Anda di halaman 1dari 11

1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)

Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 51-61, Maret 2018

Pengaruh Pemberian Antibodi Poliklonal PMSG (Pregnant Mare Serum


Gonadotropin) (Abpo PMSG) yang Berasal dari Kelinci (Oryctolagus
cuniculus) Jantan terhadap Jumlah Fetus Mencit (Mus musculus)

Indra Rahmawati1*
Departemen Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya1
*e-mail: Indra_rachma07@yahoo.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh potensi produk PMSG
(Pregnant Mare Serum Gonadotropin) terhadap jumlah fetus mencit. Metoda yang digunakan
untuk penelitian ini adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml PMSG (Pregnant Mare Serum
Gonadotropin) pada tikus superovulasi dengan PMSG dan hCG. Ada enam perlakuan dalam
penelitian ini. Kelompok kontrol adalah kelompok tikus yang hanya diovaskulasi. P1 diberi
PMSG dan PMSG PMSG. P2 adalah kelompok tikus yang diberi Abpo diberikan 1 jam setelah
PMSG, P3 diberi Abpo PMSG saat mereka mengalami masalah. P4 diberi Abpo PMSG 1 jam
sebelum hCG, dan P5 diberi Abpo PMSG 1 jam setelah hCG. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah janin terbanyak berasal dari P3. Jumlah janin paling sedikit berasal dari
kelompok kontrol. Angka janin P1, P2, P4 dan P5 menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dengan kelompok P3 (P> 0,05).

Kata Kunci: PMSG, Abpo PMSG, jumlah Fetus

Potencial Test of Local Product PMSG (Pregnant Mare Serum


Gonadotropin) Polyclonal Antibody (Abpo PMSG) Originated from Male
Rabbit (Orictolagus cuniculus) on Mice (Mus musculus) Foetus Number

Abstract

The purpose of this study was to evaluate the potencial influence local product Abpo PMSG
treatment on mice foetus number. Methode used for this research was by injecting 0,1 ml Abpo
PMSG on superovulated mice with PMSG and hCG. There were six treatments in this research.
Control group was group of mice that only superovulated. P1 was given PMSG and Abpo PMSG
together. P2 was group of mice that wich Abpo given 1 hour after PMSG, P3 given Abpo PMSG
when they were estrous. P4 given Abpo PMSG 1 hour before hCG, and P5 given Abpo PMSG 1
hour after hCG. The result showed that the most foetus number resulted from P3. The least
foetus number was from control group. Foetus number of P1, P2, P4 and P5 was showed no
significant difference with P3 group (P> 0.05).

Keywords: PMSG, Abpo PMSG, foetus number

51
Pengaruh Pemberian Antibodi Poliklonal PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin)…
Indra Rahmawati

PENDAHULUAN 15.995.946 ekor dan tahun 2013 sebesar


Program Swasembada Daging Sapi 16.816.218 ekor (Direktorat Jenderal
dan Kerbau (PSDSK) tahun 2014 Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012).
merupakan salah satu dari 21 program Beberapa teknologi yang digunakan
utama Kementerian Pertanian yang terkait untuk meningkatkan efisiensi reproduksi
dengan upaya mewujudkan ketahanan ternak adalah induksi birahi, penanganan
pangan hewani asal ternak berbasis kasus infertilitas atau gangguan reproduksi,
sumber daya daerah. Program ini juga inseminasi buatan, superovulasi dan
merupakan peluang untuk dijadikan transfer embrio. Pengelolaan sapi yang
pendorong dalam mengembalikan baik diharapkan mencapai hasil produksi
Indonesia sebagai negara pengekspor sapi dengan jarak beranak (calving interval) 12
seperti pada masa lalu. Tantangan tersebut bulan, sehingga pada akhirnya diharapkan
tidak mudah karena saat ini impor daging dapat memenuhi kebutuhan daging sapi
dan sapi sangat besar, sekitar 30 persen sebagai sumber protein hewani
dari kebutuhan daging nasional. Bahkan masyarakat Indonesia (Hermadi, et al,
ada kecenderungan untuk impor terus 2012). Tinggi rendahnya efisiensi

