Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR MANUSIA I

“KONSEP CAIRAN DAN ELEKTROLIT”


DOSEN PENGAMPU

Ns. Monalisa, M.Kep

OLEH:

NAMA : RIZKI ULINA SARI

NIM : PO71201200029

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI

2020 – 2021
a. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuhadalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Pada tubuh cterdapat hampir 90% dari total berat badan adalah cairan. Persentasi
cairan tubuh manusia berbeda sesuai dengan usia. Persentasi cairan tubuh pada bayi sekitar
75%, pria dewasa 57%, wanita dewasa 55% dan dewasa tua 45% dari berat tubuh total.
Persentasi yang bervariasi tersebut dipengaruhi oleh lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektolit diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan
gastrointestinal.
1. Ginjal 
Fungsi ginjal sebagai pengaturan air, pengaturan konsentrasi garam dalam darah dan
keseimbangan asam basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses
pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti
glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10%nya  disaring keluar. Cairan yang tersaring
kemudian mengalir melalui tubuli reminalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Kulit sebagai pengaturan cairan yang terkait dengan pengaturan panas yang diatur oleh syaraf
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokonstriksi. Proses pelepasan panas dilakukan dengan cara penguapan yaitu keringat yang
jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah darah yang mengalir.Berkeringat terjadi sebagai respon
terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf
simpatis pada kulit. Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu
lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas. Keringat melepaskan air sekitar setengah
liter setiap harinya.
3. Paru-paru
Berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkaninsensible water loos ±400 ml/hari.
Proses tersebut dipengaruhi oleh perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan misalkan,
orang yang melakukan olahraga berat.IWL (insensible water loos) selain terjadi melalui paru-
paru juga melalui kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal
kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat
4.     Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam sistem ini
sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dpat melalui mekanisme rasa hahus yang
dikontrol oleh sistem endokrin (hormonal), yakni Anti Diuretik Hormon (ADH), sistem
aldosteron, prostagladin, dan glukokortikod. Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka
memenuhi kebutuhan cairan dengan merangsang pelepasan renin.

b. Cara Perpindahan Cairan

1)      Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick
(Fick’s law of diffusion).
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
2)      Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini
karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama
namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
3)      Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini
disebut tekanan hidrostatik.
4)      Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif
dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K.

c. Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
1.Umur
Kebutuhan cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2.Iklim 
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan
5 L/hari.
3.Diet 
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.Stress 
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator 
keseimbangan tubuh.
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7.Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
8.Pembedahan 
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

d. Gangguan/Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Hipovolume atau dehidrasi


Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan  asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Hal ini biasanya terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam
dehidrasi, yaitu:
o   Dehidrasi isotonik
o   Dehidrasi hipertonik
o   Dehidrasi hipotonik
Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi
yang berlebihhan atau penyebab lain adanyan gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok,
diare, muntah, terpasang drainage, dll. Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya :
a. Dehidrasi berat
1.   Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
2.   Serum natrium 159-166 mEq/L
3.   Hipotensi
4.   Turgor kulit buruk
5.   Oliguria
6.   Nadi dan pernapasan meningkat
7.  Kehilangan cairan mencapai >10% BB.
b. Dehidrasi sedang
1.   Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10% BB.
2.   Serum natrium 152-158 mEq/L
3.   Mata cekung
c. Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1.5-2 L.
2.    Hipervolume atau overhidrasi
Ditimbulkan oleh kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema
(kelebihan cairan pada interstisial).
3.    Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah. Keadaan ini dapat
terjadi pada pasien yang kelebihan cairan tubuh ditandai dengan adanya rasa kehausan yang
berlebihan, rasa cemas, takut dan bimbang, kejang perut, denyut nadi cepat dan lembab,
hipotensi, konvulsi, membran mukosa kering, kadar natrium dalam plasma kurang dari 135
mEq/l.
4. Hipernatremia, Suatu keadaan dimana kadar natrium plasma tinggi dalam plasma tinggi.
5. Hipokalemia, Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
6. Hiperkalemia, Suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinngi.
7. Hipokalsemia, Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
8.Hiperkalsemia, Merupakan suattu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah.
9. Hipomagnesia, Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
10. Hipermagnesia, Merupakkan suatu keadaan dimana kadar magnesium bberlebihan di
dalam darah.
e. Pengertian dan Pengaturan Elektrolit
Elektrolit merupakan substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur
dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter/ atau mEq/L)
atau dengan berat molekul dalam gram (milimol/liter atau mol/L). Kation merupakan ion-ion
yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah natrium
(Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar dan kalium ke dalam. Anion adalah ion-ion,
yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl,
sedangkan anion intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43).
Kerja ion-ion ini mempengaruhi transmisi neurokimia dan transmisi neuromuskuler,
yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan (mood) dan
perilaku, fungsi pencernaan serta fungsi-fungsi yang lain. Elektrolit berhubungan minimal
dengan empat proses fisiologis dasar, yaitu:
1) Distribusi air dalam kompartemen CIS dan CES
2) Iritabilitas neuromuskuler
3) Keseimbangan asam-basa
4) Pemeliharaan tekanan osmotik
a. Elektrolit yang Penting dalam Tubuh adalah:
1) Natrium
Natrium mempengaruhi distribusi air tubuh lebih kuat daripada elektrolit lain. Natrium
mampu menarik air, sehinggga natrium merupakan faktor utama yang menentukan volume
ekstraseluler. Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135 sampai 145 mEq/L.
Konsentrasi natrium yang tinggi (hipernatremia), osmolalitas serum meningkat, merangsang
pusat haus dan menyebabkan peningkatan hormon antidiuretik (ADH) oleh kelenjar hipofisis
posterior.
2) Kalium
Kalium adalah kation utama intraseluler. Kalium memegang peranan penting dalam
metabolisme sel, mengatur eksitabilitas (rangsangan) neuromuskuler, kontraksi otot,
mempertahankan keseimbangan osmotik dan potensial listrik membran sel dan untuk
memindahkan glukosa ke dalam sel. Pengatur kadar kalium adalah ginjal, dengan cara
mengatur jumlah kalium yang diekskresikan melalui urine. Suatu kondisi yang menurunkan
pengeluaran urine akan menurunkan pengeluaran kalium. Kadar kalium normal adalah 3,5
sampai 5,3 mEq/L.
3) Kalsium
Kalsium merupakan elektrolit paling banyak di dalam tubuh, terutama terdapat dalam
tulang. Kalsium dijumpai dalam darah dalam dua bentuk yaitu kalsium bebas terionisasi
yang terdapat dalam sirkulasi dan kalsium yang berikatan dengan protein. Berikut adalah
bentuk-bentuk kalsium yang terdapat di dalam cairan tubuh:
a) Terionisasi (4,5 mg/100 ml)
b) Tidak dapat berdifusi, yang merupakan kalsium kompleks terhadap anion protein (5
mg/100 ml)
c) Garam kalsium, seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/100ml).
4) Klorida
Klorida merupakan elektrolit utama CES. Kadar klorida dalam darah secara pasif
berhubungan dengan kadar natrium, sehingga bila natrium serum meningkat, klorida juga
meningkat. Klorida diatur melalui ginjal, jumlah yang diekskresikan berhubungan dengan
asupan makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang mengkonsumsi klorida dalam
jumlah besar, akan mengekskresikan klorida yang lebih tinggi dalam urine.Nilai laboratorium
normal untuk klorida serum adalah 100-106 mEq/L.
5) Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan intrasel setelah kalium.
Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia memainkan perana vital fungsi seluler normal.
Magnesium diatur oleh beberapa faktor, yaitu absorpsi gastrointestinal, vitamin D dan
ekskresi ginjal. Secara normal, hanya sekitar 30-40% diet magnesium diabsorpsi. Ekskresi
ginjal terhadap perubahan kadar magnesium untuk mempertahankan keseimbangan
magnesium, dipengaruhi oleh ekskresi natrium dan kalium, volume CES, serta adanya
hormon parathyroid (PTH). Ekskresi menurun dengan peningkatan PTH, penurunan ekskresi
kalsium-natrium, dan kekurangan volume cairan. Nilai normal magnesium serum adalah 1,5-
2,5 mEq/L.
6) Bikarbonat
Bikarbonat merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh. Ion bikarbonat
ditemukan dalam CES dan CIS. Bikarbonat diatur oleh ginjal, apabila tubuh memerlukan
lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorpsi bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan
bikarbonat tersebut akan dikembalikan ke dalam cairan ekstrasel. Bikarbonat merupakan ion
penting dalam sistem buffer asam karbonat-bikarbonat yang berperan dalam kesimbangan
asam-basa. Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/L. Dalam darah vena, bikarbonat
diukur melalui karbondioksida dan nilai bikarbonat normal pada dewasa adalah 24-30
mEq/L.
7) Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan kalsium
membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi. Fosfat juga meningkatkan kerja
neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat, dan membantu
pengaturan asam-basa. Fosfat secara normal diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal.
Konsentrtasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon parathyroid dan vitamin D teraktivasi.
Nilai normal fosfat serum adalah 2,5-4,5 mg/100 ml.

