Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep gaya hidup

Gayahidup adalah hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial,


budaya, dan keadaan. Beberapa masukan yang merupakan variabel utama
dalam penelitian adalah: pendapatan, pendidikan, tempat pemukiman
pertanian, perkotaan, dan sebagainya. Masukan lainnya adalah struktur
keluarga, jumlah anggota rumah tangga, umur, jarak antar anak, jenis
kelamin, pembagian kerja anggota rumah tangga dan pengambilan keputusan
dalam rumah tangga3.

Gaya hidup merupakan salah satu aspek yang dapat menyebabkan


peningkatan terjadinya penyakit kardiovaskuler terutama penyakit jantung
koroner. Gaya hidup tersebut antara lain kebiasaan berolahraga atau aktif
bergerak secara fisik dan kebiasaan merokok. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dr. Lakka di India memperlihatkan bahwa seseorang yang berolahraga
dengan rata-rata intensitas sedang memiliki risiko separuh lebih rendah
terkena penyakit jantung koroner daripada mereka yang tidak pernah atau
jarang berolahraga secara teratur.

Gaya hidup lainnya yang termasuk dalam faktor risiko penyakit jantung
yaitu kebiasaan menghisap rokok. Rokok memiliki kandungan kimia yang
berbahaya bagi jantung. Bahan-bahan kimia tersebut yaitu nikotin dan CO
(karbon monoksida) yang dapat mengganggu kinerja jantung seperti merusak
lapisan dalam pemburuh darah, memekatkan darah sehingga mudah
menggumpal, mengganggu irama jantung dan mengakibatkan kekurangan
oksigen4.

Gaya hidup, sebagai cara hidup diidentifikasikan oleh bagaimana orang


menghabiskan waktu mereka (aktifitas) apa yang mereka anggap penting

7
8

dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang


diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat)5.

Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang di


identifikasikan oleh bagaimana orang lain menghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungan (ketertarikan),
dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia
disekitarnya (pendapat). Gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah
karakteristik seseorang secara kasat mata, yang menandai sisitem nilai, serta
sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Gaya hidup merupakan
kombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang
mendukungnya, dalam pelaksananya dilandasi oleh system nilai atau system
kepercayaan tertentu6.

Gaya hidup yaitu yang mempengaruhi perilaku seseorang pada akhirnya


menentukan pola konsumsi seseorang7.

Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh
individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan
barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut8.

Gaya Hidup merupakan pola hidup seseorang di dunia yg iekspresikan


dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Gaya
hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi
di dunia9.
9

10
Berdasarkan pembagian gaya hidup dapat dibagikan menjadi 3 yaitu,
pola makan, aktivitas dan olahraga :

a. Pola Makan
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih
bahan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,
psikologi, budaya, dan sosial11.
Pola makan biasa disebut juga dengan kebiasaan makan, kebiasaan
pangan, atau pola pangan.
Kebiasaan makan atau pola makan adalah suatu perilaku yang
berhubungan dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi
makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan, distribusi
makanan dalam anggota keluarga, preferensi terhadap makanan, dan
cara pemilihan bahan pangan3.
Pola konsumsi makanan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit jantung koroner yaitu mengkonsumsi makanan yang
mengandung jumlah kalori yang berlebih, tinggi lemak, garam, dan
gula serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol maupun kopi10.
Pola makan yang salah. Makanan modern adalah penyumbang
utama terjadinya hipertensi. Makanan yang di awetkan dan garam
dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tunggi dapat meningkatkan
tekanandarah karena mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebihan.
Seseorang yang menkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol atau
lemak jenuh cenderung untuk memiliki risiko yang lebih besar untuk
terkena aterosklerosis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
koroner. Bahan makanan yang tinggi kolesterol antara lain: telur,
jeroan (hati, otak, jantung, usus, dan lain-lain), dan kerangkerangan.
Lemak jenuh biasanya ditemukan pada pangan hewani seperti
dagingdagingan, produk susu, produk olahan daging, dan cooking
fats10.
10

