Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
ABSTRAK
Pembangunan sektor industri telah mendorong berdirinya pusat-pusat industri di berbagai daerah dalam
bentuk kawasan industri ataupun tidak dalam bentuk kawasan industri. Keberadaan pusat industri menjadi
daya tarik bagi para pencari kerja untuk datang ke daerah tersebut. Situasi tersebut dapat menimbulkan
adanya benturan kepentingan antara penduduk setempat dengan penduduk. Tulisan ini akan menguraikan
tentang keseimbangan sosial yang terdapat pada masyarakat di daerah industri yang akan mencerminkan
kondisi keserasian sosial masyarakat tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Aspek-aspek keseimbangan sosial dalam tulisan ini meliputi kemerataan sosial
ekonomi, kesempatan kerja dan berusaha yang sama, kesamaan hak dan kewajiban, serta kemampuan
mengelola konflik. Hasil penelitian menunjukkan keseimbangan sosial antara penduduk setempat dengan
pendatang secara keseluruhan dirasakan masih seimbang, walaupun dalam mendapatkan pekerjaan dan
berusaha penduduk pendatang mempunyai kesempatan yang lebih besar dibandingkan penduduk setempat.
ABSTRACT
Development of industrial sector has encouraged the establishment of industrial centers in various regions in
the form of industrial estates or not. The existence of an industrial estates becomes an attraction for job
seekers to come to the area. This situation may lead to a conflict of interest between the local people and the
migrant in relation to the existence of the industry. This paper will describe the social balance that existed in
the community in industrial areas that will reflect the condition of social harmony of the community based on
the results of research conducted Sumedang District, West Java Province. The aspects of social balance in this
paper include equal socio-economic, employment and endeavor, equal rights and obligations, and the ability
to manage conflict. Factors affecting social balance will be discussed also in this paper. The results indicate
that the social balance between the local people and the migrants as a whole is felt to be balanced, although
in getting jobs and trying the migrant has a greater opportunity than the local people.
55
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
diantaranya biaya untuk bahan bakar, air, sektor industri menjadi daya tarik untuk
listrik, lahan, dan sarana angkutan. Seringkali masuknya para pencari kerja dari berbagai
lokasi industri itu berkembang menjadi pusat daerah. Akibatnya, masyarakat yang berada di
industri, karena suatu jenis industri yang daerah-daerah industri cenderung memiliki
didirikan di daerah pinggiran menarik industri- tingkat heterogenitas yang tinggi.
industri lain yang sejenis untuk didirikan di Hai ini penting untuk diantisipasi, karena
sana (Schneider, 1993). Tidak jarang pula, bagaimanapun juga pembangunan industri pada
pendirian pusat industri sudah direncanakan suatu daerah akan menimbulkan adanya
sebelumnya yang tentunya dengan perubahan pada masyarakat di sekitarnya
memperhitung-kan tata ruang wilayah. seperti dalam struktur lapangan kerja
Dari sejak awal, pengembangan sektor disamping perubahan-perubahan lain dalam
industri ini dilakukan dengan harapan dapat masyarakat. Pembukaan industri baru
meningkatkan kemakmuran bangsa karena menyebabkan terjadinya perubahan pada pola
sektor industri akan memberikan percepatan kehidupan masyarakat antara lain lapangan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Bagi pekerjaan, peranan wanita, lapangan
Bangsa Indonesia yang sebagian besar pendidikan, peranan keluarga, serta persepsi
masyarakatnya hidup dari pertanian, “sektor masyarakat terhadap industri (Sani dkk., 1985;
industri merupakan alternatif untuk Suhandi dkk., 1985). Akan tetapi, perubahan
meningkatkan kemakmuran masyarakat tersebut tidak disertai dengan kesiapan
Indonesia, mengingat pertumbuhan masyarakat untuk menghadapi situasi yang
perekonomian yang mengandalkan dari sektor baru. Kemampuan dan keterampilan yang
pertanian saja tidak begitu cepat dimiliki masyarakat lokal tidak sesuai dengan
pertumbuhannya" (Sutowo, 1982). Industri kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri.
dipandang akan dapat menyerap tenaga kerja Industri yang didirikan pada suatu daerah
yang banyak dan mampu mengubah memberikan harapan kepada masyarakat
pengangguran tersembuyi (yang dinamis) disekitarnya akan adanya lapangan kerja baru.