f. Tindakan untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan


Cairan Dan Elektrolit
a.  Pemberian cairan melalui infus
Tindakan ini merupakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada
pasien dengan bantuan perangkat infus. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan cairan
elektrolit juga sebagai pengobatan dan pemberian makanan.

Alat dan bahan :


6.      Tourniqet/pembendung
1.      Standar infus
7.      Kapas alkohol 70%
2.      Perangkat infus
8.      Plester
3.      Cairan sesuai dengan kebutuhan
9.      Gunting
pasien
10.  Kasa steril
4.      Jarum infus/aboccath atau
11.  Betadine
sejenisnya sesuai dengan ukuran
12.  Sarung tangan
5.      Pengalas

Prosedur Kerja:
1.      Cuci tangan 3.      Hubungkan cairan dan perangkat
2.      Jelaskan pada pasien mengenai infus dengan menusukkan ke
prosedur yang akan dilaksanakan dalam botol infus.
4.      Isi cairan ke dalam perangkat infus 10.  Cek apakah sudah mmengenai
dengan menekan bagian ruang vena dengan ciri darah keluar
tetesan hingga ruangan tetesan melalui jarum infus/abocath
terisi sebagian, kemudian buka 11.  Tarik jarum infus dan hubungkan
penutup hingga selang terisi dan dengan selang infus
keluar udaranya 12.  Buka tetesan
5.      Letakkan pengalas 13.  Lakukan desinfeksi dengan
6.      Lakukan pembendungan dengan betadine dan tutup dengan kasa
tourniqet steril
7.      Gunakan sarung tangan 14.  Beri tanggal dan jam pelaksanaan
8.      Desinfeksi daerah yang akan infus pada plester
ditusuk 15.  Catat respons yang terjadi
9.      Lakukan penusukan dengan arah 16.  Cuci tangan
jarum ke atas
Cara menghitung tetesan infus :
a.       Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan/menit = jumlah cairan yang masuk/lamanya infus(jam) x 3
Atau
Tetesan/menit = total kebutuhan cairan x faktor tetesan/ lama infus (jam) x 60 menit
b.      Anak
Tetesan/menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk/ lamanya infus (jam)
                     
b. Tranfusi darah
Tranfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melaui vena dengan
menggunakan seperangkat alat tanfusi pada pasien yang  membutuhkan darah. Tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan alat dan bahan:
1.      Standar infus 6.      Pengalas
2.      Perangkat transfusi
3.      NaCl 0,9%
7.      Torniquet/pembendung
4.      Darah sesuai dengan kebutuhan
8.      Kapas alkohol 70%
pasien
9.      Plester
5.      Jarum infus/abocath atau
10.  Gunting
sejenisnya sesuai dengan ukuran
11.  Kasa steril 13.  Sarung tangan
12.  Betadine

