OLEH:
NIM : PO71201200029
2020 – 2021
a. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuhadalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Pada tubuh cterdapat hampir 90% dari total berat badan adalah cairan. Persentasi
cairan tubuh manusia berbeda sesuai dengan usia. Persentasi cairan tubuh pada bayi sekitar
75%, pria dewasa 57%, wanita dewasa 55% dan dewasa tua 45% dari berat tubuh total.
Persentasi yang bervariasi tersebut dipengaruhi oleh lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektolit diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan
gastrointestinal.
1. Ginjal
Fungsi ginjal sebagai pengaturan air, pengaturan konsentrasi garam dalam darah dan
keseimbangan asam basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses
pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti
glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10%nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
kemudian mengalir melalui tubuli reminalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Kulit sebagai pengaturan cairan yang terkait dengan pengaturan panas yang diatur oleh syaraf
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokonstriksi. Proses pelepasan panas dilakukan dengan cara penguapan yaitu keringat yang
jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah darah yang mengalir.Berkeringat terjadi sebagai respon
terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf
simpatis pada kulit. Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu
lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas. Keringat melepaskan air sekitar setengah
liter setiap harinya.
3. Paru-paru
Berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkaninsensible water loos ±400 ml/hari.
Proses tersebut dipengaruhi oleh perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan misalkan,
orang yang melakukan olahraga berat.IWL (insensible water loos) selain terjadi melalui paru-
paru juga melalui kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal
kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam sistem ini
sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dpat melalui mekanisme rasa hahus yang
dikontrol oleh sistem endokrin (hormonal), yakni Anti Diuretik Hormon (ADH), sistem
aldosteron, prostagladin, dan glukokortikod. Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka
memenuhi kebutuhan cairan dengan merangsang pelepasan renin.
1) Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick
(Fick’s law of diffusion).
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
2) Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini
karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama
namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
3) Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini
disebut tekanan hidrostatik.
4) Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif
dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
1.Umur
Kebutuhan cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan
5 L/hari.
3.Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan tubuh.
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7.Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
8.Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan 3. Hubungkan cairan dan perangkat
2. Jelaskan pada pasien mengenai infus dengan menusukkan ke
prosedur yang akan dilaksanakan dalam botol infus.
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus 10. Cek apakah sudah mmengenai
dengan menekan bagian ruang vena dengan ciri darah keluar
tetesan hingga ruangan tetesan melalui jarum infus/abocath
terisi sebagian, kemudian buka 11. Tarik jarum infus dan hubungkan
penutup hingga selang terisi dan dengan selang infus
keluar udaranya 12. Buka tetesan
5. Letakkan pengalas 13. Lakukan desinfeksi dengan
6. Lakukan pembendungan dengan betadine dan tutup dengan kasa
tourniqet steril
7. Gunakan sarung tangan 14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan
8. Desinfeksi daerah yang akan infus pada plester
ditusuk 15. Catat respons yang terjadi
9. Lakukan penusukan dengan arah 16. Cuci tangan
jarum ke atas
Cara menghitung tetesan infus :
a. Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan/menit = jumlah cairan yang masuk/lamanya infus(jam) x 3
Atau
Tetesan/menit = total kebutuhan cairan x faktor tetesan/ lama infus (jam) x 60 menit
b. Anak
Tetesan/menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk/ lamanya infus (jam)
b. Tranfusi darah
Tranfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melaui vena dengan
menggunakan seperangkat alat tanfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan alat dan bahan:
1. Standar infus 6. Pengalas
2. Perangkat transfusi
3. NaCl 0,9%
7. Torniquet/pembendung
4. Darah sesuai dengan kebutuhan
8. Kapas alkohol 70%
pasien
9. Plester
5. Jarum infus/abocath atau
10. Gunting
sejenisnya sesuai dengan ukuran
11. Kasa steril 13. Sarung tangan
12. Betadine
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfusi dengan menusukannya
4. Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang
terisi dan udaranya keluar
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniqet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desintefeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum
infus/abocath
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang transfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
15. Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ±15 menit, ganti dengan darah yang sudah
disiapkan
16. Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis
golongan darah dan tanggal kadaluawarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian tranfusi
18. Catat respons terjadi
19. Cuci tangan
Tetesan /Menit =
∑ KebutuhanCairan x Faktor Tetesan
Lama Infus ( Jam ) x 60 Menit
keterangan ; Faktor tetesan infus bermacam-macam Lihat Label dalam cairan,
ada yang 10 tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit.
3) ANAK
Jumlah Cairan yang Masuk
Tetesan / Menit =
Lama Infus ( Jam )
B. Menghitung Keseimbangan Cairan
1) Menghitung IWL (Insensible Water Loss)
RUMUS IWL
(15 x BB)
IWL=
24 Jam
Contoh soal :
An. S dengan BB 13 Kg di rawat di RS dengan keluhan demam, suhu 39, 8 ° C (suhu di
anggap normal 36,8 C). Saat ini anak di infus KaEN 3B dengan tetesan infus 17 tetes/ menit
(faktor tetes makro 15 tts)
1. Hitunglah kebutuhan cairan An. S dalam 24 jam!
2 Apakah asupan cairan yang di dapat sudah mencukupi?
Jawaban :
1. Di ketahui :
BB : 13 kg
4 × 10 kg pertama = 40
1 × 3 sisa BB =3
= 43 CC/Jam → 24 Jam × 43 CC/Jam = 1.032 CC/Liter
Bila terjadi kenaikan suhu :
IWL = 10 CC/kg + 200 (suhu sekarang – 36,8 c)
= 10 CC/Kg + 200 (39,8 – 36,8)
= 210 (3)
= 630 CC
.
2 . Berdasarkan hasil penyelesaian di atas dapat di simpulkan bahwa kebutuhan cairan pada
An. S belum mencukupi karena An. S mengalami kenaikan suhu maka akan mengalami
pengeluran cairan bisa melalui kulit dengan mengeluarkan keringat dari hasil meningkatnya
suhu tubuh yang di derita An. S. Untuk itu di perlukan untuk meningkatkan serta
menstabilkan asupan cairan An. S.
REFERENSI
https://www.academia.edu/20179163/KEBUTUHAN_CAIRAN_ELEKTROLIT
https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu_Keperawatan_Dasar