Anda di halaman 1dari 11

Transport antar membran

Salah satu fungsi yang dimili oleh membran sel adalah sebagai media
transport bagi sel. Trasnpor melewati membran sel cukup penting dalam menjaga
homeostasis dalam sel. Transport pasif pada membran sel meproses pengangkutan
zat dari konsentrasi tinggi ke rendah tanpa ATP, sedangkan transport aktif
memproses pengangkutan molekul dari daerah yang konsentrasinya rendah ke
daerah yang konsentrasinya tinggi dengan menggunakan energi hasil metabolisme
ATP, dan kedua proses tersebut berlangsung secara terpadu untuk menjaga
kesetimbangan molekul biologis di dalam sel (Sumadi, 2007).

Transpor pasif dapat berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi


antar membran larutan, transpor pasif bersifat spontan dan tidak memerlukan
energi metanolik dalam proses kerjanya. Transpor pasif dibagi menjadi dua jenis
yaitu difusi dan osmosis (Alkatiri 1996). Difusi adalah proses berpindahnya zat
dalam pelarut yang berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah
tanpa melewati membran 10 semipermeabel. Sedangkan osmosis adalah proses
difusi air melalui membran semipermeabel dari pelarut yang berkonsentrasi tinggi
(memiliki banyak air) kepelarut yang berkonsentrasi rendah (sedikit air) proses
osmosis akan berhenti jika konsentrasi didalam dan diluar sel telah seimbang
(Hamdi 2013).

Transpor aktif Merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan.
Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Transport aktif terbagi atas transport
aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-transport
dan counter transport (exchange). Transport aktif primer memakai energi
langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada Na-K pump, 3
Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa kedalam sel. Pada Ca
pump, ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah (Nadjib
2009).

Mekanisme Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran semipermiabel
(selektif permiabel). Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air,
sehingga tekanan osmotik cairan tubuh diseluruh bagian tubuh sama. Membran
semipermiabel adalah membran yang dapat dilalui air, namun tidak dapat dilalui
oleh zat terlarut seperti protein (Hartanto, 2007). Tekanan yang diperlukan untuk
menghentikan proses osmosis disebut tekanan osmosis (Guyton dan Hall, 2006).
Mekanisme terjadinya osmosis pada sel hewan dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi zat pelarut didalam sel. Jika dalam keadaan isotonis yaitu konsentrasi
zat pelarut didalam sel dan diluar sel seimbang tidak akan ada aktivitas osmosis
didalamnya. Sedangkan jika dalam keadaan hipertonis atau konsentrasi zat pelarut
didalam sel lebih tinggi dari konsentrasi zat pelarut diluar sel akan menyebabkan
terjadinya osmosis. Aktivitas osmosis ini dapat dilihat dengan adanya krenasi
ataau penyusutan yang terjadi pada sel hewan.

Mekanisme osmosis yang terjadi pada sel hewan juga dapat dilihat Jika
konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih rendah dari konsentrasi zat pelarut diluar
sel atau sel dalam keadaan hipotonis. Kegiatan osmosis ini dapat dilihat dengan
adanya perpindahan molekul zat pelarut diluar sel yang masuk kedalam sel
sehingga menyebabkan terjadinya hemolisis atau pecahnya membran plasma yang
dimiliki sel hewan.

(Vernandes, 2019)
Difusi

Difusi adalah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentarasi rendah. Tekanan
hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-
pori tersebut (Hartanto, 2007). Jadi difusi tergantung perbedaan konsentrasi dan
tekanan hidrostatik. Energi untuk proses difusi adalah energi kinetik yang normal
ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan.

Difusi yang melewati membran sel dibagi menjadi dua subtipe yaitu difusi
sederhana dan difusi fasilitasi. Difusi sederhana artinya pergerakan kinetik
molekol atau ion melewati membran sel tidak bereaksi dengan protein carier yang
ada di membran sel. Kecepatan difusi sederhana ditentukan dari jumlah substansia
yang ada, kecepatan gerakan kinetik bahan, jumlah dan ukuran dari pori pada
membran sel yang akan dilewati oleh bahan itu. Difusi fasilitas memerlukan
interaksi bahan dengan carier protein yang ada di membran sel. Carier protein
akan membawa bahan untuk melewati membran sel dengan mengikat bahan itu
secara kimia. Pada difusi sederhana proses difusi terjadi melalui dua jalan yaitu
melalui lapisan lipid jika zat itu terlarut dalam lemak, dan melalui saluran (chanel)
air/protein (Anthara, 2011).

