Anda di halaman 1dari 3

Pengurus HIPMI Gantung Diri

CIPUTAT, BP–Wakil Bendahara


Umum (Wabendum) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Sudiro Andi Wiguno (35)
ditemukan tewas dengan leher terjerat selendang coklat bermotif batik, di kusen jendela kamar
rumahnya, Rabu (23/1). Belum diketahui motif aksi nekat Presiden Direktur PT Dayaindo
Resourches Internasional Tbk. Namun pengusaha batubara itu diduga stress, akibat kasus hukum
yang membelit perusahaannya tersebut.

Kematian saudagar muda yang tengah terlilit hutang tersebut menggegeran banyak pihak. Jasad
Sudiro, pertama kali ditemukan Supolo, kakak sepupu, yang juga pekerja di rumahnya, di
Komplek Menteng Residence Blok FC 8/1, Kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangsel,
sekitar pukul 05.15 WIB. “Korban ditemukan oleh Supolo saat akan diajak sholat Subuh,” kata
Kompol Alip, Kapolsek Ciputat, Kamis (24/1).

Menurut Alip, saat ini polisi sudah memeriksa dua saksi yang menemukan pertama kali tewasnya
Wabendum HIPMI Sudiro Andi Wiguno. “Dua saksi sudah dimintai keterangan terkait
penemuan mayat Sudiro yang tewas tergantung di kusen jendela rumahnya. Keduanya adalah
Supolo, kakak sepupu dan seorang satpam,” jelas Alip.

Alip menjelaskan, berdasarkan hasil otopsi pihak Rumah Sakit Fatmawati, sementara dinyatakan
bahwa korban murni gantung diri. Terlebih dari pemeriksaan yang dilakukan kepolisian secara
fisik, juga tidak tak ditemukan tanda kekerasan di tubuh Sudiro. “Almarhum dimakamkan di
Tanah Kusir,” jelasnya.

Sehari-hari, Sudiro diketahui tinggal bersama istri, anak dan kakak sepupunya di rumahnya.
Hanya saja, baik Sudiro, istri dan anaknya tidur di kamar terpisah. “Sejauh ini belum ada
kecurigaan lain. Sebab polisi tidak menemukan tanda kekerasan. Dan dari pemeriksaan saksi-
saksi juga masih belum ada tanda kecurigaan lain,” imbuhnya.

Supolo sendiri menyatakan, dirinya menemukan Sudiro saat akan mengajaknya shalat Subuh
berjamaah. “Bisanya setiap subuh Sudiro sudah bangun dan mengajak kami sholat berjamaah.
Tapi, hari itu tidak ada ajakan. Akhirnya saya putuskan untuk membangunkannya. Saat itulah
saya lihat tubuh Sudiro sudah duduk dikusen jendela dengan leher tergantung,” tuturnya.
Masih kata Supolo, saat ditemukan, Sudiro mengenakan sarung berwarna merah kotak-kotak dan
kaos dalam warna putih. “Kami juga sanga kaget. Sebab, tidak ada tanda-tanda mencurigkan dari
Sudiro. Dia hanya pulang lebih cepat dari biasanya saat itu ke rumah. Selain itu tidak ada
masalah lain,” tandasnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Polisi Rikwanto mengatakan penyidik masih bekerja
mencari motif di balik aksi bunuh diri pria asal Blora tersebut. “Korban dibawa ke Rumah Sakit
Fatmawati dan sudah diotopsi. Motif gantung diri masih kami dalami,” jelas Rikwanto, Kamis
(24/1).

Rikwanto menambahkan sekalipun ada dugaan almarhum gantung diri karena stres akibat kasus
hukum yang membelit perusahaan yang dipimpinnya, pihaknya masih menyelidiki motifnya.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat HIPMI Raja Okto Saptahari mengatakan,
mengaku sangat kaget atas tewasnya Wabendum HIPMI tersebut. Sebab, selama ini Sudiro tidak
menunjukkan tanda-tanda kegalauan atau mencurigakan. “Bahkan dia masih berencana main
golf bersama saya pada Rabu (23/1). Tapi bukan pergi main, dia malah pergi selamanya,” ucap
Okto sedih.

Sementara itu, Salbini (31), salah satu mantan karyawan PT Dayaindo Resources International
Tbk yang ikut selama 3 tahun bersama Sudiro di Graha Mandiri Jalan Imam Bonjol No 16 Lantai
17 dan 27, Menteng, Jakarta Pusat mengatakan, selama mengenal almarhum, Sudiro dikenal
sangat tabah dan pantang menyerah. “Saya ke pemakamanya dan tidak menyangka orang
tanggguh sepertinya berakhir seperti ini,” ucapnya.

Untuk diketahui, PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK) yang sebelumnya bernama
PT Karka Yasa Profilia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di industri berbasis sumber
daya alam, energi yang terbarukan, transportasi, serta infrastruktur.

Selama kurun waktu beberapa tahun terakhir, perseroan mencatatkan beberapa kasus terkait
utang dan pailit di pengadilan niaga. Kasus kontrak perdagangannya dengan perusahaan Rusia
SUEK AG, terpaksa membuat perseroan harus membayar ganti rugi sekira Rp9,6 miliar.

Sedangkan kasus lainnya, perseroan harus berhadapan dengan perusahaan trading dari Swiss,
Bulk Trading SA. Dalam gugatannya, perseroan dianggap wanprestasi atau gagal memenuhi
kewajibannya dalam transaksi perdagangan dengan Bulk Trading SA dan diharuskan membayar
sebesar Rp857 juta dan Rp15 juta.

Selain itu, perseroan juga diharuskan membayar bunga ke Bulk Trading SA sebesar 5,33 persen
per tahun dan kasus yang terbaru adalah menyangkut anak usahanya PT Daya Mandiri Resources
Indonesia (DMRI) mengharuskan perseroan membayar Rp90 miliar.

Meninggalnya Direktur KARK dihubungkan dengan kondisi perusahaannya yang saat ini
dianggap kurang sehat. Namun menurut Ketua Umum Hipmi Raja Sapta Oktohari, sosok
almarhum bukanlah orang yang akan melakukan hal tersebut.(OZC/PANE/DAM)

Anda mungkin juga menyukai