Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SOSIO ANTROPOLOGI
Bd.6.105
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SOSIO ANTROPOLOGI
Dosen Pengampu : Eka Santy, SKM., M.Si
Riska Regia Catur Putri, S.ST., M.K.M

(Materi : Perkembangan Nilai Budaya Terhadap Individu,


Keluarga dan Masyarakat)

Kelompok 8 :
1. Nurdita Maysella
2. Nurita
3. Nyemas Putri Widya Nengsi
4. Pitriani
5. Putri Yani Siswanti

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN
2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Sosio Antropologi yang diampu oleh Eka Santy, SKM., Si dan Riska Regia Catur Putri,
S.ST., M.K.M selaku dosen POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK.

Dengan demikian makalah ini kami buat, tentunya dengan besar harapan dapat
bermanfaat. Namun tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kepentingan proses peningkatan
ilmu pengetahuan kesehatan.

Pontianak , September 2020

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka


A. Konsep Nilai Sistem Nilai dan Oreintasi Nilai........................................................3
1. Konsep Nilai Budaya...............................................................................................3
2. Sistem Nilai..............................................................................................................5
3. Orientasi Nilai..........................................................................................................6

B. Sistem Nilai Dalam Masyarakat..............................................................................8


C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi.........................................................................10
D. Perbedaan Antara Nilai dan Moral..........................................................................11
E. Pandangan Dari Nilai Masyarakat...........................................................................13

BAB III Penutup


A. Kesimpulan..............................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................15

BAB IV Daftar Pustaka.......................................................................................................16


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan mengandung pengertian yang luas, termasuk suatu perasaan bangsa yang
kompleks. Kompleksitas perkembangan budaya termasuk pengetahuan, kepercayaan, senior,
hukum, moral, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang di peroleh dari
anggota masyarakat.
Kebudayaan adalah keseluruh pengetahuan yang dimiliki secara bersama oleh warga
suatu masyarakat. Pengetahuan yang telah salah sebagai benar sehingga fungsional sebagai
baru. Totalnya digunakan secara selektif dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan atau
masalah yang pawai.
Manusia pada dasarnya adalah makluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai
organisme yang terbatas dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan Tuhan. Dalam
kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan naluri
manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut “Gregariousness”
dan oleh karena itu manusia disebut makhluk sisoal
Dengan demikian manusia dikenal sebagai makhluk yang berbudaya karena berfungsi
sebagai pembentuk kebudayaan, sekaligus dapat berperan karena didorong oleh hasrat atau
keinginan yang ada dalam diri manusia. Manusia itu merupakan makhluk yang bergaul,
berinteraksi. Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan
manusia,kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga dan masyarakat. Maka terjadilah
suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang
mengatur kehidupan mereka, dan adanya pandangan berserta norma yang ada
dilingkungannya, misalnya di Indonesia yang menjunjung tinggi perilaku sopan, santun, dan
beretika dalam bersosialisasi dan kebutuhan kehidupan.

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep individu, keluarga dan masyarakat.
2. Untuk mengetahui hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat.
3. Untuk mengetahui pandangan dan nilai masyarakat terhadap individu, keluarga dan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Nilai Sistem Nilai dan Orientasi Nilai


1. Konsep Nilai Budaya
Theodorson dalam Pelly (1994), mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang
abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertinglah
laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theordoson relatif sangat kuat
dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan
manusia itu sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sudah dirumuskan oleh
beberapa ahli seperti :
 Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat (1987;85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi
yang hidup dalam alam fikiran sebagian masyarakat mengenai hal-hal yang mereka
anggap amat mulia.
 Clyde Kluckhohn Dlam Pelly
Clyde Kluckhohn Dlam Pelly (1994) mengidentifikasikan nilai budaya sebagai
konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan
dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang
hal-hal diingini dan tidak diingini yang mungkin bertahan dengan hubungan orang
dengan lingkungan dan sesama manusia.
 Sumaatmadja dalam Marpaung
Sumaatmadja dalam Marpaung (2000) mengatakan bahwa pada perkembangan,
pengembangan, penerapan, budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai-nilai yang
melekat dimasyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan.