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran


partikel, ketebalan membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil
ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan
difusi semakin tinggi. Semakin tebal membran dan besar luas area serta semakin
besarnya jarak antara dua konsentrasi, menyebabkan semakin lambat kecepatan
difusinya. Begitu pula dengan besarnya luas dan tingginya suhu akan
menyebabkan bertambah cepatnya laju difusi.

Pompa Natrium Kalium

Pompa natrium-kalium (Na+ -K + ) merupakan proses transpor yang


memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan
memompa ion kalium dari luar ke dalam sel. Proses ini berlangsung secara aktif,
karena memerlukan energi (ATP) untuk terjadinya proses itu. Ion-ion lain yang
ditranspor secara aktif seperti kalsium, hidrogen, chloride, iodine, urate, sugar dan
asam amino (Guyton dan Hall, 2006). Komponen pompa Na+ -K + terdiri atas
dua komponen carier protein, masingmasing disebut subunit alpha dengan BM
100 KDa dan subunit betha dengan BM 50 KDa.

Subunit alpha mempunyai tiga tempat spesifik untuk berfungsinya pompa


itu, yaitu: 1. Tiga reseptor site untuk tempat berikatan ion sodium yang terletak
disisi sebelah dalam membran sel, 2. Dua reseptor site untuk tempat berikatan ion
potasium (K) yang terletak disisi luar membran sel, 3. Pada sisi dekat reseptor site
ion sodium terdapat tempat aktivitas enzim ATPase. Proses pompa akan
berlangsung jika tiga ion sodium dan dua ion potasium berikatan direseptor site,
maka enzim ATPase akan aktif untuk menghasilkan energi dari ATP, sehingga
ion sodium akan dipompa keluar sel dan ion potasium akan masuk kedalam sel.
Tujuan dari pompa natrium-kalium adalah untuk mempertahankan konsentrasi ion
sodium dan potasium didalam dan diluar membran sel, dan untuk mencegah
keadaan hiperosmolar di dalam sel (Hartanto, 2007). Tanpa fungsi dari pompa ini
sel dalam tubuh akan bengkak dan meledak. Mekanisme kontrol dari volume sel
adalah sebagai berikut: di dalam sel terdapat sejumlah protein dan molekul
organik yang lain yang tidak dapat keluar dari sel. Substansia tersebut
menyebabkan muatan negatif didalam sel, yang akan menarik ion yang bermuatan
positif seperti ion sodium, potassium dan ion positif lainnya. Hal itu menyebabkan
terjadinya proses osmosis dalam sel, sehingga jika tidak dikontrol dapat
mengakibatkan sel bengkak dan meledak. Pompa Na-K akam memompa tiga ion
Na keluar sel dan memompa dua ion K kedalam sel, dan membran sel kurang
permiabel terhadap ion Na dibandingkan dengan ion K (Anthara, 2011).

Adanya kelebihan satu ion Na diluar sel menyebabkan konsentrasi diluar


sel lebih tinggi sehingga terjadi proses osmosis keluar sel. Perpindahan ion ini
juga berefek mengikat molekul air. Pada beberapa tempat di dalam tubuh terutama
bagian tubuh yang tersusun atas lembaran sel terjadi proses transpor aktif, seperti :
1) epitel intestinal, 2) epitel tubulus renalis, 3) epitel glandula eksokrin, 4) epitel
kantung empedu, 5) pleksus choroid otak. Mekanisme proses transpor pada
lembaran seluler itu adalah : transpor aktif melalui sel membran, kemudian proses
difusi sederhana atau difusi fasilitasi ke sel yang berdekatan (Anthara, 2011).

