I. PENDAHULUAN
langsung dengan gas-gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari aktifitas
manusia.GRK merupakan suatu istilah untuk kelompok gas yang menjaga suhu
permukaan bumi agar tetap hangat.Istilah GRK digunakan karena system kerjanya
seperti rumah kaca yaitu menahan panas matahari di dalam rumah kaca agar suhu
serius dari berbagai pihak. Hal ini dikarenakan pemanasan global akan sangat
berdampak sangat besar terhadap perubahan iklim dunia. Di lain pihak, sumber
Indonesia laju kerusakan hutan Indonesia berkisar antara 1,08 – 3,51 juta ha per
tahun periode tahun1985 – 2005 dan mencapai puncaknya pada rentang waktu
tahun 1997 - 2000 (3,51 juta ha per tahun) (Indrarto,Indrarto GB, P Murharjanti, J
E Muharron, 2012).
lingkungan dalam menyerap CO2 dan menyimpannya dalam bentuk karbon (C).
2
informasi yang dibutuhkan secara cepat dan lengkap dengan tingkat ketelitian
kali menja di satelit pengamat bumi sejak 1972 (Landsat 1). Satelit landsat 8
memiliki sensor On board Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared
tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada
dalam pendugaan potensi cadangan karbon hutan alam di wilayah Desa Sedoa
Kawasan hutan alam memiliki cadangan karbon yang cukup besar dengan
karbon dengan menggunakan citra satelit pada tegakan hutan alam jarang
dilakukan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui seberapa
tersimpan di kawasan hutan alam Desa Sedoa, Kec. Lore Utara, Kab. Poso
pada tegakan hutan alam di Desa Sedoa, Kec. Lore Utara, Kab. Poso.
kandungan karbon menggunakan citra landsat 8 pada tegakan hutan alam di Desa
tentang sebaran kandungan karbonpada tegakan hutan alam di Desa Sedoa, Kec.
berikut: Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala lebih luas. Vegetasi berperan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada setiap kawasan (Faradlina Mufti, 2012).
salah satu jawabannya yaitu dengan meningkatkan keberadaan hutan dan areal
permukaan tanah sebagai biomasa tanaman, sisa tanaman yang sudah mati
karbon ini kemudian menjadi dasar untuk menghitung emisi, dimana sebagian
besar unsur karbon (C) yang terurai ke udara biasanya terikat dengan O2
(oksigen) dan menjadi CO2 (karbon dioksida). Ketika satu hektar hutan
atau lambat akan terurai dan unsur karbonnya terikat ke udara menjadi emisi. Dan
ketika satu lahan kosong ditanami tumbuhan, maka akan terjadi proses pengikatan
unsur C dari udara kembali menjadi biomasa tanaman secara bertahap ketika
lahan tersebut kemudian menjadi ukuran jumlah karbon yang tersimpan sebagai
Karbon
(remote sensing) dan satelit yang ada cukup memadai untuk memantau kondisi
memberikan informasi secara lengkap, cepat dan relatif akurat serta dapat
penginderaan jauh juga dapat digunakan untuk pemetaan biomassa dan stok
karbon hutan.
pada tanggal 11 Februari 2013. Ini adalah satelit kedelapan dalam program
Landsat; ketujuh untuk berhasil mencapai orbit. Awalnya disebut Landsat data
Continuity Mission (LDCM), itu adalah sebuah kolaborasi antara NASA dan
darat dan akan melakukan opersi misi terus-menerus (Rocchio, 2014 dalam
Akhbar, 2014).
warna dasar, yaitu Red, Green dan Blue (RGB).Dengan makin banyaknya band
Panjang
Band Kegunaan untuk pemetaan
Gelombang
Band 4 – red 0,64 – 0,67 Mendiskriminasikan lereng vegetasi
Band 5 – Near 0,85 – 0,88 Menekankan konten biomassa dan
Infrared (NIR) garis pantai
Band 6 – Short-wave 1,57 – 1,65 Mendiskriminasikan kadar air tanah
Infrared (SWIR) 1 dan vegetasi, menembus awan tipis
Sumber : USGS, 2014
Semakin baik teknologi yang dipakai dalam satelit Landsat, tentu saja
banyak digunakan manusia dalam banyak hal, diantaranya adalah untuk kegiatan
Indek vegetasi merupakan kombinasi matematis antara bend red dan bend
NIR yang telah lama digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan kondisi
vegetasi (Lillesand dan Kiefer, 1997). Nilai NDVI mempunyai rentang anatara -1
(minus) hingga 1 (positif). Nilai yang mewakili vegetasi berada pada rentang 0.1
hingga 0,7, jika nilai NDVI di atas nilai ini menunjukkan tingkat kesehatan dari
tutupan vegetasi yang lebih baik (Prahasta, 2008 dalam Wass, 2010).