meningkat (Direktorat Jenderal Peternakan reproduksi pada kelompok ternak


dan Kesehatan Hewan, 2012). tergantung pada pengelolaan reproduksi
Kemampuan produktivitas sapi ternak baik secara individual maupun
potong dalam negeri belum memberikan kelompok. Produktivitas ternak ditentukan
hasil yang baik dalam memenuhi oleh reproduktivitasnya. Oleh karena itu,
kebutuhan daging yang setiap tahun perlu dibuat suatu program kesehatan
meningkat. Hal tersebut dapat diperbaiki reproduksi pada ternak yang efektif agar
dengan program pemerintah seperti dapat menghasilkan efisiensi reproduksi
adanya rencana target sasaran yang lebih baik (Hariadi et al, 2011).
peningkatan populasi dan produksi daging Salah satu upaya untuk
sapi, untuk produksi daging tahun 2012- meningkatkan populasi dan produksi sapi
2013 diharapkan terjadi peningkatan. potong dalam negeri adalah meningkatkan
Impor daging sapi tahun 2012 sebesar efisiensi reproduksi induk melalui
50,83 % yang setara dengan 282.596 ekor, peningkatan jumlah pedet setiap kelahiran
dan tahun 2013 sebesar 41,64 % yang atau kelahiran kembar (twinning). Teknik
setara dengan 213,92 %. Target jumlah reproduksi yang dapat digunakan untuk
populasi sapi potong tahun 2012 sebesar menghasilkan kelahiran kembar adalah

52
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 51-61, Maret 2018

superovulasi. Superovulasi merupakan cara et al, 1993). Residu PMSG yang masih
untuk meningkatkan jumlah oosit yang beredar dalam sistem sirkulasi darah dan
diproduksi oleh ovarium melalui masih memiliki potensi biologis akan terus
peningkatan jumlah kematangannya merangsang aktivitas ovarium. Ovarium
menjadi ovum, sehingga terjadi ovulasi dan yang terus terangsang akan menghasilkan
akan diikuti peningkatan jumlah korpus folikel-folikel yang gagal berovulasi
luteum (Ratnawati et al, 2011). (persisten). Dampak lanjutan dan masih
Pemanfaatan Pregnant Mare Serum beredarnya PMSG dalam sirkulasi darah
Gonadotrophin (PMSG) sebagai salah satu adalah gangguan keseimbangan hormonal,
preparat hormon untuk superovulasi telah ovulasi, pembuahan (fertilisasi) dan
banyak digunakan di lapangan. Secara pengangkutan embrio di saluran telur
endokrinologi PMSG berasal dari serum (Supriatna et al, 1998).
kuda yang bunting. Sediaan PMSG yang Ketersediaan anti-PMSG paten sama
banyak digunakan selama ini adalah sulitnya dengan memperoleh PMSG paten,
produksi luar negeri (PMSG paten). Harga karena harus impor dengan biaya yang
PMSG paten relatif mahal serta cukup mahal dan waktu tunggu yang lama.
ketersediaannya di lapangan yang terbatas Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
karena membutuhkan waktu yang cukup untuk mengetahui biopotensi antibodi
lama untuk mendapatkan hormon poliklonal PMSG lokal (Abpo PMSG lokal)
tersebut, sedangkan PMSG paten tersebut yang berasal dari serum kelinci
dibutuhkan setiap saat di lapangan. (Oryctolagus cuniculus) jantan terhadap
Hormon PMSG lokal merupakan salah satu perolehan jumlah fetus mencit (Mus
alternatif pilihan dengan harga yang lebih musculus) yang disuperovulasi
terjangkau (Ratnawati et al, 2011). menggunakan kombinasi PMSG dan hCG.
Pemberian PMSG sebagai preparat hormon
untuk superovulasi pada sapi, memberikan BAHAN DAN METODE
hasil yang rendah dan bervariasi dalam Produksi Antibodi poliklonal PMSG
persentase ovulasi (ovulation rate) dan (Abpo PMSG) dari PMSG (Gonaplas)
pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
hasil panennya berupa embrio layak
Jantan
transfer. Hasil panen embrio yang rendah
diakibatkan oleh rangsangan 1anjutan Sebanyak 2 ekor kelinci (Oryctolagus