Selanjutnya bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap
individu dalam melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman
kepada nilai-nilai atau sistem nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang
dijadikan pedoman/petunjuk didalam tingkah laku baik secara individual, kelompok, maupun
masyarakat.
2. Sistem Nilai
Tylor dalam Imran Manan (1989,19) mengemukakan moral termasuk bagian dan
kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk, benar dan salah yang kesemuanya dalam
konsep yang lebih besar termasuk kedalam “nilai”. Hal ini dilihat dari aspek penyampaian
pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian, pengetahuan,
keterampian, dan nilai-nilai.
Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman
tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks
pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk
menyampaikan sistem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat
yang bersangkutan.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dan konsep-konsep abstrak yang hidup
dalam masyarakat, mengenal apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai
apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi
pedoman dan pedorong dalam kehidupan manusia dalam hidup.
Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai-nilai yang mencakup pilihan nilai
yang dominan mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam memecahkan
masalah pokok kehidupan.

5
3. Orientasi Nilai Budaya
Kluchkhon dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan
sebuah konsep berluang lingkup luas yang hidup dengan alam fikiran.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa
yang dientukan. Merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu, sebab,
nilai-nilai tersebut merupakan wujud dari ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula
dikatakan bahwa sisem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah-olah berada diluar dan di atas para individu warga
masyarakat itu.
Ada 5 masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditentukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokook
tersebut adalah
1. Masalah hakekat hidup.
2. Hakekat kerja atau karya manusia.
3. Hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4. Hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar
5. Hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan berbagai
variasi yang berbeda-beda seperti, masalah pertama yaitu mengenal hakekat hidup manusia.
Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama budha misalnya mengaggap hidup
itu buruk dan menyedihkan.
Masalah kedua mengenai masalah kerja atau karya dalam kehidupan. Ada
kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup
(survive) semata.

6
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang
memandang penting masa lampau. Tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha
dalam perjuangannya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam.
Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia.
Masalah yang kelima menyangkut hubungan antarmanusia. Dalam kebudayaan
hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil
keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral)
antara individu, cenderung untuk mementingkan hak asasi.

Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994)
adalah siapa yang herus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical
keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam masyarakat yang
mementingkan kemandirian individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan kepada
masing-masing individu.
2.2 Sistem Nilai Dalam Masyarakat
Didalam kehidupan sisoal berkembang beberapa sistem nilai. Secara garis besar
sistem nilai tersebut dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Sistem nilai yang berhubungan dengan benar dan salah yang disebut dengan logika.
2. Sistem nilai yang berhubungan dengan baik dan buruk atau pantas dan tidak pantas yang
disebut dengan etika.
Jika nilai merupakan asumsi-asumsi yang bersifat abstrak, maka norma merupakan
bentuk kongrit dari sistem nilai yang ada dalam masyarakat.

