Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

ETIKA KEPERAWATAN

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1 :

1. ALIVIA NUR FAUZIYAH (202303102062)


2. VIRA EKA ANGGRAENI ABIDIN (202303102058)
3. IKFINA IFADA (202303102041)
4. WAHYU NIVIA PUTRI RAMADANI (202303102059)
5. BUNGA JANNATUL FIRDAUS (202303102063)
6. LAILA NADIYAH (202303102072)

Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga


Sarafnya Putus
Gabriel Abdi Susanto

13 Sep 2013, 17:30 WIB


Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menyelidiki
kasus malapraktik yang diduga dilakukan oleh Bustami terhadap pasiennya Sudeh (42) hingga
menyebabkan yang bersangkutan lumpuh.

Ketua PPNI Pamekasan Cahyono, Kamis, mengatakan, pihaknya perlu melakukan penyelidikan
dengan minta klarifikasi secara langsung kepada yang bersangkutan, karena hal itu berkaitan
dengan kode etik profesi perawat.

"Delik etik profesi perawat ini adalah urusan PPNI sebagai organisasi yang menaungi profesi
keperawatan," kata Cahyono seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/9/2013).

Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI, katanya, hanya berkaitan dengan kode etik perawat
untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-benar melanggar kode etik atau tidak.

Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang dilakukan pelaku hingga menyebabkan korban
lumpuh, menurut Cahyono, merupakan urusan kepolisian.

Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Praktik Keperawatan, sebenarnya seorang perawat diperbolehkan menjalankan
praktik keperawatan, maupun praktik mandiri keperawatan.

Sesuai dengan ketentuan itu, perawat yang diperbolehkan menjalankan praktik mandiri ialah
yang berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga mempunyai surat izin kerja, dan izin praktik
perawat, apabila yang bersangkutan membuka praktik keperawatan di luar tempat kerjanya.

"Apabila persyaratan-persyaratan itu dipenuhi, maka sebenarnya tidak ada persoalan bagi
perawat tersebut untuk membuka praktik," kata Cahyono menjelaskan.

Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami, Ketua PPNI Cahyono menyatakan
belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia memastikan, jika secara etika
Bustami memang melanggar ketentuan kode etik, maka PPNI hanya bisa merekomendasikan
kepada instansi berwenang agar izin praktik perawatnya di luar institusi kerja dicabut.

Kasus dugaan malapraktik di Pamekasan menimpa Suadeh alias Sudeh (42), warga Desa Tebul
Timur, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum perawat Bustami yang selama ini
mengaku sebagai dokter spesialis bedah.

Dugaan malapraktik itu terungkap, setelah keluarga korban melaporkan kepada polisi atas kasus
yang menimpa pasien yang ditangani oknum perawat namun mengaku dokter spesialis bedah itu.
Sebelumnya, pasien berobat ke klinik milik oknum perawat bernama Bustami itu.

Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama Sudeh (42) datang ke "Klinik Harapan"
yang menjadi tempat praktik oknum itu di rumahnya di Desa/Kecamatan Pakong, Pamekasan.

Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan agar dibedah
karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit
yang dideritanya.

"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di Pamekasan," kata
saudara korban, Jumrah.

Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab dirinya
juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah.

Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di klinik setempat.
Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata kian
buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh.

"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya, ternyata sarafnya putus
akibat operasi yang dilakukan oleh Bustami itu," kata Jumrah.

Bustami merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan sebagai perawat
di unit gawat darurat.

(Abd)
STUDI LITERATUR :
1. Kaidah OTONOMI
Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan
agar dibedah karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai
penyebab dari penyakit yang dideritanya.

"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di
Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah.

Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit,
sebab dirinya juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri merupakan dokter
spesialis bedah.

Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di
klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh,
bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh.
Dari kalimat diatas sangat jelas oknum melanggar prinsip otonomi pasien, karena
pasien yang diwakilkan oleh keluarga pasien, bahwa pasien ingin di rujuk ke rumah
sakit lain tetapi oknum memaksa agar dia yang mengoprasi. Hal itu sangat tidak
etis selain melanggar hak otonomi pasien sang oknum juga tidak jujur pada pasien
dan keluarga dikarenakan keinginannya untuk mengoprasi seorang pasien.
2. Kaidah NONMALEFICENCE

Sebelumnya keluarga pasien meminta untuk dirujuk ke rumah sakit, tetapi oknum
perawat yang mengaku sebagai dokter bedah tersebut melarangnya dengan alasan dia
bisa melakukan operasi tersebut karena dia sendiri yang mengaku sebagai dokter spesialis
bedah. Setelah dilakukan operasi tersebut pasien mengalami kondisi yang semakin parah
dan setelah dibawa ke rumah sakit terdapat saraf yang putus akibat operasi oleh oknum
perawat tersebut. Hal tersebut sangat membahayakan kondisi pasien.

Berikut kesaksiannya :
"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di
Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah.
Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab
dirinya juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri merupakan dokter spesialis
bedah.

Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di
klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh,
bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh.
Dari Pernyataan diatas sangat jelas oknum melanggar prinsip Non maleficience
yang seharusnya tidak merugikan pasien malah menjadi sangat merugikan paisen,
yang seharusnya dilakukan oleh dokter dan seharusnya pasien tersebut dirujuk,
oknum malah melakukan Tindakan yang bukan ranahnya sehingga sangat
merugikan pasien hingga lumpuh.

3. Kaidah JUSTICE
Keluarga korban melaporkan kasus ini kepada polisi atas kasus yang menimpa
pasien.

Pernyataan merupakan keadilan bagi pihak pasien, karena kesalahan yang


dilakukan oknum perawat yang mengaku sebagai dokter bedah. Pelaku mungkin
juga bersalah karena perbuatan yang melanggar etik dan mengaku sebagai dokter
bedah mengakibatkan pasien menjadi lumpuh

4. Kaidah BENEFICENCE
Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di
klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh,
bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh.

"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya, ternyata sarafnya
putus akibat operasi yang dilakukan oleh Bustami itu," kata Jumrah.

Bustami merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan


sebagai perawat di unit gawat darurat.

Pernyataan diatas melanggar prinsip beneficience yang seharusnya berbuat baik


dan bermanfaat untuk pasiennya malah bustami memperburuk keadaan pasiennya
dengan melakukan tindak medis yang bukan ranahnya.

5. Kaidah VERACITY
Dugaan malapraktik itu terungkap, setelah keluarga korban melaporkan kepada
polisi atas kasus yang menimpa pasien yang ditangani oknum perawat namun mengaku
dokter spesialis bedah itu.

Dari pernyataan tersebut oknum telah melanggar prinsip ketidakjujuran, perawat


tidak jujur atas profesinya yg mengaku-ngaku sebagai dokter spesialis bedah.
Seharusnya sebagai perawat harus mempunyai prinsip veracity yaitu kejujuran
yang di pegang teguh dan harus bangga atas profesi yang dimilikinya.

6. Kaidah FIDELITY
Bustami mengatakan bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri merupakan
dokter spesialis bedah.
Dari kalimat di atas, jelas bahwa oknum telah melanggar prinsip kejujuran.
Oknum menjanjikan bahwa dia bisa melakukan tindakan medis (pembedahan
benjolan di area punggung) dan pasien pun setuju karena mengira oknum adalah
dokter. Ternyata oknum tidak bisa menepati janji itu dan berakhir ada saraf pasien
yang putus. Sebagai perawat harus bisa menepati janji yang telah dibuat, dan jika
membuat janji, sesuaikan dengan profesi yang dimiliki bukan menjanjikan hal yang
bukan menjadi profesi lain yang memang bukan ranahnya.

Anda mungkin juga menyukai