PMSG yang memiliki waktu paruh (half life) cuniculus) jantan strain lokal diimunisasi

panjang yakni mencapai 123 jam (Dielman dengan PMSG produk lokal. Kelinci

53
Pengaruh Pemberian Antibodi Poliklonal PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin)…
Indra Rahmawati

diimunisasi secara subkutan dengan dikawinkan dengan mencit jantan tanpa


suspensi 0,2 ml PMSG dalam 0,2 ml disuntik Abpo PMSG.
Complete Freund’s Adjuvant (CFA) P1 : Mencit betina disuntik dengan
perbandingan 1:1. Booster dilakukan satu PMSG 5 IU bersamaan dengan 0,1 ml dari
kali dengan 0,2 ml PMSG dalam 0,2 ml pengenceran 20 kali Abpo PMSG secara
pelarut Incomplete Freund’s Adjuvant (IFA) intramuskular pada fase diestrus, dua hari
perbandingan 1:1, dengan interval 1 kemudian mencit disuntik dengan hCG 5 IU
minggu. Booster pertama dilakukan 3 secara intramuskular dan dikawinkan dengan
minggu setelah imunisasi pertama. mencit jantan.
Pengambilan darah untuk koleksi serum P2 : Mencit betina disuntik dengan
dilakukan dari vena auricularis sebanyak 5 - PMSG 5 IU secara intramuskular pada fase
6 cc dan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu diestrus, satu jam setelah itu disuntik
sehari sebelum imunisasi pertama, setelah dengan 0,1 ml dari pengenceran 20 kali
imunisasi pertama (sebelum booster Abpo PMSG secara intramuskular, dua hari
pertama), setelah booster pertama. Darah kemudian mencit disuntik dengan hCG 5 IU
yang didapat dibiarkan mengendap dan secara intramuskular dan dikawinkan dengan
diambil serumnya, selanjutnya serum yang mencit jantan.
diperoleh dari kelinci tersebut dianalisis P3 : Mencit betina disuntik dengan
titer antibodi dengan indirect ELISA, PMSG 5 IU secara intramuskular pada fase
selanjutnya Abpo PMSG tersebut diestrus, dua hari kemudian mencit disuntik
digunakan untuk uji potensi terhadap 0,1 ml dari pengenceran 20 kali Abpo PMSG
kebuntingan dan jumlah fetus mencit (Mus bersamaan dengan hCG 5 IU secara
musculus). intramuskular dan dikawinkan dengan
mencit jantan.
Pelaksanaan Uji Biopotensi Abpo PMSG P4 : Mencit betina disuntik dengan
terhadap Perolehan Jumlah Fetus PMSG 5 IU secara intramuskular pada fase
Mencit (Mus musculus)
diestrus, dua hari kemudian disuntik dengan
Perlakuan yang digunakan adalah sebagai 0,1 ml dari pengenceran 20 kali Abpo PMSG,
berikut: 1 jam setelah itu disuntik hCG 5 IU secara
K : Mencit betina disuntik dengan intramuskular dan dikawinkan dengan
PMSG 5 IUsecara intramuskular pada fase mencit jantan.
diestrus, dua hari kemudian mencit disuntik P5 : Mencit betina disuntik dengan
dengan hCG 5 IU secara intramuskular dan PMSG secara intramuskular pada fase

54
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 51-61, Maret 2018

diestrus, dua hari kemudian disuntik hCG 5 yang dilarutkan dalam pelarut Complete
IU secara intramuskular dan dikawinkan Freund Adjuvant (CFA) dan di booster
dengan mencit jantan, setelah 1 jam sebanyak 1 kali dengan 80 IU PMSG dalam
disuntik 0,1 ml dari pengenceran 20 kali pelarut Incomplete Freund Adjuvant (IFA).
Abpo PMSG secara intramuskular. Kemudian dilakukan pengambilan darah
sebanyak 3 kali pada vena auricularis di
HASIL daerah telinga kelinci. Serum darah yang

Produksi Antibodi Poliklonal PMSG diperoleh bisa digunakan untuk


(Abpo PMSG) superovulasi pada mencit.