Norma sosial dapat digolongkan beberapa macam yaitu,


1. Cara (Usage)
Terbentuk melalu proses interaksi yang berlangsung secara konstan sehingga
membentuk sebuah pola perilaku tertentu. Sistem nilai yang terikat dalam bentuk cara
(Usage) ini relatif lemah sehingga sanksi terhadap pelanggaran norma ini hanyalah sebuah
predikat “tidak sopan” saja.
2. Kebiasaan (folkaways)
Perilaku yang terjadi secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama akan
membentuk kebiasaan (Folkaways). Norma ini diakui keberadaanya ditengah-tengah
masyarakat sebagai salah satu standar dalam interaksi soaial.
3. Adat Istiadat (Customs)
Tata perilaku yang telah terpola dalam terintegrasi secara tetap dalam suatu
masyarakat serta mengikat peri kehidupan masyarakat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4. Agama (Religion)
Ajaran-ajaran agama memegang peranan yang sangat vital sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan secara benar, yakni mengajurkan tentang hubungan antara manusia
dengan Tuhan.
5. Hukum (Laws)
Merupakan aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat yang berupa ketentuan
perintah, kewajiban, dan larangan agar tercipta keamanan, ketertiban dan keadilan.
Ada 2 jenis aturan yakni tertulis dan tidak tertulis. Tertulis artinya aturan yang
dikodifikasikan dalam bentuk kitab Undang_Undang. Sedangkan tidak tertulis artinya aturan
yang diyakini keberadaannya secara adat.
6. Mode (Fashion)
Merupakan gaya hidup yang berkembang ditengah-tengah dalam kehidupan
masyarakat dalam waktu tertentu. Pada dasarnya gaya hidup merupakan peampilan tertentu
yang sedang trend dalam berbagai bidang kehidupan.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap
individu mencakup aspek psikologis, sosial budaya dan fisik kebendaan, baik yang terdapat
dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi,
pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap individu
yang tumbuh dan berkembang didalam dirinya.
Perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi melaui identifikasi dengan orang-orang
yang dianggapnya sebagai model. Bagi anak-anak usia 12-16 tahun, gambaran ideal yang
diidentifikasikan adalah orang-orang dewasa yang berwibawa atau simpatik, orang-orang
terkenal, dan hal-hal ideal yang diciptakannya sendiri.
Menurut ahli Psikoanalisis, moral dan nilai menyatu pada konsep superego. Superego
dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari
luar (khususnya dari orang tua).
Hubungan anak dengan orang tua bukanlah satu-satunya sarana pembentukkan moral.
Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat mempunyai pesan penting dalam
pembentukkan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari
mmasyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat sipelanggar (Sarlito,
1992:92).
2.4 Perbedaan Antara Nilai dan Moral
Pembahasa mengenai nilai ini sangat berkaitan dengan pembahasan etika. Kajian
mengenai nilai filsafat sangat bermuatan normatif dan metafisika. Etika merupakan sinonim
dari akhlak. Kata ini berasal dari kata Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan.
Sedangkan kebiasaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Dan etika dapat diartikan ilmu yang menyelidiki sikap mana yang baik dan mana yang buruk
(tingkah laku manusia).
Tujuan etika dalam pandangan filsafat adalah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk
sejauh yang dapat diketahui oleh akar pikiran manusia. Persamaan antara kebiasaan dan etika
ialah suatu hal yang dikaji yaitu baik dan buruknya perilaku manusia.
Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal
sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya. Kedua, dilihat dari segi
sumbernya. Ketiga ,dilihat dari segi fungsinya. Keempat, dilihat dari segi sifatnya. Dari ciri-
ciri ini dapat disimpulkan bahwa etika adalah cara baik dan buruknya suatu perilaku manusia.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh pikiran
manusia.
Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan mana yang tidak wajar. Perbedaan antara etika dan moral
adalah, etika lebih banyak teori sedangkan moral lebih banyak praktis. Menurut pandangan
ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum),
sedangkan moral secara lokal.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai
manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia
dinilai dari baik buruknya perbuatannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai
tolak ukur untuk menetapkan betul salah nya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya
sebagai manusia.
Oleh karena itu, antara nilai dan moral sebenarnya tidak begitu jauh dalam pengertian
dan maknanya, akan tetapi ada sedikit perbedaan diantaranya ; nilai lebih berorientasi pada
hasil yang didapat dari sebuah jenjang pendidikan, sedangkan moral adalah merupakan