Prosedur Kerja:
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3.      Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfusi dengan menusukannya
4.      Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang
terisi dan udaranya keluar
5.      Letakkan pengalas
6.      Lakukan pembendungan dengan tourniqet
7.      Gunakan sarung tangan
8.      Desintefeksi daerah yang akan ditusuk
9.      Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10.  Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum
infus/abocath
11.  Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang transfusi
12.  Buka tetesan
13.  Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14.  Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
15.  Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ±15 menit, ganti dengan darah yang sudah
disiapkan
16.  Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis
golongan darah dan tanggal kadaluawarsa
17.  Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian tranfusi
18.  Catat respons terjadi
19.  Cuci tangan

   

A. Rumus Menghitung Tetesan Infus


1) DEWASA (MAKRO 20 TETES/MENIT)
Jumlah Cairan yang Masuk
Tetesan / Menit =
Lama Infus ( Jam ) x 3
atau
2) DEWASA (MAKRO 15 TETES/MENIT)
Jumlah Cairan yang Masuk
Tetesan / Menit =
Lama Infus ( Jam ) x 4
ATAU

Tetesan /Menit =
∑ KebutuhanCairan x Faktor Tetesan
Lama Infus ( Jam ) x 60 Menit
keterangan ; Faktor tetesan infus bermacam-macam  Lihat Label dalam cairan,
ada yang 10 tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit.

3) ANAK
Jumlah Cairan yang Masuk
Tetesan / Menit =
Lama Infus ( Jam )
B. Menghitung Keseimbangan Cairan
1) Menghitung IWL (Insensible Water Loss)

RUMUS IWL
(15 x BB)
IWL=
24 Jam

Contoh:   Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)


 
(15 x 60) 900
IWL= ¿  ¿ 37,5 cc / Jam
24 Jam 24 Jam

Rumus IWL Dengan Kenaikan Suhu Tubuh


IWL=¿ ¿ + IWL Normal

Contoh soal :
An. S dengan BB 13 Kg di rawat di RS dengan keluhan demam, suhu 39, 8 ° C (suhu di
anggap normal 36,8 C). Saat ini anak di infus KaEN 3B dengan tetesan infus 17 tetes/ menit
(faktor tetes makro 15 tts)
1. Hitunglah kebutuhan cairan An. S dalam 24 jam!
2 Apakah asupan cairan yang di dapat sudah mencukupi?

Jawaban :
1. Di ketahui :
BB : 13 kg
4 × 10 kg pertama = 40
1 × 3 sisa BB =3
= 43 CC/Jam → 24 Jam × 43 CC/Jam = 1.032 CC/Liter
Bila terjadi kenaikan suhu :
IWL = 10 CC/kg + 200 (suhu sekarang – 36,8 c)
= 10 CC/Kg + 200 (39,8 – 36,8)
= 210 (3)
= 630 CC

.
2 . Berdasarkan hasil penyelesaian di atas dapat di simpulkan bahwa kebutuhan cairan pada
An. S belum mencukupi karena An. S mengalami kenaikan suhu maka akan mengalami
pengeluran cairan bisa melalui kulit dengan mengeluarkan keringat dari hasil meningkatnya
suhu tubuh yang di derita An. S. Untuk itu di perlukan untuk meningkatkan serta
menstabilkan asupan cairan An. S.

REFERENSI

https://www.academia.edu/20179163/KEBUTUHAN_CAIRAN_ELEKTROLIT
https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu_Keperawatan_Dasar

Anda mungkin juga menyukai