Anda di halaman 1dari 4

KASUS TRAUMA

Seorang anak laki-laki berumur 10 tahun dibawa ke IGD RSUD dengan keluhan utama
nyeri pada lengan kanan atas, setelah terjatuh pada saat bermain sepeda. Setelah kecelakaan
lengan kanan atas, bengkok dan masih bisa menggerakan jari-jarinya. Pasien merupakn rujukan
dari klinik dan telah dilakukan pemasangan bidai.
Pada pemeriksaan dokter di IGD pasien tampak sadar, dengan GCS 15, dengan vital sign
dalam batas normal. Tidak dijumpai riwayat penurunan kesadaran, dan riwayat mual muntah (-).
Pada region brachii dextra, ditemukan luka robek ukuran 2x1 cm dengan dasar tulang (bone
expose) pada sepertiga tengah, dengan kontaminasi ringan. Pulsasi arteri radialis masih teraba
dan dan akral hangat, serta Capillary Refilling Time dibawah 2 detik. Dijumpai juga
pembengkakan, kontusio jaringan, serta tampak deformtias angulasi, serta pendarahan aktif.
Pada pemeriksaan clavicula, tidak dijumpai nyeri tekan dank krepitasi.

A. Terminologi
1. Bidai
Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifat kaku dan
bidai ini dipasangn dengan menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan
pada fraktur terbuka dan bidai ini berguna untuk mencegah terjadinya kecacatan,
dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir, Podding, dkk, 2016). Sedangkan
menurut Insani dan Risnanto (2014) bidai merupakan suatu alat yang digunakan
dalam melakukan imobilisasi pada fraktur atau tulang yang patah. Bidai ini juga
bisa digunakan untuk meminimalisir keparahan pada luka, mengurangi rasa sakit,
dan sebagai penopang bagian badan yang terluka.
(Sumber : repository UMY/Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Bidai ini sendiri bisa terbuat dari kayu, anyaman kawat, kardus, atau bahan lain
yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian
tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat, dan
mengurangi rasa sakit.
(Sumber : simdos UNUD)

2. Bone expose
Merupakan luka terbuka yang dapat menghambat penyembuhan second intention
baik secara langsung maupun tidak langsung.
(Sumber : Jurnal dengan judul “Management of Avulsion Wounds with Exposed
Bone” oleh R. Red Hanson, DVM, Diplomate ACVS

Catatan:
Second intention merupakan luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari
setelah tindakan debridement (merupakan prosedur tindakan yang dilakukan
untuk mengangkat jaringan sendi, tulang rawan, atau tulang tetap yang mengalami
kerusakan atau terinfeksi). Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7
hari).
DVM = Doctor of Veterinary Medicine

3. Capillary Refilling Time


Merupakan waktu pengisian kembali kapiler yang dinilai dengan menekan kulit
pada tumit selama 5 detik kemudian penekanan dilepas dan dinilai berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk berubah warna menjadi kemerahan seperti sebelum
dilakukan penekanan dan dinyatakan dalam detik
(Sumber : Jurnal “Capillary Refill Time, Manifestasi perdarahan dan absolute
neutrophil count sebagai predictor bacteremia pada sepsis neonatal oleh Sri
Kurniati, Universitas Makassar, 2013)

4. Kontusio jaringan
Memar/kontusio adalah luka tertutup dimana kerusakan jaringan di bawah kulit
hanya tampak sebagai benjolan apabila dilihat dari luar yang dapat disebabkan
oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan dibawah permukaan kulit rusak
dan pembuluh darah kecil pecah sehingga darah dan cairan seluler merembes ke
jaringan sekitarnya. Hasilnya akan tampak warna kebiruan atau kehitaman pada
kulit.
(Sumber : Jurnal “Pengembangan Buku Saku Pengenalan Pertolongan dan
Perawatan Cedera Olahraga Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama, UNY oleh
R. Meikahani, 2015)

5. Deformitas angulasi
Deformitas merupakan perubahan struktur dan bentuk atau pergeseran fragmen
pada fraktur. Angulasi merupakan fragmen tulang bergerak miring, sehingga
dapat disimpulkan bahwa deformtias angulasi merupakan perubahan derajat pada
struktur tulang.
(Sumber : Jurnal UMS, oleh D.M. Rivaldi, 2015)

