Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Evolusi dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai proses historis dan cara bagaimana
proses itu terjadi. Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan secara menyeluruh dan
lengkap, sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu tentang suatu kenyataan mengenai
masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh mata. Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa
proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan pendekatan terhadap kenyataan yang ada.
Kenyataan-kenyataan yang ada terus diinterprestasikan oleh para ahli dan dijadikan bahan
bukti evolusi.
Para ahli menggunakan bukti-bukti sebagai petunjuk evolusi dengan tujuan akhir
ingin mencari jawaban tentang fenomena alam, sebagaimana yang terdapat dalam buku “On
The Origin Species” karya Charles Darwin. Sebenarnya rambu-rambu untuk mencari bukti
telah ada dalam buku Darwin, sedangkan petunjuk adalah rambu-rambu untuk memperoleh
bukti, dengan alasan bahwa pendekatan monodisipliner tidak dapat dijangkau atau dilihat dan
fosil bukti tidak dapat dipakai bukti dan kurang kuat. Hal ini karena fosil merupakan benda
mati yang sudah tidak utuh dan lengkap, sehingga interpretasi para ahli sangat dituntut
ketajamannya. Apalagi perilaku organisme yang telah memfosil sulit sekali diinterpretasi.
Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan
pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada di sekitar kita. Walaupun dapat tidaknya
kenyataan-kenyataan tersebut dijadikan bahan bukti adanya evolusi tergantung dari
interpretasi para pakar yang bersangkutan.Beberapa petunjuk adanya evolusi, yaitu :
a) Anatomi Perbandingan
- Analogi
alat-alat tubuh yang mempunyai bentuk dasar yang berbeda namun karena perkembangan
evolusi yang konvergen alat-alat tersebut mempunyai fungsi yang sama.
- Homologi
Alat tubuh yang mempunyai bentuk yang berbeda dan fungsinya berbeda namun kalau
diteliti mempunyai bentuk dasar sama. Hewan vertebrata berevolusi, tulang yang sama
kadang-kadang dimasukkan untuk penggunaan yang berbeda, kenyataan ini walaupun
tulang masih keberadaan mereka berbeda dengan masa lalu evolusi mereka. Sebagai
contoh, forelimbs vertebrata semua struktur homolog, yaitu struktur dengan penampilan
dan fungsi berbeda yang semua berasal dari bagian tubuh serta dalam nenek moyang
yang sama. Seperti pada gambar dibawah ini, bagaimana tulang tubuh depan telah
dimodifikasi dengan cara yang berbeda untuk verterbata yang berbeda. Mengapa
struktur yang sangat berbeda akan terdiri dari tulang yang sama? Jika evolusi tidak
terjadi, ini memang akan menjadi sebuah teka-teki. Tapi ketika kita mempertimbangkan
bahwa semua hewan hewan ini adalah keturunan dari nenek moyang yang sama,
mudah untuk memahami bahwa seleksi alam telah memodifikasi blok yang sama mulai
awal untuk melayani tujuan yang sangat berbeda. Beberapa evolusi bukti kuat yang
mendukung anatomi berasal dari perbandingan mengenai bagaimana organisme
berkembang.
GAMBAR 15:
Homologi antara tulang kaki depan. Meskipun struktur menunjukkan perbedaan yang cukup
besar dalam bentuk dan fungsi, tulang dasar yang sama yang hadir dalam forelimbs
manusia, kucing, kelelawar, lumba, dan kuda.
b) Embriologi perbandingan
Dalam banyak kasus, sejarah evolusi suatu organisme dapat dilihat terungkap dalam
perkembangannya, dengan embrio menunjukkan karakteristik embrio dari nenek
moyangnya, seperti pada gambar dibawah ini. Sebagai contoh, di awal perkembangan,
embrio manusia memiliki celah insang, seperti ikan, pada tahap berikutnya, setiap
embrio manusia memiliki ekor tulang panjang, sisa-sisa yang dibawa sampai dewasa
sebagai tulang ekor di ujung tulang belakang.
Janin manusia bahkan memiliki bulu halus (disebut lanugo) selama bulan kelima
pembangunan.
Embrio tersebut menunjukkan sejarah evolusi dimana embrio dari berbagai kelompok hewan
vertebrata menunjukkan fitur mereka semua sebagai awal pembangunan, seperti celah
insang (ungu) dan ekor. Pengamatan bahwa organisme yang tampaknya berbeda
mungkin menunjukkan bentuk embriologis yang sama memberikan bukti tidak langsung
tetapi meyakinkan dari hubungan evolusi masa lalu.
Siput dan cumi-cumi laut raksasa, misalnya, tidak memiliki kemiripan superfisial
banyak satu sama lain, tetapi kesamaan bentuk embriologis memberikan bukti yang
meyakinkan bahwa mereka berdua moluska.
c) Perbandingan Fisiologi
Telah diketahui ada kemiripan dalam faal antara pelbagai makhluk mulai dari
mikroorganisme sampai manusia, misalnya :Kemiripan dalam kegiatan pernafasan
Pembentukan ATP dan penggunaannya dalam berbagai proses kehidupan adalah serupa
pada hampir semua organisme.