Penelitian ini bertujuan untuk


memproduksi antibodi poliklonal PMSG Kemampuan Abpo PMSG Lokal dalam
Mempengaruhi Perolehan Jumlah
dari serum darah kelinci. Langkah awal dari Fetus Mencit (Mus musculus)
tahap penelitian ini dilakukan melalui
Perhitungan jumlah perolehan
proses imunisasi aktif dengan Pregnant
fetus mencit dilakukan dengan
Mare Serum Gonadotropin (PMSG).
pembedahan mencit bunting yang
Sebanyak 2 Ekor kelinci diimunisasi
dilakukan dengan pembedahan pada hari
dengan PMSG lokal (Gonaplas). Produksi
ke-18 setelah perkawinan. Jumlah fetus
Abpo PMSG ini dilakukan pada setiap
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel
kelinci dengan menyuntikkan 100 IU PMSG
dibawah ini:

Tabel 1. Jumlah Rataan Fetus Mencit dengan penyuntikan Abpo PMSG local
Perlakuan N Abpo PMSG local
K (tanpa pemberian Abpo PMSG) 5 3,20a ± 1,92
P1 (Abpo PMSG bersamaan dengan 5 3,40a ± 2,80
PMSG)
P2 (Abpo PMSG 1 jam setelah PMSG) 5 4,60ab ± 1,14
P3 (Abpo PMSG saat estrus bersama 5 7,00b ± 1,00
hCG)
P4 (Abpo PMSG 1 jam sebelum hCG) 5 5,60ab ± 0,54
P5 (Abpo PMSG 1 jam setelah hCG) 5 3,60a ± 2,88

Tabel 1 merupakan Jumlah rataan fetus mencit kelompok kontrol dan perlakuan dengan penyuntikan
Abpo PMSG lokal yang diperoleh setelah mencit dibedah. Angka dengan superskrip sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata ( p> 0,05 ), superskrip yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan adanya perbedaan yang nyata ( p < 0,05 ).

Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat Abpo PMSG lokal terhadap jumlah fetus
diketahui bahwa pengaruh pemberian mencit yang dibedah pada hari ke-18,

55
Pengaruh Pemberian Antibodi Poliklonal PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin)…
Indra Rahmawati

dengan uji Anova menunjukan hasil adanya Pregnant Mare Serum Gonadotropin
perbedaan yang nyata ( p < 0,05 ) pada (PMSG) dianggap sebagai benda asing yang
setiap kelompok kontrol dan perlakuan, dimasukkan ke dalam tubuh kelinci dan
sehingga dapat dilanjutkan dengan uji nantinya akan dihasilkan antibodi yang
Duncan yang menunjukkan hasil tertinggi disebut antibodi poliklonal PMSG (Abpo
pada kelompok P3 yang tidak berbeda PMSG). Produksi antibodi dengan
nyata dengan kelompok P2 dan P4, akan memasukkan antigen secara berulang-
tetapi berbeda nyata dengan kelompok ulang disebut sebagai produksi serum
kontrol, P1 dan P5. Sedangkan hasil hiperimun atau antibodi poliklonal.
terendah pada kelompok kontrol yang Imunisasi hormon protein dilakukan untuk
berbeda nyata dengan kelompok P3, akan mendapatkan anti protein dengan satu kali
tetapi tidak berbeda nyata dengan penyuntikkan dalam Complete Freund
kelompok P1, P2, P4 dan P5. Adjuvant (CFA) dan diulang dengan
Jumlah anak mencit yang penyuntikkan dalam Incomplete Freund
dihasilkan dan gambarannya berdasarkan Adjuvant (IFA) sebagai booster (Leenaar et
perbedaan waktu pemberian antibodi al, 2005).
poliklonal PMSG pada kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan adalah sebagai Kemampuan Abpo PMSG terhadap
berikut: Jumlah Fetus Mencit (Mus musculus)