6. Krepitasi
Krepitasi atau suara gemertak sendi disebabkan oleh hilangnya tulang rawan,
kontraktur kapsul, dan kelemahan otot.
(Sumber : Jurnal “Gambaran Klinis Osteoarthritis Primer Pada Usia 40-60 Pada
Laki-Laki dan Perempuan di RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2018, Universitas Malahayati, oleh Aswedi Putra, Yesi Nurmalasari, Try
Anita)

7. Perdarahan aktif
Diakibatkan adanya pembuluh darah yang pecah dan adanya luka terbuka pada
pasien.
B. Identifikasi Masalah
1. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri pada lengan atas setelah jatuh bermain
sepeda?
Jawaban :
Karena adanya deformitas angulasi dan kontusio jaringan yang menyebabkan
saraf menjadi tertekan sehingga memberikan respon nyeri pada penderita.

2. Mengapa setelah kecelakaan lengan atas pasien bengkok?


Jawaban :
Karena ketika terjatuh dari sepeda kemungkinan terjadinya benturan yang keras
pada lengan atas pasien yang menyebabkan tulang pada lengan atas pasien pecah
dan pecahan tulang atau fragmen tulang tersebut saling menindih dan bergeser
dari posisi normal.

3. Mengapa pasien dirujuk dan dibidai?


Jawaban :
Bidai dipasang untuk mencegah cedera lebih lanjut dimana bidai tersebut
berfungsi menahan agar tulang yang mengalami fraktur tidak bergerak dan dapat
mengurangi rasa nyeri pada daerah fraktur. Pasien dirujuk untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut dan untuk mengetahui apakah ada atau tidak kelainan lain
yang tidak dapat ditemukan pada pemeriksaan diklinik.

4. Mengapa pada region brachii dextra pasien robek dan tampak bone expose pada
1/3 tengah?
Jawaban :
Kemungkinan ketika pasien terjatuh dari sepeda, lengan atas kanan pasien
bergesekan dengan aspal sehingga menimbulkan luka robek pada lengan atas
pasien sebesar 2x1 cm, mengenai bone expose apabila pasien memiliki postur
tubuh yang kurus dan tidak memiliki banyak lemak, sehingga apabila terjadinya
gesekan maka tulang bisa nampak terlihat. Apabila pasien memiliki postur tubuh
yang gemuk dan memiliki banyak lemak, kemungkinan luka sobekannya
walaupun kecil tetapi dalam.

5. Mengapa dijumpai pembengkakan, kontusio jaringan, serta tampak deformitas


angulasi, serta pendarahan aktif?
Jawaban :
Pembengkakan bisa terjadi diakibatkan pasien ketika terjatuh kemungkinan
berbenturan dengan aspal ataupun lantai yang menyebabkan merembesnya darah
ke jaringan sekitarnya dan dikatakan pasien memiliki luka robek ukuran 2x1 cm
yang mengakibatkan keluarnya darah dari pembuluh darah yang pecah.
Deformitas angulasi atau perbahan derajat sudut tulang dari posisi normal bisa
terjadi disebabkan benturan yang terlalu keras yang menebabkan tulang dari
pasien pecah dan tergeser dari posisi normal.

6. Apa makna pemeriksaan fisik pada pasien?


Jawaban :
Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan untuk menilai luka pada keseluruhan
tubuh yang diakibatkan dari jatuhnya pasien dari sepeda dan untuk menentukan
diagnosis awal luka apa yang terjadi.

7. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?


Jawaban :
Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi fraktur dan luasnya fraktur. Scan
tulang (fomogram, scan CT/MRI) untuk memperlihatkan fraktur dan bisa
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. Arteriogram untuk
apabila adanya kerusakan pada pembuluh darah.

8. Apa diagnosis pasien?


Jawaban :
Fraktur terbuka karena adanya kontaminasi ringan dengan tingkat fraktur 2 karena
adanya kontusio jaringan lunak serta pembengkakan.

C. Learning Issue
1. Defenisi fraktur
2. Etiologi fraktur
3. Epidemiologi fraktur
4. Klasifikasi faktur
5. Patofisiologi faktur
6. Diagnosis faktur
7. Tatalaksana fraktur farmakologi dan non farmakologi

Anda mungkin juga menyukai