MASI BELUM LENGKAP DAN PERLU PERBAIKAN DENG

Homeostasis

Homeostasis berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang berarti sama
dan stasis yang berati mempertahankan keadaan. Homeostasis kemudian sering
diartikan sebagai semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk
mempertahankan lingkungan internal, dalam kondisi tertentu agar tecipata
kondisi yang optimal bagi kehidupan organisme yang bersangkutan. Hemeostasis
merupakan mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan yang dinamis di
dalam tubuh hewan yang konstan. Dalam homeostasis keadaan konstan terdapat
dua jenis, yaitu yang pertama adalah system tertutup yang dimaksud dengan
system tertutup adalah sebuah keseimbangan statis, yang dimana keadaan dalam
tubuh tidak berubah. Sedangkan yang kedua adalah system terbuka, yang
dimaksud dengan system terbuka adalah kesetimbangan dinamis, yaitu keadaan
dalam tubuh yang konstan, sedangkan system terus berubah.
Konsep homeostasis ini mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan
stabil dinamis di dalam lingkungan cairan internal yang membasuh semua sel
tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar,
kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharaan lingkungan cairan internal
yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Sebagai contoh, di lingkungan
internal O2 dan zat-zat gizi harus terus menerus diganti sesuai kecepatan
penggunaannya oleh sel. Jadi homeostasis dapat disimpulkan sebagai upaya untuk
mempertahankan lingkungan dalam yang stabil
Homeostasis memiliki banyak fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup, antara lain :
1.      Menstabilkan cairan disekitar sel-sel oranisme multi sel atau cairan extrasel
(CES)
2.      Untuk kelangsungan hidup sel
3.      Memungkinkan organisme beradaptasi pada lingkungan luar yang mempunyai
jumlah dan habitat yang lebih luas.
4.      Menyediakan keadaan dalam (lingkungan dinamis dalam badan organisme) yang
stabil supaya sel-sel dapat menjalankan hidup dengan efisien.
5.      Memungkinkan kadar metabolisme diatur secara efisien pada saat tertentu.
6.      Dan yang terakhir Memungkinkan enzim-enzim menjalankan fungsinya dengan
optimum

Faktor Yang Mempengaruhi Homeostasis

 Salah satu fungsi dari homeostasis adalah menstabilkan atau


menyeimbangan cairan, dan faktor yang mempengaruhu keseimbangan cairan
tersebut adalah:

1.      Usia
Dengan bertambahnya usia organisme, maka organ yang mengatur
keseimbangan akan menurun fungsinya, dengan begitu hasil untuk kesimbangan
pun akan menurun.
2.      Temperatur lingkungan

Dengan sesuatu organisme banyak terdapat di lingkungan yang panas,


maka akan terjadi proses evaporasi, sehingga dimungkinkan cairan banyak yang
keluar.

3.      Makanan
4.      Obat-obatan
5.      Stres
Stres dapat mempengaruhi beberapa hal diantaranya adalah,
Mempengaruhi metabolisme sel, meningkatkan gula darah, meningkatkan
osmotik dan ADH akan meningkatkan sehingga urine menurun.
6.      Sakit
Misalnya gagal ginjal, maka organisme akan mengeluarkan cairan yang
banyak sehingga dapat menggau keseimbangan di dalam tubuh organism tersebut.
Yang kedua adalah faktor-faktor yang dapat menstabilkan lingkungan
internalnya yaitu :

1.      Konsentrasi molekul-molekul nutrien


2.      konsentrasi O2 dan CO2
3.      konsentrasi zat-zat sisa
4.      pH
5.      konsentrasi air, garam dan elektrolit lain.

Dalam menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus senantiasa


memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai parameter, lalu
mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat
diredam. Untuk itu sel-sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan
lainnya. Komunikasi antar sel ini merupakan media yang menopang pengendalian
fungsi sel atau organ tubuh. Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara
local (intrinsik), yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antara sel yang
berdekatan. Pengendalian ekstrinsik (ekstrinsik) lebih kompleks dan
dimungkinkan melalui refleks yang melibatkan sistem saraf (lengkung refleks)
maupun sistem endokrin (pengaturan umpan balik).