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui kemampuan Abpo PMSG
dalam mempengaruhi jumlah fetus yang
dihasilkan. Jumlah fetus yang diperoleh
pada penelitian ini menunjukan hasil
adanya pebedaan yang nyata dalam setiap
perlakuan yang diberikan Tabel 1 dan
Gambar 1. Grafik Batang Perolehan Jumlah diagram batang pada Gambar 1. Jumlah
Fetus Mencit pada Kelompok Kontrol dan
Perlakuan dengan Penyuntikan Antibodi fetus terbanyak dihasilkan dari pemberian
Poliklonal PMSG (Abpo) Lokal
Abpo PMSG lokal pada kelompok P3 yaitu
sebesar 7 ± 1,0 dan paling sedikit adalah
PEMBAHASAN
kelompok kontrol yaitu 3,2 ± 1,924.
Produksi Antibodi Poliklonal Anti-
PMSG (Abpo PMSG) Sedangkan untuk kelompok perlakuan P1,
P2, P4 dan P5 didapatkan jumlah fetus

56
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 51-61, Maret 2018

sebesar 3,4 ± 2,881; 4,6 ± 1,140; 5,6 ± halnya dengan pada perlakuan P1 dan P2
0,548; dan 3,6 ± 2,881. yaitu pemberian Abpo PMSG dilakukan
Berdasarkan uji statistik seperti pada bersamaan dengan PMSG dan 1 jam
Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada hasil setelah PMSG maka akan menghasilkan
anak yang diperoleh setelah pemberian jumlah anak yang sedikit karena Antibodi
Abpo PMSG lokal, terdapat perbedan yang tersebut akan menetralisir kerja PMSG.
nyata (p < 0,05) dalam setiap masing- Pregnant Mare Serum Gonadotropin
masing kelompok perlakuan terhadap (PMSG) merupakan hormon eksogen yang
jumlah anak mencit, yaitu dimana mampu menggertak terjadinya
kelompok P3 berbeda nyata dengan superovulasi. Superovulasi adalah proses
kelompok kontrol, P1 dan P5. Hal ini biologis pertumbuhan, pematangan dan
berarti kelompok P3 lebih berpengaruh pelepasan sel telur dari folikel ovarium
terhadap perolehan jumlah anak mencit yang melebihi dari normal. Mencit yang
dibandingkan dengan kelompok kontrol, P1 disuntik dengan kombinasi PMSG dan hCG
dan P5, akan tetapi kelompok P3 tidak dengan dosis yang sama yaitu 5 IU dan
berbeda nyata dengan kelompok P2 dan dikawinkan dengan pejantan akan
P4, yang berarti kelompok P2 dan P4 juga mengalami proses superovulasi dengan
berpengaruh terhadap perolehan jumlah menghasilkan embrio yang lebih banyak
anak mencit. dari normal, dimana nantinya juga akan
Data statistik yang diperoleh berpengaruh terhadap jumlah anak yang
menunjukkan hasil jumlah fetus terendah dihasilkan.
yaitu pada kelompok kontrol yang tidak PMSG mempunyai aktivitas mirip
berbeda nyata dengan kelompok P1, P2 FSH dan LH, meskipun efek FSH terlihat
dan P5 yang berarti Abpo PMSG dapat lebih dominan daripada LH (8). Secara
menetralisir kerja PMSG, dimana Abpo alami PMSG akan merangsang
PMSG dapat diberikan pada saat pembentukan folikel pada ovarium, seperti
bersamaan dengan PMSG, 1 jam setelah kerja FSH. Beberapa folikel yang
PMSG serta 1 jam setelah pemberian hCG. diovulasikan akan mengalami luteinisasi
Kelompok kontrol memiliki jumlah karena efek LH yang dimiliki oleh PMSG.
fetus yang rendah dikarenakan masih PMSG berperan dalam
adanya pengaruh kerja yang panjang (long folikulogenesis yakni pada folikel
acting) dari PMSG sehingga menyebabkan primordial, PMSG akan meningkatkan
suasana estrogenik pada uterus. Sama jumlah folikel pada stadium pertumbuhan.