Proses domestikasi tanaman berjalan lambat dan manusia secara tidak sengaja
mengubah beberapa ciri fisik sehingga membuat tanaman semakin sesuai dengan
penanganan yang dilakukan manusia. Berdasarkan bukti-bukti arkeologi, sifat pertama yang
berubah pada padi-padian budidaya adalah hilangnya sifat mudah rontok bila dipanen dan
ukuran bulir menjadi lebih besar daripada bentuk liarnya. Membesarnya ukuran bulir pada
padi, misalnya, ternyata disebabkan oleh suatu delesi (mutasi berupa hilangnya sebagian
sekuens basa pada DNA) pada suatu gen di kromosom.
Misalnya adanya variasi/ perbedaan warna, ukuran, berat, kefaalan, kebiasaan dan lain
sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah,
makanan, dan lain-lain. Variasi-variasi satu species dalam perkembangan berikutnya akan
menurunkan keturunan yang berbeda. Bila variasi di dalam species itu menghuni daerah
yang berbeda, maka dalam perkembangannya akan menghasilkan varian yang berbeda.
Proses seleksi terhadap berbagai jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan selama bertahun-
tahun akan menghasilkan varian yang makin jauh berbeda dengan moyangnya. Pemuliaan
berbagai species liar secara berangsur-angsur akan menghasilkan species baru yang
menguntungkan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya variasi merupakan
petunjuk adanya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya species-species baru.
Perkembangan variasi paruh burung Finch. Terjadi karena terseleksi secara alami
oleh jenis makanan yang berbeda.
Contohnya adalah mengenai bentuk paruh burung Finch yang ditemukan Darwin di
kepulauan Galapagos. Dari pengamatannya tampak burung-burung Finch tersebut memiliki
bentuk paruh dan ukuran yang berbeda, dan menunjukkan mempunyai hubungan dengan
burung Finch yang ada di Amerika Selatan. Mungkin karena sesuatu hal burung itu
bermigrasi ke Galapagos. Mereka menemukan lingkungan yang baru yang berbeda dengan
lingkungan hidup moyangnya. Burung itu kemudian berkembangbiak dan keturunannya
yang mempunyai sifat sesuai dengan lingkungan akan bertahan hidup, sedang yang tidak
akan mati. Karena lingkungan yang berbeda, burung-burung itu menyesuaikan diri dengan
jenis makanan yang ada di Galapagos. Akhirnya terbentuklah 14 spesies burung Finch
yang berbeda dalam bentuk dan ukuran paruhnya.
i) Ditemukannya fosil di berbagai lapisan batuan bumi
Fosil adalah sisa tumbuhan atau hewan yang telah membatu atau jejak-jejak yang
tercetak pada batuan. Darwin menyatakan bahwa fosil yang ditemukan pada lapisan batuan
muda berbeda dengan fosil yang terdapat pada lapisan batuan yang lebih tua, dan
menunjukkan suatu bentuk perkembangan.
Bagan yang menunjukkan perkembangan evolusi kuda
Dari sekian banyak fosil yang ditemukan, yang paling lengkap dan dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya evolusi adalah fosil kuda yang ditemukan oleh Marsh dan Osborn.
Dari studi yang dilakukan dapat dicatat beberapa perubahan dari nenek moyang kuda
(Eohippus) yang hidup 58 juta tahun yang lalu menuju ke bentuk kuda modern sekarang
(Equus), yaitu:
- tubuh bertambah besar, dari sebesar kucing hingga sebesar kuda sekarang
- leher makin panjang, kepala makin besar, jarak antara ujung mulut hingga bagian mata
menjadi makin jauh
- perubahan dari geraham depan dan belakang dari bentuk yang sesuai untuk makan
daun menjadi bentuk yang sesuai untuk makan rumput
- bertambah panjangnya anggota tubuh hingga dapat dipakai untuk berlari cepat, tetapi
bersamaan dengan itu kemampuan rotasi tubuh menurun.
- adanya reduksi jari kaki dari lima menjadi satu, yaitu jari ketiga yang selanjutnya
memanjang, kemudian disokong teracak.
Untuk menetapkan umur fosil dapat dilakukan dengan dua cara : secara langsung dan tak
langsung. Secara langsung dengan menetapkan umur batuan tempat fosil ditemukan. Cara
yang ini kurang valid. Secara tak langsung dengan carbon dating menggunakan isotop C 14.
Cara yang kedua ini lebih valid.
Sumber :
1. Widodo,Prof.H.Drs; Lestari, Umie Dr; Amin, Mohamad Dr agr. 2003, Panduan Belajar Evolusi,
Jurusan Biologi, FPMIPA, Universitas Negeri Malang
2. Pujianto Sri.2012. Menjelajah Dunia Biologi. Solo: Platinum.
3. Mukti, Cahyo, dkk.2004. Biologi. Cipta Pustaka.
4. Aryulina, Diah,dkk.2004. Biologi SMA dan MA. Jakarta: Erlangga.