Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumarah (2010) menguraikan nyeri persalinan dapat menimbulkan stress yang
menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan
steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah
dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls
nyeri bertambah banyak. Micah R & Sadigh (2011) menguraikan persalinan
sering kali juga timbul rasa cemas, panik dan takut rasa sakit yang luar biasa
yang dirasakan ibu yang dapat mengganggu proses persalinan dan
mengakibatkan lamanya proses persalinan. Kecemasan merupakan
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya.

Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan


gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik. Kecemasan
merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan
emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau
kejadian dalam hidupnya (Capernito, 2009). Kecemasan merupakan suatu
perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk akan terjadi dan merasa tidak
nyaman seakan ada ancaman. Seorang ibu mungkin merasakan takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu persalinan (Keliat,
Wiyono & Susanti, 2011).

Kecemasan dapat dikurangi dengan beberapa terapi penurun kecemasan yaitu


terapi farmakologi dan non-farmakologi. Salah satu terapi non-farmakologi
yang dapat mengurangi kecemasan dapat diatasi dengan menggunakan tehnik

1
2

relaksasi otot progresif, karena dapat menekan saraf simpatis dan parasimpatis
yang bekerja saling timbal balik menekan rasa tegang yang dialami oleh
individu sehingga dapat mencapai keadaan tenang (Conrad dan Roth, 2007).
Ika Mardawiyah (2017) menguraikan kecemasan bisa dikurangi melakukan
relaksasi otot progresif bertujuan untuk merangsang keluarnya endorphin dan
encephalin, juga untuk merangsang otak untuk membuat sinyal otot rileks dan
meningkatkan darah sirkulasi ke otak.

Conrad & Roth. (2007) menyatakan bahwa progressive relaxation (relaksasi


progresif) pada teknik relaksasi otot dalam, tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan atau sugesti. Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh
berespon pada ansietas yang merangsang pikiran dan kejadian dengan
ketegangan otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan sehingga mendapatkan perasaan relaks. Menurut
Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Teknik
relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks.

Data WHO (2010) menunjukkan sekitar 5% wanita tidak hamil mengalami


kecemasan, 8-10% selama kehamilan, dan meningkat menjadi 12% ketika
menjelang persalinan. Studi lain mengungkapkan bahwa terdapat 67% ibu
hamil menyatakan agak cemas menjelang persalinannya 12% sangat
cemas dan sisanya 23% menyatakan tidak cemas.

Di Indonesia pada tahun 2015 prevalensi risiko kejadian depresi atau


kecemasan dalam menghadapi persalinan pervaginam sebesar 10-25% yang
banyak terjadi pada wanita umur 20-44 tahun. Kejadian depresi atau
kecemasan mempersulit proses persalinan sekitar 10-15%, sedangkan
kecemasan yang terjadi pada pasien operasi seksio sesarea sekitar 15-25%. Di
3

Indonesia terdapat 373.000.000 orang ibu hamil yang mengalami kcemasan


dalam menghadapi persalinan ada sebanyak 107.000.000 (Depkes RI, 2015).

Menurut Lestari, K. P & Yuswiyanti, A. (2015) kecemasan pada kehamilan


3,84 kali berpeluang mengakibatkan depresi postpartum. Kecemasan dan
depresi antenatal selama kehamilan merupakan faktor risiko yang sangat kuat
terjadinya gangguan kejiwaan atau depresi pada masa postpartum. Dariyo
dalam Wulandari (2006) menyatakan bahwa kecemasan yang terjadi terus
menerus dapat menyebabkan saraf simpatis memacu kerja pernapasan paru-
paru guna mengalirkan oksigen ke jantung sehingga jantung dengan kuat
memompa darah guna dialirkan ke seluruh tubuh, termasuk yang dialirkan ke
dalam janin melalui plasenta dalam rahim ibu. Meningkatnya tekanan darah
yang masuk ke dalam rahim tersebut berarti menekan janin dengan kuat dan
akibatnya janin mengalami goncangan yang ekstrim yang dapat menyebabkan
keguguran (abortus).

Uraian di atas juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan
Yuswiyanti (2015) yang menunjukkan tingkat kecemasan sebelum dilakukan
perlakuan tindakan teknik relaksasi otot progresif pada pasien preoperasi di
ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. R Soeprapto Cepu Jawa Tengah, yang
mengalami cemas sedang sebanyak 10 orag (40%), cemas berat sebanyak 15
orang (60%). Sedangkan sesudah mendapat perlakuan intervensi relaksasi otot
progresif yang mengalami cemas ringan sebanyak 12 orang (48%), cemas
sedang sebanyak 11 orang (44%), dan yang mengalami cemas berat sebanyak
2 orang (8%).

Dari hasil analisa peneliti masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S
adalah ansietas berhubungan dengan krisis situasi (proses persalinan),
intervensi unggulan yang diberikan yaitu dengan melakukan penerapan
relaksasi otot progresif untuk mengurangi kesemasan.
4

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Menggambarkan laporan hasil kegiatan praktek klinik
keperawatan maternitas untuk mengatasi kecemasan pada
ibu hamil oleh mahasiswi Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Menggambarkan hasil pengkajian pada ibu hamil
intarnatal dengan kecemasan.
1.2.2.2. Menggambarkan perencanaan keperawatan
maternitas pada ibu hamil intrantal dengan
kecemasan.
1.2.2.3. Menggambarkan penerapan intervensi relaksasi
otot progresif sebagai upaya mengatasi kecemasan
pada ibu hamil intranatal.
1.2.2.4. Menggambarkan pelaksanaan evaluasi intervensi
relaksasi otot progresif pada ibu hamil intranatal
dengan kecemasan.
1.2.2.5. Menggambarkan pelaksanaan rencana tindak
lanjut asuhan keperawatan pada ibu hamil
intranatal dengan kecemasan.

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat bagi klien
1.3.1.1. Meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi kecemasan
saat persalinan.
1.3.2. Manfaat bagi perawat
1.3.2.1. Meningkatkan wawasan pelaksanaan asuhan keperawatan
maternitas yang diberikan kepada ibu hamil intranatal dengan
kecemasan.
1.3.2.2. Memberikan konstribusi terhadap pengembangan
5

profesionalisme perawat dalam asuhan keperawatan


maternitas.

1.3.3. Manfaat bagi instansi kesehatan


1.3.3.1. Menjadi intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan
maternitas kepada ibu hamil intranatal dengan kecemasan.
1.3.3.2. Memberikan evidence base dalam praktik asuhan
keperawatan maternitas kepada ibu hamil intranatal dengan
kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai