Diklat Stunting
Diklat Stunting
Alasan:
Hasil penelaahan curah pendapat yang disampaikan oleh para mitra terkait program
berbasis sekolah yang telah dilakukan oleh masing-masing institusi menunjukkan bahwa
kegiatan edukasi gizi ke sekolah telah dilakukan oleh semua mitra. Beberapa mitra telah juga
melakukan pendampingan atau pemantauan kantin sekolah. Namun, tidak satupun mitra
mempunyai program terkait pengembangan kebun sekolah atau menginisiasi penggunaan
kebun sekolah sebagai media edukasi gizi di sekolah. Selain itu, diungkapkan tentang
kurangnya dokumentasi dan pencatatan oleh semua mitra terkait upaya advokasi kebijakan
baik di tingkat sekolah, maupun di tingkat pemerintah daerah untuk menciptakan lingkungan
program gizi berbasis sekolah yang berkesinambungan. Diutarakan pula oleh setiap mitra,
bahwa kegiatan program gizi di sekolah masih dilakukan secara tidak terstruktur sehingga
menyulitkan penilaian keberhasilan progam dan pemantauan dampaknya bagi perbaikan
status gizi siswa secara umum.
Pertemuan ini telah mewadahi aspirasi mitra dan menjembatani peran mitra dalam
menjalankan tridharma pendidikan dalam hal pengembangan masyarakat dengan
mempertegas kebermanfaatan sektor akademik yang dapat dirasakan langsung oleh publik.
Pertemuan ini merangkum rencana kegiatan di bawah program “Gizi untuk Prestasi” berbasis
lokus yang memanfaatkan potensi-potensi daerah, kepakaran, kerjasama institusi lokal serta
target capaian dalam kurun waktu 3 tahun.
Menurut dr Damayanti, stunting bisa dicegah jika diketahui sejak dini sebelum anak
berusia 2 tahun. Cara yang paling mudah adalah dengan memberdayakan Posyandu.
Sebagai struktur terkecil dan terdepan, Posyandu bisa menjangkau masyarakat secara
langsung. Para melalui para kader dan petugas gizi/bidan desa, Posyandu diharapkan
bisa melakukan diagnosis awal terhadap stunting.
“Di Posyandu, kader dilatih untuk melakukan pengukuran berat dan tinggi badan
dengan benar. Seperti mengukur berat badan tanpa baju dan tinggi badan dengan
posisi yang benar,” kata dr Damayanti.
Dari situ dapat diketahui besar kenaikan berat badan setiap anak. Dari berat badan itu,
kader sudah harus bisa melakukan diagnosis awal apakah anak-anak tersebut masuk ke
dalam kategori gizi baik atau justru malnutrisi. Ini bisa diketahui dengan melihat
grafik dan tabel WHO 2006.
Jika setelah diukur diketahui bahwa berat berdasarkan usia (WAZ) lebih besar dari +1
atau lebih kecil dari -2 dengan panjang berdasarkan usia (LAZ) lebih kecil dari -2,
anak sudah harus langsung dirujuk ke Puskesmas untuk pengukuran panjang badan
(PB).
Jika ditemukan anak dengan WAZ antara lebih besar sama dengan -2 dan lebih kecil
dari +1, kenaikan berat anak akan sangat menentukan tindakan yang akan diambil.
“Kalau tidak naik, langsung rujuk ke Puskesmas. Kalau ada kenaikan, dilihat lagi saat
kontrol bulan depan,” jelas dr Damayanti. Artinya, Posyandu bisa menentukan anak
mana saja yang harus dirujuk ke Puskesmas untuk segera ditangani dan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
“Puskesmas kemudian akan menentukan apakah anak-anak ini perlu penanganan lebih
lanjut oleh dokter umum terlatih atau dokter spesialis anak. Tapi utamanya sudah dari
Posyandu,” terang dr Damayanti.
Upaya mencegah dan mengatasi stunting membutuhkan kerja sama berbagai pihak.
Tidak hanya tenaga medis dan akademisi, tapi juga berbagai pemangku kepentingan.
Orang tua pun harus memantau tumbuh kembang anak, dengan rutin membawa anak
ke Posyandu untuk diukur TB, BB, dan lingkar kepalanya.
Kendala berikutnya, begitu anak ditemukan stunting melalui skrining di Posyandu lalu
dirujuk ke Puskesmas, muncullah masalah pembiayaan. “Mereka tidak punya BPJS,”
sesal dr. Damayanti. Masalah ini akhirnya diselesaikan dengan dana desa.
Masalahnya tidak berhenti di sana. Di Puskesmas, anak yang dicurigai stunting
diperiksa lagi apakah betul ia mengalami stunting. Bila anak dikonfirmasi mengalami
stunting, selanjutnya akan dirujuk ke RSUD.
Kepada para ibu yang mendatangi Posyandu, dr. Damayanti selalu menganjurkan
pemberian sumber pangan hewani seperti susu atau telur 1 butir per hari untuk
mencegah maupun mengatasi stunting. Dengan perbaikan nutrisi, termasuk pemberian
susu, kasus stunting di desa tersebut berhasil diturunkan. “Di awal, stunting ditemukan
sebesar 17 persen. Setelah tiga bulan, membaik jadi 9 persen,” tutup dr. Damayanti.
3.