02 Sikappositif
02 Sikappositif
net/publication/326550755
SIKAP POSITIF BERBAHASA INDONESIA
Presentation · April 2014
CITATIONS READS
0 6,682
1 author:
Puji Santosa
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
291 PUBLICATIONS 407 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Editorial Ethics and Ethics of Authors: Cases of Medical Publications View project
KELAYAKAN KARYA SASTRA SEBAGAI BACAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP/MTs) View project
All content following this page was uploaded by Puji Santosa on 23 July 2018.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
SIKAP POSITIF
BERBAHASA INDONESIA
Drs. Puji Santosa, M.Hum.
Peneliti Utama/IV-E
Angka Kredit 1.294,10
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
DASAR PENGEMBANGAN DAN
PEMBINAAN BAHASA INDONESIA
• Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, butir
ketiga: “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”.
• Undang-Undang Dasar 1945, BAB XV
Pasal 36: “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia”.
• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, Serta Lagu Kebangsaan.
Setia, Bangga, dan Sadar Kaidah
Berbahasa Indonesia
• Sikap positif berbahasa Indonesia adalah sikap bahasa yang
diwujudkan dengan: (a) kesetian berbahasa, suatu upaya
mendorong mahasiswa agar tetap berpegang teguh
memelihara dan menggunakan bahasa nasional, bahasa
kebangsaan, ialah bahasa Indonesia, dan apabila perlu,
mencegah adanya pengaruh bahasa asing yang berlebihan;
(b) kebanggaan berbahasa, suatu upaya mendorong
mahasiswa agar lebih mengutamakan bahasanya dan
menggunakannya sebagai lambang identitas bangsanya,
lambang jatidiri bangsa; dan (c) kesadaran akan adanya
norma (kaidah) berbahasa, suatu upaya mendorong
mahasiswa agar menggunakan bahasa Indonesia sesuai
dengan norma, kriteria, kaidah, dan tata aturan yang berlaku
dalam berbahasa Indonesia dengan baik, benar, dan santun.
Setia Berbahasa Indonesia
• Setia berbahasa Indonesia adalah suatu sikap
untuk tetap berpegang teguh memelihara,
menjaga, dan menggunakan bahasa Indonesia
secara baik dan benar serta berusaha membina
dan mengembangkan bahasa Indonesia dalam
menghadapi berbagai tantangan global dan
mencegah pengaruh asing yang berlebihan.
• Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
istilah dan kosakata asing yang banyak di sekitar
kehidupan kita saat ini.
• Kita memasak menggunakan ricecooker.
• Kita menulis menggunakan computer.
• Kita berpergian menggunakan scooter.
• Kita tidur dengan menggunakan bedcaver.
• Kita nonton pertunjukan di gedung theater.
• I sama you ayo pulang naik panther.
• Karya tulis yang telah selesai diketik lalu kita
printer.
• Kalau printer rusak kita bawa ke Epson
Service Center.
• Bagaimana sikap kita dalam menghadapi serbuan
berbagai istilah asing tersebut?
• Sebagai warga negara yang baik, tentunya kita
akan setia menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
• Kalau sudah ada padanannya dalam bahasa
Indonesia, kosakata dan istilah tersebut kita pilih
yang ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
• Namun, kalau tidak dapat kita temukan
padanannya dalam bahasa Indonesia, barulah kita
menggunakan istilah dan kosakata bahasa asing
tersebut dengan penulisan unsur serapan
(penyesuaian dengan kaidah penulisan ejaan
bahasa Indonesia) atau langsung dengan istilah
dan kosakata asingnya (penulisannya dengan cara
dibuat miring atau italik).
• Ketentuan di atas mengingat akan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang
berbunyi “Bahasa Indonesia wajib digunakan
sebagai nama geografi di Indonesia, nama
bangunan atau gedung, nama jalan,
apartemen atau permukiman, perkantoran,
kompleks perdagangan, merek dagang,
lembaga usaha, lembaga pendidikan, dan
organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh
warga negara Indonesia atau badan hukum
Indonesia” (Pasal 36 UU No. 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, Serta Lagu Kebangsaan).