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak


kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan lain-
lain), mentega,margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam).
Sumber lemak lainnya yaitu kacang-kacangan, biji-bijian, krim, susu,
keju, dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau
minyak14.
Menurut WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebesar 15-
30 persen dari kebutuhan energi total. Konsumsi lemak jenuh yang
dianjurkan maksimal 10 persen dari kebutuhan energi total, sedangkan
konsumsi lemak tidak jenuh ganda dianjurkan tiga hingga tujuh persen.
Konsumsi kolesterol yang dianjurkan yaitu ≤ 300 mg sehari.
b. Aktivitas
Aktivitas adalah kegiatan nyata yang dilakukan oleh individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pengertian secara luas tentang
aktivitas dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis yang dikutip oleh
Bimo Walgito. Aktivitas adalah kegiatan yang melibatkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengertian kognitif, afektif, dan
psikomotorik adalah: Aspek kognitif yaitu secara teoritis gagasan atau
proposisi-proposisi yang menyatakan hubungan antara situasi dan
obyek sikap, Afektif yaitu mengenai emosi atau perasaan yang
menyertai gagasan. Psikomotorik (tingkah laku) yaitu mengenai
kecenderungan atau kesiapan (presdisposition or readiness) untuk
bertindak12.
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar13.
c. Kebiasan Olahraga
Olahraga adalah latihan gerak badan untuk menguatkan dan
menyehatkan badan seperti sepak bola, berenang, dan lain-lain.
Olahraga atau aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan fisik yang
dilakukan oleh otot dan sistem penunjangnya14.
11

Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah dan


mempercepat penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau
sebaliknya sehingga tubuh senantiasa bugar.
Dengan Latihan olah raga teratur dapat membantu anda mencegah
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, osteoporosis, depresi
dan mungkin mencegah dari kanker kolon, stroke dan cedera
punggung. Dengan latihan olah raga teratur anda akan merasa lebih
segar, lebih baik dan menjaga berat badan anda tetap dalam kontrol.
Sebaiknya lakukanlah latihan olah raga secara teratur selama 4-6 kali
dalam seminggu dengan durasi tiap latihannya selama 30-60 menit.
Dalam jumlah berapapun olah raga yang anda lakukan sudah lebih
baik dari pada tidak sama sekali.
Olahraga berarti memperkembangkan, memasak, mematangkan,
menyiapkan manusia sedemikian rupa, sehingga dapat melaksanakan
gerakan – gerakan dengan efektif dan efisien”15.
Faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan
oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau
mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut8.
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor
yang berasal dari luar (eksternal)8.
Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan,
kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi dengan penjelasannya
sebagai berikut :
a. Sikap.
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang
dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang
diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung
12

pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,


kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b. Pengalaman dan pengamatan.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam
tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya
dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat
memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat
membentuk pandangan terhadap suatu objek.
c. Kepribadian.
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep
diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas
untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan
image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti
dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam
menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan
frame of reference yang menjadi awal perilaku.
e. Motif.
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa
contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan
prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis.

Menurut (Dra.Sylvia Saraswati 2009) Kebiasaan-kebiasaan buruk


seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut, seperti :
1. Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam
situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal
13

yang paling umum serta membuat orang kurang berolahraga, dan


berusaha mengatasi stres dengan merokok, minum alkohol, atau kopi.
Padahal, semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan
risiko hipertensi.
2. Indera perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan memiliki ambang
batas yang tinggi terhadap rasa asin sehingga sulit untuk dapat
menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam in sulit di
kontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar
makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
3. Pola makan yang salah. Makanan modern adalah penyumbang utama
terjadinya hipertensi. Makanan yang di awetkan dan garam dapur serta
bumbu penyedap dalam jumlah tunggi dapat meningkatkan tekanan
darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.
4. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi
berat. Laki-laki yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya
penyandang jabatan yang menuntut taggung jawab besar tanpa di sertai
wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang
lebih tinggi selama jam kerja di bandingkan rekan mereka yang
jabatannya lebih “longgar” tanggu jawabnya. Stres yang terlalu besar
dapat memicu terjadinya berbagai penyakit,misalnya sakit kepala, sulit
tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan strok.
5. Agen adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau memngaruhi
perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen
adalah : a) faktor nutrisi, dimana nutrisi memegang peranan penting
terhadap timbulnya hipertensi. b) faktor kimia, mengkonsumsi obat-
obatan. c) faktor biologis.
Gaya hidup sehat merupakan salah satu cara untuk mencegah
hipertensi. mengubah pola hidup tetap menjadi faktor yang berperan
besar dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi,
sambil meningkatkan efek anti hipertensi.(Dra.Sylvia Saraswati 2009)
14

Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita :


1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan di anjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
2. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar
kolestrol darah tinggi. Menggunakan pemakain gaeam sampai kurang
dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya
(disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup )
dan mengirangi alkohol
3. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial
tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
4. Berhenti merokok.
Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi
seimbang”, yaitu mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari
“kuantitas” dan “kualitas” yang terdiri dari :
1. Sumber kadbohidrat : biji-bijian
2. Sumber protein hewani : ikan, unggas, daging putih, putih telur, dan
susu rendah/ bebas lemak.
3. Sumber protein nabati : kacang-kacangan, polong-polongan, serta hasil
olahannya.
Pencegahan hipertensi juga bisa dilakukan dengan cara mengatur
pola makan. Fakotor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya
hipertensi melalui beberapa mekanisme. Asterosklorosis merupakan
penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet
seseorang walaupun faktor usia juga berperan karena pada usia lanjurt
pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang.
Pembuluh yang mengalami sklerosis (aterosklorosis), resistensi
dinding pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu
jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat
mencapai seluruh bagian tubuh. Masih menjadi peredebatan kontroversi
tentang aterosklerosis. Namun, dari beberapa kecendrungan menyatakan
bahwa :
15

1. Terjadinya plak (plaque) aterosklerosis merupakan suatu respon dari


cedera pada dinding arteri terhadap kerusakan yangdi bentuk oleh
lapisan epitel.
2. Serat makanan, Mg, dan beberapa mikronutrien, seperti Cr dan Cu
mungkin penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat
aterosklerosis.

B. Konsep penyakit jantung koroner


1. Pengertian penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner.
Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. Aterosklerosis yang terjadi karena
timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara
perlahan-lahan, hal ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada17.
Bila aliran darah ke otot jantung lambat, maka jantung tidak
mendapatkan oksigen dan zat nutrisi yang cukup. Hal ini biasanya
mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina atau nyeri dada. Pada waktu
jantung harus bekerja lebih keras terjadi ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan asupan oksigen, Bila satu atau lebih dari arteri koronaria
mengalami sumbatan total, akibat yang terjadi adalah kerusakan pada otot
jantung 17.
Penyakit jantung koroner adalah kelainan di arteri koroner sehingga
tidak cukup suplai darah yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan
nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal18.
Penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor yang tidak dapat diubah meliputi umur, jenis kelamin, genetik, ras
dan geografis, sedangkan untuk faktor yang dapat diubah yaitu kolesterol,
diabetes melitus, hipertensi, pola makan, merokok, obesitas, kurang
aktivitas, stress dan gaya hidup 18.
16

Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah


arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan
penyumbatan pada pembuluh darah tersebut. Hal itu terjadi karena adanya
atheroma atau atherosclerosis (pengerasan pembuluh darah), sehingga suplai
darah ke otot jantung menjadi berkurang19.
Menurut WHO (2012), Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal
juga sebagai Ischoemic Heart Diseasemerupakan penyakit yang disebabkan
penyumbatan salah satu atau beberapa pembuluh darah yang menyuplay
aliran darah ke otak jantung. Pada umumnya manifestasi kerusakan dan
dampak akut sekaligus fatal dari PJK di sebabkan gangguan pada fungsi
jantung.
American heart association (AHA,2012), mendefinisikan penyakit
jantung koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri
jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada
arteri koroner ini disebut dengan aterosklerosis. PJK adalah istilah umum
untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan
jantung.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi
jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan
karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Penyakit jantung
koroner secara klinis ditandai dengan adanya nyeri dada atau dada terasa
tertekan pada saat berjalan buru-buru, berjalan datar atau berjalan jauh, dan
saat mendaki atau bekerja2.