penerapan nilai yang didapat dibangku sekolah atau pendidikan yang diukur oleh masyarakat
dengan memakai ukuran baik atau buruknya kelakuan seseorang dalam hidup bermasyarakat
2.5 Pandangan Dari Nilai Masyarakat Terhadap Individu Keluarga dan Masyarakat
Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai-nilai yang mencakup pilihan nilai
yang dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam
memecahkan 6 masalah pokok kehidupan sebagai berikut:
Masalah pertama, yang dihadapi manusia dalam bermasyarakat adalah bagaimana
mereka memandang sesamanya, bagaimana mereka harus bekerja bersama dan bergaul
dalam suatu kesatuan sosial. Hubungan antara manusia dalam suatu masyarakat tersebut
dapat mempunyai beberapa orientasi nilai pokok, yaitu yang bersifat linealism, collateralism,
dan individualism. Inti persoalannya adalah siapa yang harus mengambil keputusan.
 Masyarakat dengan orientasi nilai yang lineal orang akan berorientasi kepada seseorang
untuk membuatkan keputusan bagi semua anggota kelompok.
 Masyarakat dengan orientasi nilai yang collateral, orientasi nilai akan berpusat pada
kelompok.
 Masyarakat dengan orientasi individualism, semua keputusan dibuat oleh individu-
individu.
Masalah kedua, setiap manusia berhadapan dengan waktu. Setiap kebudayaan
menetukan dimensi-dimensi waktu yang dominan yang menjadi ciri khas kebudayaan
tersebut. Secara teoris ada tiga dimensi waktu yang dominan yang mejadi orientasi nilai
kebudayaan suatu masyarakat, yaitu yang berorientasi kemasa lalu, masa sekarang, dan masa
depan.
Masalah ketiga setiap manusia berhubungan dengan alam. Hubungan dapat
berbentuk apakah alam menguasai manusia, atau hidup selaras dengan alam, atau manusia
harus menguasai alam.
Masalah keempat, masalah yang mendasar yang dihadapi manusia adalah masalah
kerja. Apakah orang berorientasi nilai kerja sebagai suatu untuk hidup saja, ataukah kerja
untuk mencari kedudukan, ataukah kerja untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak.
Masalah kelima, masalah kepemilikan kebudayaan. Alternatif pemilikan kebudayaan
yang tersedia adalah suatu kontinum antara pemilikan keudayaan yang berorientasi pada
materialism atau yang berorientasi pada spiritualisme.
Masalah keenam, apakah hakekat hidup manusia. Orientasi nilai yang tersedia adalah
pandangan-pandangan bahwa hidup itu sesuatu yang baik, sesuatu yang buruk, atau sesuatu
yang buruk tetapi dapat di sempurnakan.
Ahli lain menganalisa nilai inti/pola orientasi nilai suatu masyarakat adalah Talcots
Parson. Dia telah memperkembangkan suatu taksonomi nilai dasar yang dinamakannya
“pattern variablesh” yang menentukan makna situasi-situasi tertentu dan cara memecahkan
dilema pengambilan keputusan. Lima patten tersebut adalah:
1. Dasar-dasar pemilihan objek terhadap mana sebuah sebuah orientasi berlaku.
2. Kepatutan atau ketidak patutan pemuasan kebutuhan melalui tindakan ekspresif dalam
konteks tertentu.
3. Ruang lingkup perhatian dan kewajiban terhadap sebuah objek yaitu apakah perhatian
harus jelas dan tegas untuk sesuatu.
4. Tipe norma yang menguasai orientasi terhadap suatu objek yaitu apakah norma yang
berlaku bersifat universal (Universalm) atau norma bersifat khusus (particularism).
5. Relevan atau tidak relevan kewajiban-kewajiban kolektif dalam konteks tertentu.
Sebelum sesuatu itu ada harus ada landasan etis untuk menilai baik dan buruknya
sikap perilku manusia. Jika tidak ada landasan maka akan sulit bagi kita untuk mengatakan
perbuatan itu baik atau buruknya. Dalam masyarakat setiap tindakan akan mengacu kedalam
perundang-undangan yang telah disepakati bersama dalam sebuah majelis musyawarah yang
diperjuangkan wakil-wakilnya dalam sebuah parlemen, sehingga menghasilkan sebuah tata
hukum positif untuk menilai dan menindak sesuatu boleh atau tidak boleh.
Jadi kesimpulannya adalah setiap perbuatan itu bisa dikatakan baik dan buruk jika
perbuatan itu dilandasi nilai etis terhadap sesuatu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan
petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual. Kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut dan tidak patut.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup
dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga menjadi
pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya
terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam
bentuk abstrak tercermin dalam cara terpikir dan dalam bentuk kongkrit terlihat dalam bentuk
pola perilaku anggota-anggota masyarakat.

B. Saran
Sebagai manusia yang hidup di lingkungan masyarakat sosial, sangat ditekankan
untuk beretika/benilai baik dari ucapan, dan bermoral dalam tindakan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://asrikoe.wordpress.com/2011/12/22/nilai-dan-norma-dalam-kehidupan-
masyarakat/www.google.com
/20 feb 2018 23:13

Anda mungkin juga menyukai