Mekanisme Homeostasis
Stabilitas lingkungan internal merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh
organisme yang ingin bertahan hidup dalam lingkungannya. Selanjutnya
diperkenalkan dengan istilah homeostasis. Sekalipun homeo berarti ‘serupa’
(homo = sama).
Perubahan kondisi lingkungan intenal daapat timbul karena dua hal, yaitu
adanya perubahan aktivitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang
berlangsung terus-menerus. Untuk menyelenggrankan aktivitas sel dalam
tubuhnya, hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar
secara konstan, misalnya oksigen, nutrien dan garam. Sementara itu, aktivitas sel
juga menghasilkan bermacam-macam hasil sekresi sel yang bermanfaat dan
berbagai zat sisa, yang dialirkan kelingkungan internal (cairan ekstraseluler atau
CES). Apabila aktivitas sel berubah, pengambilan zat dari lingkungan eksternal
dan pengeluaran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga berubah.
Perubahan aktivitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkungan internal.
Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab mana pun (penyebab
pertama atau kedua) harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostatis selalu
terjaga.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostatis pada hewan berlangsung
melalui sistem umpan balik. Sistem umpan balik ada dua macam yaitu umpan
balik positif dan umpan balik negatif. Sistem umpan balik yang berfungsi dalam
pengendalian kondisi homeostatis pada tubuh hewan adalah sistem umpan balik
negatif.
Sistem umpan balik negatif dapat didefinisikan sebagai perubahan suatu
variabel yang dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan perubahan
tersebut ke keadaan semula. Contoh peristiwa yang terjadi pada burung dan
mamalia pada waktu mempertahan kan suhu tubuhnya supaya tetap konstan.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 0.5oC akan mendorong timbulnya tanggapan yang
akan mengembalikan suhu tubuh ke suhu awal, yaitu suhu yang seharusnya 37 oC.
Dengan demikian, sistem umpan balik negatif pada contoh akan selalu membawa
sistem fisiologis kepada suhu tubuh 37oC.
Sedangkan sistem umpan balik positif perubahan awal suatu variabel akan
menghasilkan perubahan yang semakin besar,misalnya proses pembekuan darah.
Proses pembekuaan darah sebenarnya bekerja melalui mekanisme sistem umpan
balik positif, yang bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Namun, hasil dari
proses tersebut selanjutnya bermakna sangat penting untuk mempertahankan
volume darah yang bersirkulasi agar tetap konstan.
Mekanisme sistem umpan balik positif tidak terlibat dalam proses menjaga
homeostatis, tetapi terlibat dalam penyelenggaran fungsi fisiologis tertentu (antara
lain proses pembekuan darah dan fungsi sel saraf). Dalam penyelenggaran fungsi
sel saraf, akan terjadi urutan berikut. Pada awal proses pembentukan potensial
aksi, sistem umpan balik positif bekerja dengan meningkatkan pemasukan ion
Na+. Peningkatan pemasukan ion Na+ tersebut akan berlangsung terus hingga
membran sel saraf benar-benar terdepolarisasi.
1. Komponen penyusun sistem umpan balik
Sistem umpan balik tersusun atas tiga komponen utama, yaitu reseptor,
pusat integrasi,dan efektor. Antara reseptor dan pusat integrasi dihubungkan
dengan saraf sensorik, sedangkan pusat integrasi dan efektor dihubungkan oleh
saraf motorik. Reseptor berperan sebagai pemantau perubahan yang terjadi
dilingkungan, baik lingkungan luar maupun dalam tubuh hewan. Dalam sistem
hidup, reseptor berfungsi sebagai transduser biologis, yaitu komponen struktural
dalam tubuh hewan yanga memiliki kemampuan untuk mengubah suatu bentuk
energi menjadi bentuk energi lain. Dalam sistem umpan balik, reseptor bekerja
dengan cara mengubah suatu bentuk energi yang dideteksi dari lingkungan
(misalnya energi listrik atau energi kimia) menjadi potensial aksi. Potensial aksi