57
Pengaruh Pemberian Antibodi Poliklonal PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin)…
Indra Rahmawati

Folikel primordial dikenal sebagai folikel akan hilang dalam waktu 17 jam (Katagiri,
primer. Pembentukan folikel primer terjadi 1991).
setelah terbentuk perkembangan Penelitian anti PMSG yang
oogonium menjadi oosit. Pertumbuhan disuntikan pada sapi 72 jam setelah injeksi
oosit ditandai dengan bertambahnya PMSG dapat menghambat terjadinya
kuning telur pada sitoplasma, Folikel superovulasi (Boryczko, 1994). Sapi yang
primer mulai berkembang secara terus- disuntik anti-PMSG, kadar PMSG menurun
menerus membentuk folikel sekunder tajam dan menghilang dalam waktu 2 jam
setelah proses perkembangan oogonium setelah penyuntikan anti PMSG dan hal ini
menjadi oosit berakhir (Hafez, 20008). menunjukan bahwa PMSG dinetralkan oleh
Folikel sekunder berkembang anti PMSG pada waktu akhir maturasi
menjadi folikel tersier yang ditandai oleh folikel (Dielman, 1993).
adanya perkembangan sel-sel granulosa Hasil penelitian ini menunjukan
sehingga folikel tampak lebih besar. Folikel bahwa perolehan jumlah fetus pada P3
de Graaf merupakan perkembangan yaitu pemberian Abpo saat estrus dan
bentuk terakhir dan terbesar dari folikel bersamaan dengan hCG serta pada
ovariunm. Terjadi proses pematangan oosit perlakuan P4 yaitu pemberian Abpo PMSG
dibawah pengaruh LH sebelum ovulasi. 1 jam sebelum hCG memberikan hasil yang
Pecahnya folikel de Graaf dan keluarnya tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang
ovum dari dalam folikel disebut sebagai lainnya. Jumlah fetus yang meningkat
ovulasi.Sitoplasma oosit yang diovulasikan disebabkan karena pemberian anti PMSG
dikelilingi oleh membran vitelin, zona yang tepat. Keberhasilan perolehan jumlah
pelusida, dan kumulus ooporus fetus tergantung pada embrio yang
(Partodihardjo, 1992). ditentukan dari angka ovulasi. Pemakaian
Antibodi terhadap PMSG yang PMSG untuk tujuan superovulasi dapat
terbentuk akan mengadakan perlawanan menghasilkan sel telur yang belum masak
atua menetralisir tergadap biopotensi dan abnormalitas embrio yang menjurus ke
PMSG dan reaksi superovulasi akan arah kematian embrio dini (Keller and
menghilang. Pemberian anti PMSG dengan Tepker, 1990). Pemberian antibodi
dosis yang sama degan PMSG pada mencit poliklonal PMSG bersamaan dengan hCG
akan menyebabkan penurunan kadar mampu meningkatkan perolehan jumlah
PMSG darah secara cepat dan kadar PMSG fetus mencit yang disuperovulasi dengan
PMSG.

