (Tosari 2013). Galur uji ini
nyata lebih unggul dari kedua varietas pembanding di Malino 2012, Malakaji 2012, Alahan
Panjang, 2012, Pangkep 2013 dan Malakaji 2013. Untuk rata-rata hasil semua lokasi sebesar
3,44 t/ha, nyata lebih unggul dari Varietas Nias. Kisaran hasil galur SO-3 sebesar 1,48 t/ha
(Batu 2012) – 5,28 t/ha (Malino 2012). Galur uji ini nyata lebih unggul dari kedua varietas
pembanding di Malino 2012, Malakaji 2012, Alahan Panjang, 2012, Pangkep 2013 dan
Malakaji 2013. Untuk rata-rata hasil semua lokasi sebesar 3,18 t/ha, relatif sebanding dengan
kedua varietas pembanding.
Pendekatan pemuliaan untuk memilih genotipe yang hasilnya tinggi ditentukan
oleh tujuan perakitan varietas, yaitu varietas yang spesifik lingkungan atau varietas yang
6

stabil serta beradaptasi pada lingkungan yang luas. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan
analisis stabilitas hasil dengan metode AMMI yang melibatkan semua lingkungan
pengujian dan musim untuk mengetahui tingkat adaptabilitas calon-calon varietas gandum
yang diusulkan untuk dilepas sebagai varietas gandum unggul baru Tabel 5.
Tabel 5. Rerata dan stabilitas hasil panen gandum(k.a 12%) berdasarkan analisis
gabungan lingkungan.
MS- MS- MS-
Galur Rerata bi SE R2(%)
TXL REG DEV
GCM1 3.51 1.48* 0.207 0.72 2.34 0.45 47
GCM2 2.59 1.57* 0.334 1.48 3.39 1.16 33
GCM3 3.00 1.15 0.157 0.25 0.24 0.26 14
GCM4 2.19 0.65* 0.248 0.72 1.25 0.64 25
GCM5 3.00 1.18 0.216 0.46 0.35 0.48 11
GCM6 3.81 1.61* 0.315 1.43 3.84 1.03 38
GCM7 2.29 0.33* 0.304 1.49 4.69 0.96 45
GCM8 2.61 0.48* 0.24 0.92 2.85 0.6 44
H-20 3.44 0.87 0.173 0.29 0.17 0.31 8
SO-3 3.18 0.88 0.303 0.84 0.14 0.95 2
SO-8 2.57 0.69* 0.198 0.49 1.01 0.41 29
SO-9 2.60 1.22* 0.141 0.25 0.48 0.21 28
Nias (a) 2.93 0.86 0.353 1.14 0.19 1.29 2
Selayar(b) 3.22 1.03 0.341 1.03 0.01 1.21 0
Rerata 2.92
Keterangan: bi = slop regresi rata-rata varietas pada indeks ingkungan, * = nilai bi berbeda nyata dengan 1; SE = Standar Error,
KT-TXL = Sumbangan masing-masing genotip terhadap kuadrat tengah interaksi, KT-Reg = Sumbangan masing-masing
genotip terhadap komponen regresi pada interaksi genotip x lokasi; KT-Dev = Kuadrat tengah simpangan (Simpangan
dari komponen regresi interaksi), R2 = Korelasi kuadrat (Squared Correlation) antara residu dari efek utama model dan
indeks lingkungan

Menurut Finlay dan Wilkinson (1963), genotip uji yang memiliki nilai bi yang
tidak berbeda nyata dengan satu dan hasilnya lebih tinggi dari rata-rata hasil seluruh
genotip yang diuji, berpeluang untuk beradaptasi baik pada semua lingkungan atau
memiliki adaptasi umum yang baik. Berdasarkan asumsi tersebut, calon varietas yang
memenuhi kriteria tersebut adalah H-20 dan SO-3. Lebih lanjut dijelaskan bahwa genotip
dengan nilai bi > 1 dengan hasil panen yang lebih unggul dari rata-rata umum akan
beradaptasi baik dengan semakin optimalnya pengelolaan lahan. Berdasarkan hal tersebut,
calon varietas yang memenuhi asumsi tersebut adalah GCM1 dan GCM6. Berdasarkan
hasil analisis stabilitas hasil sebagaimana diuraikan di atas, galur uji GCM 1, GCM2, H-
20 dan SO-3 dinilai layak diusulkan menjadi varietas gandum unggul baru.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa terdapat galur harapan yang
memiliki kandungan protein, glutein, dan kadar abu yang lebih unggul dari salah satu dan
atau lebih varietas pembanding. Berdasarkan kandungan proteinnya, gandum dapat
dibedakan atas 3 level dan kegunaan yaitu (1) gandum dengan kadar protein rendah (≤
9%) sesuai untuk pembuatan biskuit dan kue kering, (2) gandum dengan kadar protein
sedang (>9%-11%) sesuai untuk pembuatan kue dan bakmi, (3) gandum dengan kadar
protein tinggi (> 11%) sesuai untuk pembuatan roti dan mie. Berdasarkan kriteria
tersebut, semua genotip yang diuji dan kedua varietas pembanding termasuk gandum
dengan kadar protein tinggi (Tabel 6).
7