2. Etiologi penyakit jantung koroner :


Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
17

sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan


kematian20.
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak
kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan
menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh
arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi
berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai
pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.
Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan
aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses
pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut
dinamakan arteriosklerosis20.
Pria mempunyai risiko 2-3 kali daripada wanita. Pada pria insidensi
tertinggi kasus PJK pada usia 50 – 60 tahun, sedangkan pada wanita pada
usia 60 – 70 tahun. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak
dinding (endotel) pembuluh darah sehingga dapat terbentuk timbunan
lemak yang akhirnya terjadi penyumbatan pembuluh darah. Pada laki-laki
usia pertengahan (45-65 tahun) dengan kadar profil lipid yang tinggi
(kolesterol total : >240 mg/dl, trigliserida: >200 mg/dl, kolesterol HDL:
<40 mg/dl, kolesterol LDL : >160 mg/dl) risiko terjadinya PJK akan
meningkat21.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner) yang
merupakan penyebab PJK. Diabetes melitus dapat meningkatkan risiko
gangguan terhadap banyak sistem sirkulasi termasuk CHD (Coronary
Heart Disease21.
18

3. Patofisiologi :
Menurut WHO (2011) Perkembangan PJK di mulai dari
penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah dan dapat
mulai terjadi saat seseorang masih muda. Penyumbatan pembuluh darah
pada awalnya di sebabkan kadar kolestrol LDL (low-density lipoprotein )
darah berlebih dan menumpuk pada dinding arteri. Kondisi ini berlanjut
hingga bertahun-tahun dan menyebabkan plak yang menyumbat arteri
sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah
sehingga timbul gejala PJK dalam waktu yang cukup lama.
Menurut (WHO,2011). Patofisiologi PJK pada umumnya di
sebabkan penumpukan lemak atau LDL di pembuluh darah. Tetapi kondisi
ini di picu dari beberapa gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
aktivitas fisik,merokok, pola makan yang tidak sehat dan obesitas.
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan PJK dan merupakan faktor resiko yang
dapat di modifikasi. Oleh karena itu, kecukupan aktivitas fisik dapat
menurunkan risiko PJK.
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri
besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit,
neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima
(lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot
polos).Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan
arteri-arteri sereberal22.

4. Penyebab jantung koroner :


Penyebab jantung koroner ada 2 hal yaitu proses atherosclerosis dan
proses trombosis.
a. Proses atherosclerosis
Terbentuknya plak di dalam arteri pembuluh darah jantung. Plak
terdiri atas kolesterol yang berlebihan, kalsium dan bahan lain di
19

dalam pembuluh darah yang lama kelamaan menumpuk di dalam


dinding pembuluh darah jantung (arteri koronaria).
b. Proses trombosis
Timbunan lemak dalam pembuluh darah bukan hanya berisi lemak,
namun juga jaringan bekas luka akibat adanya kolesterol. Ini akan
membentuk fibrous cap (tutup fibrosa) diatas timbunan yang lebih
keras daripada dinding pembuluh darah itu sendiri. Bila ada tekanan
dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah Akibatnya,
timbul bekuan darah yang lebih besar yang bisa menyumbat pembuluh
darah sehingga darah tidak bisa mencapai otot jantung dan
mengakibatkan kematian pada sebagian otot jantung19.
Hubungan hipertensi dengan terjadinya PJK( jurnalAnalisis Faktor
Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner):Tekanan darah yang
tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh
darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami
pengerasan yang disebabkan oleh endapan lemak pada dinding,
sehingga menyempitkan lumen yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang akan membuat aliran darah menjadi terhalang. Jika
pembuluh arteri koroner terkena maka menyebabkan terjadinya
penyakit jantung koroner.
Faktor resiko penyakit jantung koroner:Peningkatan kolesterol,
Rokok, Obesitas, Diabetes melitus, Hipertensi siskemik, Jenis kelamin
laki-laki, Riwayat keluarga, Kebiasaan, Aktivitas fisikdan Gangguan
pembekuan23.

5. Tanda dan gejala PJK


22
Gejala PJK yang biasanya timbul adalah:
1. Dada terasa sakit, terasa tertimpa beban, terjepit, diperas, terbakar dan
tercekik. Nyeri terasa di bagian tengah dada, menjalar ke lengan kiri,
leher, bahkan menembus ke punggung. Nyeri dada merupakan
keluhan yang paling sering dirasakan oleh penderita PJK.
20

2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Jantung berdebar-debar
5. Cemas
6. Gelisah
7. Pusing kepala yang berkepanjangan
8. Sekujur tubuhnya terasa terbakar tanpa sebab yang jelas
9. Keringat dingin
10. Lemah
11. Pingsan
12. Bertambah berat dengan aktivitas

Menurut (UPT-Balai Informasi Teknologi lipi, 2009).Tapi


kebanyakan orang yang menderita PJK tidak mengalami beberapa gejala
di atas, tiba-tiba saja jantung bermasalah dan dalam kondisi yang kronis.

1) Faktor-faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner


24
Faktor-faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner :
Faktor utama
a. Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab
terjadinya PJK. Penelitian di berbagai tempat di Indonesia (1978)
prevalensi Hipertensi untuk Indonesia berkisar 615%, sedang di
negara maju mis : Amerika 15-20%. Lebih kurang 60% penderita
Hipertensi tidak terdeteksi, 20% dapat diketahui tetapi tidak diobati
atau tidak terkontrol dengan baik.
Penyebab kematian akibat Hipertensi di Amerika adalah
Kegagalan jantung 45%, Miokard Infark 35% cerebrovaskuler
accident 15% dan gagal ginjal 5%. Komplikasi yang terjadi pada
hipertensi esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri dan
arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak
diobati. Mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti
21

dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika


intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah.
Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai miokardium,
arteri dan arterial sistemik, arteri koroner dan serebral serta
pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung Hipertensi
yang paling sering adalah Kegagalan Ventrikel Kiri, PJK seperti
angina Pektoris dan Miokard Infark. Dari penelitian 50% penderita
miokard infark menderita Hipertensi dan 75% kegagalan Ventrikel
kiri akibat Hipertensi.

Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena :

a. Meningkatnya tekanan darah


Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat
untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau
pembesaran ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung
dari berat dan lamanya hipertensi.
b. Mempercepat timbulnya arterosklerosi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk
terjadinya PJK. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan
trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor
koroner) Hal ini menyebabkan angina pektoris, Insufisiensi
koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita
hipertensi dibanding orang normal.
Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang
lebih besar. Kejadian PJK pada hipertensi sering dan secara
langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik.
Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia
22

45-75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor


pencetus terjadinya angina pectoris dan miokard infark. Juga pada
penelitian tersebut didapatkan penderita hipertensi yang mengalami
miokard infark mortalitasnya 3x lebih besar dari pada penderita
yang normotensi dengan miokard infark.
Adapun Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII (Joint
National Committee VII) :
a) Normal :
1. Sistol : <120 mmHg
2. Diastol : <80 mmHg
b) Pre-hipertensi :
1. Sistol : 120-139 mmHg
2. Diastol : 80-90
a) Hipertensi stage I :
1. Sistol : 140-159 mmHG
2. Diastol : 90-99
b) Hipertensi stage II :
1. Sistol : ≥160 mmHg
2. Diastol : ≤ 100 mmHg

b. Hiperkolesterolimia
Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup
panting karena termasuk faktor resiko utama PJK di samping
Hipertensi dan merokok. Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh
susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah
disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin,
obesitas, stress, alkohol, exercise. Beberapa parameter yang
dipakai untuk mengetahui adanya resiko PJK dan hubungannya
dengan kadar kolesterol darah:
23