58
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 51-61, Maret 2018

Human Chorionic Gonadotropin Blastomere membelah membentuk


(hCG) mempunyai efek fisiologis seperti LH bentukan seperti bola yang tidak berongga
sehingga dapat menyebabkan dan disebut sebagai morula. Morula akan
perkembangan dan pematangan folikel, membelah dan meyusun diri membentuk
merangsang sel granulosa dan sel theka control cavity sehinga membentuk
dari folikel yang masak untuk blastosyt.
memproduksi hormon estrogen sehingga Zigot mengalami pembelahan sel
dapat merangsang timbulnya birahi dan yang dimulai sejak zigot berada dalam tuba
menggertak ovulasi (Partodihardjo, 1992). falopii. Pembelahan pertama pada stadium
Proses menuju fertilisasi sel sperma 2 sel terjadi 24 jam setelah ovulasi dan
mengalami proses kapasitasi terlebih diikuti pembelahan-pembelahan
dahulu dalam tubuh hewan jantan dan selanjutnya sambil diikuti perpindahan dari
hewan betina agar dapat bertemu dengan tuba falopii ke uterus. Waktu yang
sel telur untuk melakukan fertilisasi. dibutuhkan dalam pembentukan embrio
Spermatozoa yang telah sampai pada mencit stadium 2 sel adalah satu hari, 2,5
tempat fertilisasi akan berusaha memasuki hari untuk embrio stadium 8 sel, umur 3
sel telur dengan menembus sel kumulus, hari sudah masuk dalam uterus dan
zona pelusida dan selaput vitelin. Sel-sel blastosyt terbentuk 3,5 hari setelah
kumulus dapat ditembus dapat ditembus fertilisasi (Partodihardjo, 1992).
karena pergerakan sel spermatozoa dan Proses awal terbentuknya blastosyt
dibantu oleh enzim hialuronidase. Zona sampai menuju uterus diawali dengan
pelusida dapat ditembus oleh spermatozoa terjadinya relaksasi saluran uterus dicapai
oleh bantuan enzim zona lizin dan dalam waktu 80-108 jam setelah kopulasi.
spermatozoa akan bersentuhan dengan Pada hari 9-10 umur kebuntingan sudah
selaput vitelin. Selaput vitelin selanjutnya mulai terbentuk garis primitif, walaupun
akan mengadakan reaksi pengeblokan bila dilihat dari permukaan selaput yang
untuk mencegah masuknya spermatozoa membungkus embrio belum tampak jelas.
lebih dari satu. Selaput amnion lengkap sudah terbentuk
Zigot terbentuk dari hasil pertemuan disertai proliferasi daun kecambah.
spermatozoa dengan sel telur. Zigot yang Terbentuknya selaput allantois, mulai
terbentuk akan mengalami beberapa berfungsinya hati serta alat-alat peredaran
pembelahan sampai terdiri dari berpuluh- darah fetus terjadi pada kisaran waktu
puluh sel kecil yang disebut blastomere. tersebut. Terbentuknya sepasang somit