menjadi kerja yang produktif. Daya tarik ini dirasakan sangat besar, terutama
Munculnya industri sebagai alternatif oleh mereka yang tidak memiliki sumber daya
dalam memperoleh penghidupan menyebabkan materil yang dapat dijadikan modal usaha;
terganggunya sektor pertanian. Hal ini walaupun dalam melakukan tuntutan tersebut
disebabkan adanya daya tarik yang lebih besar seringkali warga masyarakat setempat tidak
untuk bekerja di industri bila dibandingkan memperhitungkan adanya tuntutan kualifikasi
dengan bekerja menjadi buruh tani, seperti tertentu dari industri.
adanya penghasilan yang tetap dan cepat bila Situasi demikian merupakan hal yang
bekerja di industri. Kesempatan ekonomi pun cukup rawan untuk memicu adanya
akan lebih banyak bertolak dari sektor idustri ketidakserasian sosial antara penduduk
karena untuk bakerja di luar industri lebih setempat dengan pendatang, jika penduduk
terbatas peluangnya sementara untuk bekerja setempat memandang hanya dari satu sisi saja
atau berusaha sendiri diperlukan kemampuan bahwa penduduk pendatang telah mengambil
materil dan non material serta keterampilan hak penduduk setempat untuk bekerja pada
tertentu yang sesuai dengan bidang garapannya. industri. Perebutan kesempatan ekonomi
Sektor industri menjadi salah satu seperti bekerja pada industri dapat berkembang
penggerak dalam pertumbuhan ekonomi yang menjadi konflik, terlebih lagi bila sumber yang
juga menjadi faktor penarik (pull factor) bagi ada jumlahnya sangat terbatas dan penduduk
migran yang berharap mendapatkan setempat mengalami kesulitan dalam
kesempatan kerja yang lebih baik. Peningkatan memanfaatkan sumber ekonomi lainya.
jumlah tenaga kerja pada sektor industri Konflik yang ditimbulkan oleh
menunjukkan bahwa kesempatan kerja pada persaingan dalam memperoleh kesempatan
56
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
57
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
58
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh menjadi pabrik atau pemukiman bagi pekerja.
industri adalah mereka yang mempunyai sifat Luasnya tanah yang dibutuhkan untuk
yang dapat mendukung lancarnya produksi, membangun suatu kawasan Industri
karena yang penting adalah produksi dapat menyebabkan masyarakat petani di daerah
berjalan dengan lancar, tanpa adanya gangguan tersebut harus kehilangan tanahnya. Tidak
yang dapat menghambat jalannya produksi. adanya lahan garapan untuk bertani, maka
Maka tenaga kerja yang dibutuhkan dalam harapan masyarakat tertuju pada industri yang
industri adalah : didirikan, termasuk juga dan anggota
"... suatu angkatan kerja yang mobil, masyarakat lain yang membutuhkan pekerjaan;
yaitu suatu angkatan kerja yang tidak terikat terutama mereka yang sudah memasuki usia
baik kepada tempat maupun kepada oknum.... kerja den putus sekolah. Harapan masyarakat
Selanjutnya, industrialisme menuntut disiplin terhadap industri dihadapkan pada situasi
kerja yang ketat, yang tidak mungkin diperoleh adanya pendatang yang juga bermaksud untuk
tanpa suatu angkatan kerja yang tidak bekerja di industri tersebut.
mempunyai sumber penghasilan, ikatan, hak- Perubahan lingkungan yang disebabkan
hak selain yang diberikan oleh Industri ltu." perkembangan industri dapat menimbulkan
(Schneider, 1993:440). terjadinya masalah-masalah dalam masyarakat.
Pekerja industri harus siap bekerja Penyesuaian terhadap perubahan tersebut
dengen jadwal kerja yang ketat, yang terkadang tidak dapat dilakukan dengan cepat bersamaan
waktu kerja pun berubah-ubah dengan adanya dengan saat industri berdiri, sedangkan
sistem shift. Pola kerja yang diberlakukan kebutuhan industri akan tenaga kerja tidak
dalam industri sangat berbeda dengan pola dapat ditunda. Maka hanya mereka yang sudah
kerja yang biasanya dilakukan pada sektor siap dapat bekerja di industri. Bila
pertanian. Tuntutan jam kerja dan pengaturan dibandingkan, kelompok masyarakat yang
pekerjaan sangat ketat serta tidak dapat ditawar- sudah siap –secara mental- untuk bekerja pada
awar. Hal ini menuntut kemampuan masyarakat industri adalah para pekerja pendatang, yang
untuk menyesuaikan dengan tuntutan pola kerja dari sejak awal sudah mempersiapkan diri
dalam industri. Dengan demikian, hanya untuk dapat bekarja pada industri di daerah
mereka yang dapat memenuhi tuntutan- tersebut, sebagaimana tujuan mereka datang ke
tuntutan dari pihak industri saja yang dapat daerah tersebut.