untuk data yang mengacu pada posisinya terhadap bumi (geo) yang dinyatakan
dengan koordinat geografis. Seperti halnya peta, dimana bisa dirancang sesuai
dengan keperluan spesifik atau kebutuhan pengguna, sehingga semakin baik atau
informasi bisa kita sajikan kepada pengguna (Akhbar dan B.E, Somba, 2003)
Teknologi yang ada pada saat ini telah berkembang di berbagai bidang,
mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara
terintegrasi mampu mengolah baik data spasial maupun data atribut secara efektif
dan efisien serta mampu menjawab dengan baik pertanyaan spasial maupun
permukaan bumi (Eddy Prahasta, 2014).Oleh karena itu dengan adanya SIG
sebagai alat bantu, dapat memperkuat hasil analisa pendugaan cadangan karbon
Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Agustus
2019 sampai November 2019. Penelitian ini dilakukan dikawasan hutan alam
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Global Position System
(GPS) digunakan untuk pengambilan titik koordinat, pita ukur digunakan untuk
mengukur diameter pohon, tali plastik digunakan untuk membuat plot, kompas
memberi petunjuk arah mata angin, parang digunakan untuk membersihkan area
September 2018 Path 114 Row 61, Peta Tutupan Lahan, Peta Administrasi, dan
Pengelolaan Citra
Pendugaan cadangan
karbon Uji korelasi
System).
data primer yang dikumpulkan dari data sebelumnya. Data sekunder yang
dikumpulkan adalah Peta kawasan hutan alam wilayah Desa Sedoa dan
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini agar diperolehnya hasil
cadangan karbon di kawasan hutan alam Desa Sedoa, Kec. Lore Utara, Kab. Poso
Nilai cadangan karbon di kawasan hutan alam Desa Sedoa, Kec. Lore
Utara, Kab. Poso dapat diperoleh melalui tahapan melihat area yang akan diambil
karbon.
perhitungan nilai NDVI pada citra, kemudian dibuat persamaan regresi linear
sederhana untuk mengetahui korelasi antara nilai cadangan karbon yang telah
dihitung sebelumnya dengan nilai NDVI pada citra. Setelah itu dilakukan
1. Pembuatan Plot
Plot ini dibuat Penentuan plot sampel di lapangan dibuat secara acak
rentang nilai indeks vegetasi, kemudian peletakan plot di setiap tingkat kerapatan
dilakukan secara acak berdasarkan aksesibilitas, kedekatan jarak antara plot. Plot
diameter (diameter setinggi dada ), seluruh vegetasi (diameter ≥ 4,5 cm) yang
a. Diukur diameter (DBH) atau lingkar batang pohon yang ada di dalam
plot.
berikut ini.
Wardah (2008) :
Y = 0,0439 D2,7587
Keterangan:
D : Diameter
14
Keterangan :
c. Data dari GPS tersebut diolah ke dalam software ArcGis 10.4 untuk
d. Data dari Citra selanjutnya akan diolah ke dalam software ArcGis 10.4
NDVI)
Keterangan:
R : Merah
15
y = a + bx
Keterangan:
x : Nilai NDVI
y : Nilai karbon
yang dilakukan di kawasan hutan alam wilayah Desa Sedoa Kec. Lore Utara Kab.
langsung dengan gas-gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari aktifitas
manusia. GRK merupakan suatu istilah untuk kelompok gas yang menjaga
suhu permukaan bumi agar tetap hangat. Istilah GRK digunakan karena
16
pada tanggal 11 Februari 2013. Ini adalah satelit kedelapan dalam program
3. Indek vegetasi merupakan kombinasi matematis antara bend red dan bend
kondisi vegetasi