Tabel 6. Kandungan protein, lemak dan karbohidrat dari calon varietas gandum uji dan
varietas pembanding.
Protein Abu
Galur
%
GCM1 13,40 1,75
GCM6 14,20 1,68
H-20/M9 13,47 2,04
SO-3 17,98 2,01
Nias 9,79 1,95
Selayar 13,32 1,58

Pengamatan penyakit karat dan hawar daun dilakukan secara visual pada setiap
individu tanaman kemudian dihitung persentase jumlah tanaman yang terinfeksi penyakit
tersebut Selama pertumbuhan tanaman, tidak dilakukan pengendalian OPT dengan
menggunakan pestisida (kimiawi). Hasil pengamatan terhadap penyakit yang menyerang
menunjukkan bahwa selama masa pertumbuhan tanaman, hanya penyakit hawar daun
yang disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sativum ditemukan di lapangan
dengan persentase serangan yang bervariasi pada setiap materi uji (Gambar 1 dan Tabel
7). Sedangkan penyakit lainnya seperti penyakit karat tidak ditemukan selama penelitian
berlangsung.

Gambar 1. Gejala serangan H. sativus pada tanaman gandum di Malino

Tabel 7. Nilai tengah evaluasi penyakit hawar daun calon varietas gandum dan varietas
pembanding pada umur 60 hst dan 90 hst di Kanreapia, Malino, Gowa pada MT 2012
Galur Uji Intensitas 60 hst (%) Intensitas 90 hst (%) Reaksi
GCM1 1,33a 10,0a Res
GCM2 4,00a 20,0bc Res
GCM5 15,00c 26,67c Ares
GCM6 1,00a 6,67a Res
GCM7 1,00a 10,00a Res
GCM8 1,67a 11.67ab Res
H-20 2,33a 15,0ab Res
SO-3 2,67a 15,0ab Res
SO-8 55,00c 68,33d Ren
SO-9 6,00ab 20bc Res
Nias (a) 1,67a 10,00a Res
Selayar (b) 5,33a 15,00ab Res
Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
8

Gejala serangan penyakit bercak daun Helminthosporium ditandai dengan adanya


lesion pada daun yang berbentuk oval dan umumnya berwarna coklat tua. Infeksi pertama
diawali pada daun bagian bawah dan seterusnya menyerang daun bagian di atas. Serangan
yang terjadi pada awal pertanaman didukung dengan kondisi cuaca yang memungkinkan
untuk perkembangannya, akan menyebabkan gugurnya daun dan berkurangnya hasil
panen serta membuat biji berkerut. Untuk mempertegas keunggulan dari calon varietas
gandum yang diusulkan untuk dilepas secara resmi sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, terangkum pada Matrix Keunggulan (Tabel 8). Berdasarkan unggulan yang
dimiliki, dari 12 galur yang duiuji bersama dengan dua varietas pembanding, diusulkan
empat calon varietas untuk dirilis menjadi varietas unggul baru yaitu: GCM1, GCM6, H-
20, dan SO-3.

Tabel 8. Matrix keunggulan varietas harapan yang diusulkan untuk dirilis


Parameter GCM1 GCM6 H-20 SO3 Nias Selayar
Potensi hasil (t/ha) 7,5 8,6 5,1 5,3 4,8 5,4
Rerata hasil (t/ha) 3,5 3,8 3,4 3,2 2,9 3,2
Umur berbunga (hari) 69 67,0 65,0 66,0 60,0 62,0
Umur panen (hari) 125 123,0 126,0 123,0 119,0 120,0
Tinggi tanaman (cm) 81,3 76,2 81,4 87,5 78,7 74,8
Jumlah malai/m2 391 404,0 362,0 329,0 312,0 311,0
Panjang malai (cm) 9,9 10,0 10,0 9,4 9,1 8,7
Jumlah spiklet/malai 18,0 18,0 19,0 17,0 16,0 16,0
Jumlah biji/malai 39,0 41,0 39,0 36,0 33,0 33,0
Bobot biji/plot (kg) 1,6 1,7 1,6 1,4 1,3 1,5
Bobot 1000 biji (g) 38,1 36,8 37,5 36,8 34,9 37,8
Bobot 1 Liter biji (g) 664,9 653,4 642,6 631,7 612,5 663,1
Kandungan protein (%) 13,4 14,2 13,47 17,98 9,79 13,32
Kadar Abu (%) 1,75 1,68 2,04 2,01 1,95 1,58
0 0 0 0 0 0
Penyakit karat daun (%)*)
SRes SRes SRes SRes SRes SRes
10 6,7 15 15 10 15
Penyakit hawar daun (%)*)
Res Res Res Res Res Res
Adaptif Adaptif
Stabilitas dan adaptabilitas
lingk lingk Stabi Stabil Stabil Stabil
hasil
optimal optimal
Keterangan: *) =
Sangat Resisten (SRes) =infeksi penyakit ≤5%; Resisten (Res) = infeksi penyakit >5% - 20%; Agak Resisten
(ARes) = infeksi penyakit >20% - 40%; Rentan (Ren) = infeksi penyakit >40% - 60%; Sangat Rentan (SRen)=
infeksi penyakit >60%
Unggul dari varietas cek terbaik Sama dengan var cek
Unggul dari salah satu var cek Kalah dari kedua var cek
9