59
Pengaruh Pemberian Antibodi Poliklonal PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin)…
Indra Rahmawati

pertama yaitu pada hari ke-10 akan segera PMSG, perlu kiranya diikuti dengan
diikuti oleh pasangan-pasangan berikutnya pemberian antibodi poliklonal PMSG
sehingga dalam waktu 24 jam telah (Abpo PMSG) untuk mencegah adanya
terbentuk 10 pasang somit. Anggota badan birahi yang berkepanjangan,
bagian depan terbentuk ketika somit sudah perkembangan folikel yang
mencapai 20 pasang yang diikuti berkelanjutan setelah ovulasi dan
pertumbuhan ekor. Memasuki umur menjaga agar suasana uterus tidak
kebuntingan hari ke 15, sudah terbentuk estrogenik sehingga embrio yang
60 pasang somit dan mulai terlihat didapatkan lebih baik kualitasnya
pergerakan dari fetus sampai pada saat dengan jumlah embrio lebih banyak.
dilahirkan pada umur kebuntinga 19-21 2. Penggunaan Abpo PMSG lokal bisa
hari (Knobil, 1988). digunakan sebagai alternatif di
Pemberian anti PMSG dapat lapangan untuk menggantikan Abpo
menetralkan efek PMSG secara in vivo dan PMSG paten yang harganya mahal.
meningkatkan jumlah embrio layak
transfer bila diberikan pada saat LH pra DAFTAR PUSTAKA
ovulasi. Netralisasi PMSG setelah puncak Boryczko Z, Bostedt H, Gajewski Z,
LH pra ovulasi akan menekan pengaruh Witkowski M, and Hoffmann B,
PMSG pada akhir maturasi folikel dan 1994. Morphological and
meningkatkan angka ovulasi (Dielman, Hormonal Changes After
1997). Superovulation in Cows Treated
with Neutral-PMSG. Arch. Vet.
KESIMPULAN Pol. 34 (1-2): 117-126.
Pemberian Abpo PMSG Dielman SJ, Bevers MM, Vos P and Deloos
menunjukkan hasil yang signifikan F, 1993. PMSG, Anti-PMSG in
terhadap jumlah fetus mencit yang Catttle- A Simple and Efficient
dihasilkan pada program superovulasi Superovulatory Treatment.
dengan menggunakan kombinasi PMSG Theriogenology. 39(1): 25-41.
dan hCG. Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, 2012.
SARAN Keterpaduan Program/ Kegiatan
1. Pada program superovulasi dan transfer Pengembangan Sapi/ Kerbau di
embriodengan menggunakan preparat Tingkat Kab. / Kota. Musyawarah

60
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 51-61, Maret 2018

Rencana Pembangunan Breeding Schemes. J. Dairy Sci. 73


Pertanian. Jakarta. (2): 549-554.
Hafez ESE, 2000. Reproduction in Farm Knobil E, Neill JD, Ewing LL, Greenwald GS,
Animal. Lippincott Williams & Markert CL, and Pfaff DW, 1988.
Wilkins. Philadelphia. 192-217. The Physiology of Reproduction.
Hariadi M, Hardjoputranto S, Wurlina H, Volume2. New York: Raven Press.
Utomo B, Rimayanti, Triana IN, Leenaar M, and Hendriksen CFM, 2005.
dan Rartnan H, 2011. Buku Ajar Critical Steps in the Production of
Ilmu Kemajiran pada Ternak. Polyclonal and Monoclonal
Airlangga University Press. Antibodies Evaluation and
Surabaya. Recommendations. ILAR Journal.
Hermadi HA, dan Mahaputra L, 2012. 46(3):269-279.
Produksi Equine Chorionic Partodihardjo S, 1992. Ilmu Reproduksi
Gonadotropin (cCG) Frozen Dry Hewan. Cetakan ke-3. Jakarta:
dari Serum Kuda Bunting Lokal Mutiara Sumber Widya.
untuk Peningkatan Kebuntingan Ratnawati D, Dikman DM, dan Efendy J,
Sapi Madura. Laporan Penelitian 2011. Pemanfaatan PMSG Lokal
Unggulan Perguruan Tinggi sebagai Alternatif Hormon
Tahun Anggaran 2012. Superovulasi. Seminar Nasional
Universitas Airlangga. Surabaya. Teknologi Peternakan dan
Katagiri S, Takahashi Y, Hishinuma M., Veteriner. Hal: 32-37.
Kanagawa H, Dochi O, and Supriatna I, Yusuf TL, Purwantara B, Moekti
Takakura H, 1991. PMSG Profiles G, dan Hernomoadi LP, 1998.
in Superovulated and Anti-PMSG Kajian Pemberian Human
Antiserum Treated Mice and Chorionic Gonadotropin (hCG)
Heifers with pada Sapi Perah yang Telah di
Enzymeimmunoassay. Jpn J Vet Superovulasi dengan PMSG-
Res. 39(1): 11-21. Monoclonal Antibodi (PMSG-
Keller DS, and Tepker, 1990. Effect of MoAb) Anti-PMSG. Media
Variability in Response to Veterniner. 5(2): 15-20.
Superovulation on Donor Cow
Selection Differentials in Nucleus

61

Anda mungkin juga menyukai