a) Kolesterol total
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl,
bila > 200 mg/dl berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat .
b) LDL kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis
kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) :
karena kadar LDL yang meninggi akan rnenyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat
sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada
kolesterol total.
c) HDL kolestrol
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan
jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good
cholesterol) : karena mengangkut kolesterol dari pembuluh
darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah
penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya
proses arterosklerosis.
d) Rasio kolesterol total : HDL kolesterol
Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada
laki-laki dan 4.0 pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol
total : HDL kolesterol makin meningkat resiko PJK.
e) Kadar trigleserida
Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu
Lemak jenuh, Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda.
Kadar triglisarid yang tinggi merupakan faktor resiko untuk
terjadinya PJK.
c. Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu
faktor resiko utama PJK disamping hipertensi dan
hiperkolesterolami. orang yang merokok > 20 batang perhari dapat
24

mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko


lainnya.
Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak
akibat PJK pada lakilaki perokok 10X lebih besar dari pada bukan
perokok dan pada perempuan perokok 4.5X lebih dari pada bukan
perokok. Efek rokok adalah Menyebabkan beban miokard
bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya
komsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat
menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb
menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL
kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas . Makin banyak
jumlah rokok yang dihidap, kadar HDL kolesterol makin menurun.
Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya
lebih besar dibandingkan laki – laki perokok. Merokok juga dapat
meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan
hipertensi, sehingga orang yanng merokok cenderung lebih mudah
terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok.
Apabila berhenti merokok penurunan resiko PJK akan
berkurang 50 % pada akhir tahun pertama setelah berhenti
merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti
merokok 10 tahun.

2) Faktor resiko lainnya


a. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan
kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada
laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya
umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai
meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat
sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause ( 45-0
25

tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama.
Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi
lebih tinggi dari pada laki-laki.
b. Jenis kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun
didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini
berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar
dari perempuan.
c. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat
menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis,
sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat perbedaan ras perbedaan
antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk Negro)
didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.
d. Diet
Beberapa petunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
1. Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar
lemak jenuh tinggi.
2. Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak
tak jenuh.
3. Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
4. Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung
dan Berserat.
5. Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan
diturunkan padta obesitas dan memperbanyak exercise.
e. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada
lakilaki dan > 21 % pada perempuan . Obesitas sering didapatkan
bersama-sama dengan hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi.
Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL
kolesterol . Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai
26

melebihi 20 % dari BB ideal. penderita yang gemuk dengan kadar


kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan
mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah exercise.
f. Diabetes
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui
sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian
menunjukkan laki-laki yang menderita DM resiko PJK 50 % lebih
tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuaan
resikonya menjadi 2x lipat.
g. Keturunan
Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor
genetik.

6. Manifestasi klinis PJK


20
Manifestasi klinis PJK :
a. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
b. Sesak nafas (Dispnea)
c. Keanehan pada iram denyut jantung
d. Pusing
e. Rasa lelah berkepanjangan
f. Sakit perut, mual dan muntah

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis


yang berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu
melakukan pemeriksaan yang seksama. Denganmemperhatikan
klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung
dapat membedakan subset klinis PJK.
27

7. Klasifikasi penyakit jantung koroner


25
Klasifikasi PJK :
a. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa
nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium
melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat bersifat asimtomatis
(Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada pasien diabetes.8
Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Miokard
transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina
Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki
±50 tahun dan wanita 60 tahun.
b. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar
disebabkan oleh disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade
proses patologis yang menurunkan aliran darah koroner, ditandai
dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri, Angina
timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa
terbukti adanya nekrosis Miokard.
1. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya
berlangsung> 10 menit.
2. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya)
3. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat,
berkepanjangan, atau sering dari sebelumnya).
c. Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran
darah ke otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa
penyakit arteri koroner yang signifikan, Namun dua pertiga
dari orang dengan Angina Varian mempunyai penyakit parah
dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada
tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir
28

selalu terjadi bila seorang beristirahat -sewaktu tidur. Anda


mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda
mempunyai : penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok,
atau menggunakan obat perangsang atau obat terlarang (seperti
kokain). Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk
jangka waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi.
d. infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri
koronaria yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria
karena trombus atau spasme hebat yang berlangsung lama. Infark
Miokard terbagi 2 :
1. Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI)
2. ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)