KESIMPULAN
1. Galur GCM1memiliki potensi hasil sebesar 7,5 t/ha, lebih unggul dibandingkan
dengan varietas Nias dan Selayar. Galur ini unggul untuk karakter jumlah malai/m2,
panjang malai, jumlah spiklet/malai dan jumlah biji/malai serta sangat resisten
terhadap penyakit karat daun dan resisten terhadap penyakit hawar daun. Galur
GCM6 memiliki potensi hasil sebesar 8,6 t/ha, nyata lebih unggul dibandingkan
dengan varietas Nias dan Selayar serta ketiga calon varietas lainnya. Selain itu, juga
sangat resisten terhadap penyakit karat daun dan resisten terhadap penyakit hawar
daun (Helminthosporium sativum). Galur H-20 memiliki potensi hasil 5,1 t/ha, nyata
lebih unggul dari varietas Nias, namun relatif sebanding dengan varietas Selayar.
Galur ini memiliki hasil yang stabil berdasarkan hasil analisis stabilitas hasil. Galur
S-O3 memiliki potensi hasil 5,1 t/ha, relatif sebanding dengan varietas Nias dan
Selayar. Galur ini juga sangat resisten penyakit karat daun dan resisten terhadap
penyakit hawar daun dengan hasil yang stabil berdasarkan hasil analisis stabilitas
hasil.
2. Diusulkan empat calon varietas untuk dirilis menjadi varietas unggul baru yaitu:
GCM1, GCM6, H-20, dan SO-3.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini merupakan bagian dari Program Penelitian Unggulan Strategis
Nasional Bidang Kajian Unggulan Ketahanan Pangan. Untuk itu penulis sampaikan
apresiasi dan ucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan Nasional, atas kepercayaannya kepada kami untuk melakukan
penelitian ini. Kepada pihak lain yang langsung atau tidak langsung membantu
pelaksanaan kegiatan ini juga diucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Detikfinance. 2012. Republik Indonesia Pengimpor Gandum Terbesar Kedua di
Dunia.http://finance.detik.com/read/2012/06/12/103707/1938780/1036/ri-
pengimpor-gandum-terbesar-kedua-di-dunia
Finlay, K.W. and G.N. Wilkinson. 1963. The analysis of adaptation in plant breeding
program. Aust. J. Agric. Res. 13 : 742-754.
Hamdani, M., Sri Widodo, Ismail, dan M.M. Dahlan 2002. Evaluasi galur gandum
introduksi dan CIMMYT. Prosiding Kongres IV dan Simposium Nasional
PERIPI. Univwersitas Gadjah mada. Yogyakarta.
Petersen RG. 1994. Agricultural Field Experiment, Design and Analysis. Marcel Dekker,
Inc. New York.
Saunders, D.A. 1988. Characterization of Tropical Wheat Environments; Identitication of
Production Constraints and Progress Achieved in South and South East Asia
in Klatt (Ed). Wheat Production Constraints in Tropical Environments
(CIMMYT) Mexico DF. Pp.12026.
10

Soemartono, Nasrullah dan Hartiko H. 1992. Genetika Kuantitatif dan Bioteknologi


Tanaman. PAU Bioteknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada. PAU
Bioteknologi Universitas Gadjah Mada : 37 h.
Suliansyah, I., M. Kasim, I. Chaniago, dan Reflinaldon. 2011. Uji Adaptasi Tanaman
Gandum (Triticum aestivum L.) Di Sumatera Barat Program Studi
Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Wahida. 2011. Academic Discussion Forum (ADF): “Nilai ekonomi produksi gandum di
Indonesia.” PPIA University of Adelaide, 24 Mei 2011, The University of
Adelaide – North Tce campus, Board Room, School of Economics. School
of Agriculture, Food and Wine, The University of Adelaide.

Anda mungkin juga menyukai