Bangga Berbahasa Indonesia
• Bangga berbahasa Indonesia adalah sikap yang
memandang bahwa tiada cela berbahasa
Indonesia, merasa berbesar hati dan gagah
dengan lebih mengutamakan bahasa Indonesia
daripada bahasa lainnya, dan menggunakan
bahasa Indonesia penuh kebangaan dan
kesadaran sebagai jatidiri bangsa Indonesia yang
merdeka, bersatu, dan berdaulat.
Contoh:
– Welcome --- Selamat Datang
– Exit --- Keluar
– Rumah I di apartemen Garden City --
Tempat tinggal saya di Perumahan Kota Garden.
• Sikap bangga berbahasa Indonesia
berkaitan juga dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2009 yang berbunyi
“Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan
pejabat negera yang lain yang disampaikan
di dalam atau di luar negeri” (Pasal 28 UU
No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu
Kebangsaan).
Sadar Kaidah Berbahasa Indonesia
• Sadar kaidah berbahasa Indonesia adalah sikap
yang perpegang teguh untuk mematuhi norma,
kriteria, kaidah, atau hukum-hukum yang berlaku
dalam penggunaan bahasa Indonesia baik dan
benar, terutama patuh menggunakan kaidah
bahasa Indonesia untuk ragam tulis dan baku, tidak
sebarangan menggunakan bahasa Indonesia, dan
dapat mengangkat harga diri sebagai bangsa yang
beradab dan bermartabat, seperti terukir dalam
ungkapan berikut.
“Bahasa Cermin Bangsa”
“Bahasa Jatidiri Bangsa”
“Bahasa Menunjukkan Bangsa”
• “Selamat Dirgahayu HUT RI ke-69 tahun”
Seharusnya: “Dirgahayu Republik Indonesia”
Atau: “Selamat Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia”
• “Kita akan segera tinggal landas”
Seharusnya: “Kita akan segara lepas landas”
Bukankah ada ungkapan: tinggal kelas yang
artinya tidak naik ke kelas berikutnya.
• “Ayolah kita segera mengejar ketertingalan”
Seharusnya: “Ayolah kita segera mengejar
kemajuan”
Ketertinggalan tidak dapat dikejar, hanya
kemajuan yang dapat dikejar.
• “Untuk menyingkat waktu rapat segera dimulai”.
Seharusnya: “Untuk memanfaatkan waktu rapat
segera dimulai”.
Waktu (masa) tidak dapat disingkat, yang dapat
adalah dimanfaatkan.
• “Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya”.
“Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih
yang dalam-dalamnya”
Seharusnya:
“Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya
mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya”.
• Kata “-nya” dalam penutup surat itu tidak jelas
siapa yang dimaksud oleh si pengirim surat,
seharusnya langsung menyebut Bapak/Ibu atau
Saudara yang jelas subjek yang dimaksud oleh si
pengirim surat.
• Ucapan terima kasih itu tidak dapat menjadi
besar, kecil, dangkal, ataupun dalam.
• Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang
demikinan adalah kurang tepat dengan ucapan
“sebesar-besarnya” atau “sedalam-dalamnya”,
karena tidak menggambarkan rasa atau perasaan
yang sesungguhnya, maka perlu dipertimbangkan
untuk digantilah dengan kata “setulus-tulusnya”,
yang maksudnya “sesungguhnya,bersih hati”
(benar-benar keluar dari ketulusan hati suci yang
terdalam).
• “Kepada Bapak Pimpinan Sidang, tempat dan
waktu kami persilahkan”.
Seharusnya:
“Kepada Pemimpin Sidang kami persilakan”.
“Kepada Bapak/Ibu/Saudara kami persilakan”.
• Tempat dan waktu tidak dapat bergerak atau
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Hanya manusialah yang dapat bergerak dari
tempat duduknya semula menuju ke tempat
pimpinan sidang.
• Manusianya itulah yang harus dipersilakan
memanfaatkan waktu dan tempatnya untuk
memimpin sidang.
Fakta Kebahasaan di Indonesia