8. Komplikasi penyakit jantung koroner


26
Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK adalah:
a. Disfungsi ventricular
b. Aritmia pasca STEMI
c. Gangguan hemodinamik
d. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST
Tanpa Elevasi ST Infark miokard Angina tak stabil.
e. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
f. Syok kardiogenik
g. Gagal jantung kongestif
h. Perikarditis
i. Kematian mendadak
29

C. Penelitian terkait
Berdasarkan hasil penelitian dari 128 sampel, Sebagian besar
pasien menderita hipertensi yaitu sebanyak 89 pasien (69,50%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,002 ( p < 0,05) artinya ada “Hubungan yang
bermakna antara Hipertensi dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di
RSUP Dr Kariadi Semarang”. Penelitian ini sesuai dengan peneliti
sebelumnya Donald Nababan (2008) menghasilkanp = 0,045 dan OR =
2,25. Penelitian yang di jalankan oleh Fazidah A. Siregar et al, (2005)
melalui analisis regresi logistik juga didapatkan ada hubungan antara
penderita hipertensi dengan kejadian PJK dengan tingkat kemaknaan p =
0,0005.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara IMT dengan hipertensi (p < 0,05). Salah satu factor risiko hipertensi
yang dapat dikontrol adalah obesitas. Risiko hipertensi pada seseorang
yang mengalami obesitas adalah 2 hingga 6 kali lebih tinggi dibanding
seseorang dengan berat badan normal (Muniroh, Wirjatmadi, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 76,9% responden
hipertensi yang memiliki IMT yang menunjukan gizi lebih (obesitas) dan
6,1% yang memiliki IMT yang menunjukan gizi tidak lebih atau normal.
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dengan
hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko
hipertensi juga meningkat27.
Hasil analisis bivariat antara tujuh variabel karakteristik dengan
penyakit jantung menunjukkan hubungan yang bermakna pada semua
variabel (Tabel 4). Hasil analisis bivariat antara penyakit jantung dengan
beberapa faktor risiko penyakit antara dan perilaku di tabel 5 menunjukkan
prevalensi penyakit jantung yang cukup tinggi pada responden yang
menderita DM yaitu 33,9% dibandingkan yang tidak DM (8,8%) dengan
crude odds ratio (OR) prevalen 5,33. Demikian pula prevalensi pada
responden yang menderita hipertensi (13,1% vs 7,3%). Prevalensi
penyakit jantung meningkat dengan meningkatnya status kegemukan.
30

Semakin gemuk semakin tinggi prevalensi penyakit jantung, namun pada


kelompok responden yang kurus, prevalensi penyakit jantung juga
meningkat, hampir sama dengan kelompok obesitas.
31

D. Teori Keperawatan Jaen Waston


Jaen Waston dalam memahami konsep keperawatn terkenal dengan
teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan
waston ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean
Waston ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan
manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biosifikial
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi)
yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan
kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.
Jean Waston memahami bahwa manusia adalah mahluk yang
sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga
dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan
sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan
keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai
keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit
dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit28.
32

E. Kerangka Teoritis

Faktor yang mempengaruhi


gaya hidup
1. Sikap
2. Pengalaman dan pengamatan
3. Kepribadian
4. Konsep diri
5. motiv
Menurut :Nugraheni 2003)

Faktor resiko pjk


1. Hipertensi
2. Hiperkolesterolimia
3. Merokok
Menurut : T.Bahri
Anwar,2004

Gaya hidup

1. Pola makan
2. Aktivitas
3. Olahraga
Menurut :Pattel, 1994

Klasifikasi PJK

1. Angina pektoris stabil/tidak


stabil
2. Angina varia prinzmental
3. Infak miokart akut
Menurut : Putra S,
dkk 2013

Skema 2.1 Kerangka Teori Jean Waston

(Jean waston, dalam azis, 2013)

Anda mungkin juga menyukai