dapat bekerja di industri. Walaupun masih bisa dijaga
Tidak mengherankan jika terdapat keseimbangan antara penduduk setempat
beberapa pandangan bahwa masyarakat dengan penduduk pendatang, tetapi perasasan
setempat tidak mampu untuk bekerja di kekecewaan masih ada di penduduk setempat.
industri. Namun sebaliknya, beberapa Mereka masih menganggap ada kesenjangan
penduduk setempat bepandangan adanya dalam masalah perekonomian di antara mereka,
ketidakadilan dalam memperoleh kesempatan bahkan banyak penduduk pendatang yang
kerja. Pendatang dianggap telah merebut bekerja dan sekian lama bisa membeli rumah
pekerjaan yang seharusnya menjadi pekerjaan untuk menetap di Sindangpakuon.
penduduk setempat. Kondisi ini terutama Untuk terwujudnya keseimbangan sosial
terjadi pada penduduk setempat yang tidak pada masyarakat, maka kesempatan yang sama
memiliki pekerjaan dan hanya melihat menjadi untuk memperoleh pekerjaan dan untuk
pekerjaan industri sebagai harapn utamanya. berusaha harus dapat dirasakan oleh semua
Pada beberapa kelompok masyarakat anggota masyarakat. Dengan adanya kesamaan
harapan masyarakat setempat terhadap akan ini, maka tidak akan terjadi rasa saling curiga
adanya lapangan pekerjaan dari pendirian dan merasa diperlakukan tidak adil. Apabila
industri adalah antara lain karena hilangnya dalam masyarakat kondisi ini tidak tercipta,
lahan garapan mereka yang beralih fungsi
59
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
maka keseimbangan sosial masyarakat akan Kesempatan yang sama dalam bekerja di
terganggu. industri disampaikan pula oleh pihak
Pada penduduk setempat terdapat pendatang, bahkan untuk berusaha pun mereka
perbedaan pandangan mengenai kesempatan memiliki kesempatan yang sama. Hanya saja
untuk bekerja di Sindangpakuon. Beberapa dari beberapa penduduk setempat tidak
penduduk setempat berpandangan kesempatan memiliki kualifikasi yang dibutuhkan oleh
kerja mereka di pabrik-pabik direbut oleh industri, hingga mereka menganggap bahwa
penduduk pendatang, dan sebagian penduduk mereka tidak memiliki kesempatan yang sama
setempat lainnya mengatakan bahwa penduduk dengan penduduk pendatang, yang memiliki
pendatang banyak yang berhasil karena mereka kualifikasi yang dibutuhkan oleh pabrik.
lebih ulet dalam bekerja, dan memiliki Bahkan beberapa informan mengatakan
keseriusan untuk bekerja. kesempatan untuk bekerja di industri justru
Upaya dari penduduk setempat dan para lebih besar dimiliki penduduk setempat karena
pendatang untuk memperoleh pekerjaan pada domisilinya yang dekat dengan pabrik dapat
industri menimbulkan terjadinya persaingan di mengetahui lebih dahulu mengenai lowongan
antara mereka. Soekanto (1987:146) pekerjaan. Sedangkan penduduk pendatang
mengemukakan bahwa: “Suatu konflik antar baru mengetahuinya dari teman atau saudara
kelompok disebabkan karena persaingan untuk yang sudah bekerja di pabrik tersebut.
mendapatkan mata pencaharian hidup yang Bila berdasarkan gender, baik laki-laki
sama”. Bila persaingan itu menghasilkan penduduk setempat maupun penduduk
ketidakpuasan pada pihak yang dikalahkan, pendatang mengalami kesulitan untuk
maka konflik akan menjadi sulit untuk memperoleh pekerjaan di industri. Itulah
dihindarkan. Dalam hal ini, penduduk setempat sebabnya lebih banyak pengontrak perempuan
merasa tidak dapat menerima kenyataan bahwa dibandingkan laki-laki. Bila pengontrak itu
para pekerja pendatang lebih mudah diterima sudah berkeluarga, istrilah yang bekerja
bekerja di industri, sedangkan seharusnya sedangkan suami mengurus rumah.
