Irfan Suliansyah Fakultas Pertanian Universitas Andalas irfan.suliansyah@yahoo.com
ABSTRAK
Gandum bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun tepung gandum
(terigu) saat ini sudah menjadi sumber karbohidrat kedua setelah beras. Konsumsi gandum masyarakat Indonesia pada tahun 1984 baru sekitar 6,18 kg/kapita/tahun. Konsumsinya meningkat lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2011 yang sudah mencapai 21,20 kg/kapita/tahun. Peningkatan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh adanya perubahan pola makan masyarakat Indonesia ke makanan yang berbasis gandum. Kebutuhan gandum Indonesia dipenuhi dengan jalan impor. Volume dan nilai impor gandum Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2012 volume impor gandum Indonesia mencapai 7,1 juta ton pada tahun 2012, yang menempatkan Indonesia sebagai pengimpor gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir. Volume impor gandum pada tahun 2013 diprediksi akan mencapai 8 juta ton. Sehingga dalam waktu yang tidak lama lagi bisa dipastikan Indonesia akan menjadi negara pengimpor gandum terbesar di dunia. Peluang pengembangan gandum lokal cukup besar karena selain adanya transformasi pola makan dari karbohidrat beras ke karbohidrat non beras, gandum juga bisa dimanfaatkan untuk kesehatan dan bahan baku kosmetik. Didaerah-daerah yang intensitas penanamannya sangat tinggi, terutama di dataran tinggi, budidaya gandum terbukti mampu dimanfaatkan sebagai tanaman pemutus siklus hama dan penyakit. Tantangan dalam pengembangan gandum lokal juga tidak mudah karena teknologi gandum mulai dari hulu sampai hilir belum sepenuhnya dikuasai, belum adanya pasar yang dapat menampung hasil panen, kurangnya dukungan sarana dan modal petani, serta kurangnya dukungan pemerintah karena gandum bukan komoditas prioritas. Namun demikian, bila melihat peluang tersebut di atas maka gandum lokal layak dikembangkan untuk mendukung diversifikasi pangan dalam upaya mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan.
Kata Kunci: gandum, peluang, kemandirian dan ketahanan pangan