yang terbentuk akan menjalar menuju keserabut saraf aferen menuju pusat
integrasi (pusat pengatur).
Pusat integrasi pada sistem umpan balik negatif adalah organ yang memiliki
“catatan” nilai/harga tertentu mengenai variabel yang dikendalikannya.
Nilai/harga tertentu tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai suatu variabel ynag
harus selalu dipertahankan. Nilai patokan merupakan nilai harapan atau nilai ideal
dari suatu variabel yang harus selalu dipertahankan. Nilai patokan seperti
diuraikan diatas hingga saat ini masih merupakan konsep hipotenik. Namun
demikian, kenyataan menunjukkan bahwa tubuh hewan dapat beradaptasi
terhadap suatu variabel dengan kisaran nilai tertentu. Sebagai contoh, kisaran suhu
tubuh mamalia yang dapat diadaptasi ialah antara 36,5-37,5 derajat keasaman
(pH) plasma darah berkisar antara 7,35-7,45 sedangkan konsentrasi ion K + dalam
plasma berkisar antara 3-5,5 mmol perliter.
2. Cara Kerja Sistem Umpan Balik Negatif
Pengendalian homeostasis sesungguhnya merupakan keseimbangan antara
masukan (input) dan keluaran (output). Dalam mengatur suhu tubuh, sistem
termoregulasi bekerja untuk menyeimbangkan perolehan panas dengan pelepasan
panas. Apabila sistem umpan balik positif bekerja dalam termoregulasi, rangsang
awal berupa peningkatan suhu tubuh/ lingkungan akan menimbulkan tanggapan
yang meningkatkan suhu tubuh menjadi lebih tinggi. Rangsang awal berupa
penurunan suhu lingkungan eksternal. Hal tersebut mendorong efektor untuk
menghasilkan respons yang dapat mengembalikan suhu tubuh ke suhu yang
diharapkan.
Kondisi homeostasis dalam lingkungan internal hewan ialah keadaan
homeostasis yang dinamis. Keadaaan demikian sering juga dinyatakan sebagai
keseimbangan dinamis atau dynamic equilibrium.
Pemeliharaan kondisi homeostasis berlangsung dengan mekanisme umpan
balik negatif, baik secara fisiologis maupun non fisiologis. Mekanisme
pengendalian secara fisiologis melibatkan sistem saraf, yang biasanya bekerja
sama dengan sistem endokrin.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis secara fisiologis yang agak
berbeda dari mekanisme disebut feed forward. Feed forward ialah peristiwa
makan dan minum pada saat bersamaan. Memasukkan makanan kedalam tubuh
akan meningkatkan osmolalitas isi usus, dan hal ini dapat mendorong pelepasan
air dari jaringan tubuh ke lumen usus untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik. Oleh karena itu, makan tanpa diikuti minum berpotensi menyebabkan
dehidrasi sehingga homeotasis osmotik tubuh akan terganggu. Untuk
memperkecil gangguan tersebut, sejumlah hewan melakukan makan dan minum
pada saat yang bersamaan.
Proses pengendalian kondisi homeostasis juga dapat terjadi melalui
mekanisme non fisiologis. Mekanisme semacam ini dapat dijumpai pada beberapa
spesies hewan akuatik, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan-hewan
tersebut pada umumnya merupakan golongan poikiloterm, sementara itu
merupakan lingkungan yang sulit mengalami perubahan suhu. Oleh karena itu,
pemilihan air sebagai tempat hidup bagi hewan poikiloterm merupakan cara yang
tepat untuk menjaga homeostasis suhu tubuh mereka.
HOMEOSTASIS KU DIATAS HASIL COPAS DARI MAKALAH
AKADEMIA
Sumadi, dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Andrian Vernandes. 2019. Pengertian Osmosis Pada Sel dan Contoh Peristiwa
Osmosis Pada Hewan dan Tumbuhan. Diakses melalui avkimia.com pada 2
Oktober 2019
Hamdi H. 2013. Transportasi melalui membran sel. [terhubung berkala].
www.sibarasok.com/2013/03/transportasi-sel-melalui-membran-sel. [9 Oktober
2013
Hartanto, WW. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian
Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Bandung.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed 8TH . Elseiver
Saunders. Philadelphia
Anthara, I., & Suratha, I. 2011. Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan
Kucing. Veteriner Udayana, 3(1), 23-37.

Anda mungkin juga menyukai