merekalah yang memperoleh prioritas. Masih munculnya anggapan bahwa
Sebenarnya kesempatan yang sama sudah penduduk setempat tidak memiliki kesempatan
diberikan kepada penduduk setempat maupun yang sama karena pada beberapa kasus
pendatang, khususnya yang sudah diupayakan penerimaan pekerja terdapat kecenderungan
oleh pemerintah desa. Menurut salah satu tokoh pihak industri lebih memperioritaskan
masyarakat, jika dari pihak industri penduduk pendatang untuk bekerja di pabrik.
memberikan jatah pekerjaan bagi penduduk Hal ini diperkuat dengan informasi dari tokoh
sekitar pabrik, permintaan ini langsung penduduk setempat yang menduga ada
disampaikan melalui kepala desa dan dimintai beberapa pabrik yang lebih senang menerima
ke tiap RW. Maka yang diusulkan akan pekerja dari kelompok pendatang; yang bisa
dibuatkan seadil mungkin. Misalkan jika jadi disebabkan oleh keterampilan yang
industri meminta 30 orang karyawan, maka dibutuhkan oleh pabrik adalah keterampilan
kepala desa langsung membagi adil 15 dari yang tidak akan dimiliki oleh pekerja dari
penduduk setempat dan 15 orang lagi dari kalangan penduduka setempat.
penduduk pendatang. Namun dari hasil Kejadian lain yang memperkuat
evaluasi pihak industri setelah mereka bekerja, pandangan bahwa penduduk setempat tidak
ternyata karyawan yang lebih bagus bekerja memiliki prioritas untuk masuk kerja adalah
adalah dari penduduk pendatang, karena ketika banyak penduduk setempat yang tidak
mereka dianggap lebih rajin dan ulet. Berbeda diterima bekerja karena berpendidikan lebih
dengan penduduk setempat yang lebih olo-olo rendah dari kualifikasi yang dibutuhkan tetapi
dalam pekerjaan serta dianggap justru membuat tetap memaksakan untuk mengajukan lamaran
masalah dalam bekerja. ke industri. Misalnya industri membutuhkan
60
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
61
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
62
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 55-63 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.16050
Perlu affirmatif policy yang diberlakukan Sutowo, Ponco. 1982. Industrialisasi Sebagai
pengusahan. Membuat aturan khusus bagi Alternatif. Dalam Prisma, Tahun XI, No.
penduduk setempat oleh perusahaan industri. 7/Juli 1982. Hal. 48-51.
Hal ini ditujukan agar masyarakat setempat
dapat menjadi tenaga kerja pada perusahaan
tersebut. Tertinggalnya pendidikan, keahlian,
dan mental penduduk setempat dibandingkan
dengan pendatang akan berpotensi
memunculkan kecemburuan yang lebih
jauhnya dapat memunculkan konflik. Oleh
sebab itu diperlukan aturan khusus sehingga
tenaga kerja dari penduduk setempat dapat
diterima bekerja di industri pada pekerjaan-
pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa-Kota dan
Permasalahannya. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Dharmawan, A. 1986. Aspek-aspek dalam
Sosiologi Industri. Bandung : Binacipta
Parker, S.R., Brown, R.K., Child, J., Smith,
M.A. 1990. Sosiologi Industri. Jakarta :
Rineka Cipta
Pelly, Usman. 1993. Pengukuran Intensitas
Potensi Konflik dalam Masyarakat
Majemuk. Dalam Analisa CSIS hal 187-
193, Tahun XXII, No. 3/Mei-Juni 1993
Sani, M. Y. 1990. Perubahan Pola Kehidupan
Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri
di Daerah Sulawesi Selatan. Proyek
Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai
Budaya. Jakarta : Depdikbud
Schneider, E.V. 1993. Sosiologi Industri.
Terjemahan J.L. Ginting. Jakarta : Aksara
Persada Indonesia
Soekanto, Soerjono, 1987 Sosiologi Industri.
Bandung : Remaja Karya
Suhandi, A. 1990. Perubahan Pola Kehidupan
Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri
(Daerah Jawa Barat). Proyek Inventarisasi
dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Jakarta :
Depdikbud
Suharto, Ph.D., Edi. (tanpa tahun).
Permasalahan Pekerja Migran: Perspektif
PekerjaanSosial.
Melalui<http://www.policy.hu/suharto/mak
Indo14.html> [15/09/08]
63