TINJAUAN PUSTAKA
Gaya hidup lainnya yang termasuk dalam faktor risiko penyakit jantung
yaitu kebiasaan menghisap rokok. Rokok memiliki kandungan kimia yang
berbahaya bagi jantung. Bahan-bahan kimia tersebut yaitu nikotin dan CO
(karbon monoksida) yang dapat mengganggu kinerja jantung seperti merusak
lapisan dalam pemburuh darah, memekatkan darah sehingga mudah
menggumpal, mengganggu irama jantung dan mengakibatkan kekurangan
oksigen4.
7
8
Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh
individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan
barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut8.
10
Berdasarkan pembagian gaya hidup dapat dibagikan menjadi 3 yaitu,
pola makan, aktivitas dan olahraga :
a. Pola Makan
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih
bahan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,
psikologi, budaya, dan sosial11.
Pola makan biasa disebut juga dengan kebiasaan makan, kebiasaan
pangan, atau pola pangan.
Kebiasaan makan atau pola makan adalah suatu perilaku yang
berhubungan dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi
makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan, distribusi
makanan dalam anggota keluarga, preferensi terhadap makanan, dan
cara pemilihan bahan pangan3.
Pola konsumsi makanan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit jantung koroner yaitu mengkonsumsi makanan yang
mengandung jumlah kalori yang berlebih, tinggi lemak, garam, dan
gula serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol maupun kopi10.
Pola makan yang salah. Makanan modern adalah penyumbang
utama terjadinya hipertensi. Makanan yang di awetkan dan garam
dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tunggi dapat meningkatkan
tekanandarah karena mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebihan.
Seseorang yang menkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol atau
lemak jenuh cenderung untuk memiliki risiko yang lebih besar untuk
terkena aterosklerosis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
koroner. Bahan makanan yang tinggi kolesterol antara lain: telur,
jeroan (hati, otak, jantung, usus, dan lain-lain), dan kerangkerangan.
Lemak jenuh biasanya ditemukan pada pangan hewani seperti
dagingdagingan, produk susu, produk olahan daging, dan cooking
fats10.
10
3. Patofisiologi :
Menurut WHO (2011) Perkembangan PJK di mulai dari
penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah dan dapat
mulai terjadi saat seseorang masih muda. Penyumbatan pembuluh darah
pada awalnya di sebabkan kadar kolestrol LDL (low-density lipoprotein )
darah berlebih dan menumpuk pada dinding arteri. Kondisi ini berlanjut
hingga bertahun-tahun dan menyebabkan plak yang menyumbat arteri
sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah
sehingga timbul gejala PJK dalam waktu yang cukup lama.
Menurut (WHO,2011). Patofisiologi PJK pada umumnya di
sebabkan penumpukan lemak atau LDL di pembuluh darah. Tetapi kondisi
ini di picu dari beberapa gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
aktivitas fisik,merokok, pola makan yang tidak sehat dan obesitas.
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan PJK dan merupakan faktor resiko yang
dapat di modifikasi. Oleh karena itu, kecukupan aktivitas fisik dapat
menurunkan risiko PJK.
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri
besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit,
neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima
(lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot
polos).Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan
arteri-arteri sereberal22.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Jantung berdebar-debar
5. Cemas
6. Gelisah
7. Pusing kepala yang berkepanjangan
8. Sekujur tubuhnya terasa terbakar tanpa sebab yang jelas
9. Keringat dingin
10. Lemah
11. Pingsan
12. Bertambah berat dengan aktivitas
b. Hiperkolesterolimia
Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup
panting karena termasuk faktor resiko utama PJK di samping
Hipertensi dan merokok. Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh
susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah
disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin,
obesitas, stress, alkohol, exercise. Beberapa parameter yang
dipakai untuk mengetahui adanya resiko PJK dan hubungannya
dengan kadar kolesterol darah:
23
a) Kolesterol total
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl,
bila > 200 mg/dl berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat .
b) LDL kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis
kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) :
karena kadar LDL yang meninggi akan rnenyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat
sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada
kolesterol total.
c) HDL kolestrol
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan
jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good
cholesterol) : karena mengangkut kolesterol dari pembuluh
darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah
penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya
proses arterosklerosis.
d) Rasio kolesterol total : HDL kolesterol
Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada
laki-laki dan 4.0 pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol
total : HDL kolesterol makin meningkat resiko PJK.
e) Kadar trigleserida
Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu
Lemak jenuh, Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda.
Kadar triglisarid yang tinggi merupakan faktor resiko untuk
terjadinya PJK.
c. Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu
faktor resiko utama PJK disamping hipertensi dan
hiperkolesterolami. orang yang merokok > 20 batang perhari dapat
24
tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama.
Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi
lebih tinggi dari pada laki-laki.
b. Jenis kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun
didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini
berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar
dari perempuan.
c. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat
menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis,
sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat perbedaan ras perbedaan
antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk Negro)
didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.
d. Diet
Beberapa petunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
1. Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar
lemak jenuh tinggi.
2. Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak
tak jenuh.
3. Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
4. Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung
dan Berserat.
5. Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan
diturunkan padta obesitas dan memperbanyak exercise.
e. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada
lakilaki dan > 21 % pada perempuan . Obesitas sering didapatkan
bersama-sama dengan hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi.
Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL
kolesterol . Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai
26
C. Penelitian terkait
Berdasarkan hasil penelitian dari 128 sampel, Sebagian besar
pasien menderita hipertensi yaitu sebanyak 89 pasien (69,50%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,002 ( p < 0,05) artinya ada “Hubungan yang
bermakna antara Hipertensi dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di
RSUP Dr Kariadi Semarang”. Penelitian ini sesuai dengan peneliti
sebelumnya Donald Nababan (2008) menghasilkanp = 0,045 dan OR =
2,25. Penelitian yang di jalankan oleh Fazidah A. Siregar et al, (2005)
melalui analisis regresi logistik juga didapatkan ada hubungan antara
penderita hipertensi dengan kejadian PJK dengan tingkat kemaknaan p =
0,0005.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara IMT dengan hipertensi (p < 0,05). Salah satu factor risiko hipertensi
yang dapat dikontrol adalah obesitas. Risiko hipertensi pada seseorang
yang mengalami obesitas adalah 2 hingga 6 kali lebih tinggi dibanding
seseorang dengan berat badan normal (Muniroh, Wirjatmadi, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 76,9% responden
hipertensi yang memiliki IMT yang menunjukan gizi lebih (obesitas) dan
6,1% yang memiliki IMT yang menunjukan gizi tidak lebih atau normal.
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dengan
hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko
hipertensi juga meningkat27.
Hasil analisis bivariat antara tujuh variabel karakteristik dengan
penyakit jantung menunjukkan hubungan yang bermakna pada semua
variabel (Tabel 4). Hasil analisis bivariat antara penyakit jantung dengan
beberapa faktor risiko penyakit antara dan perilaku di tabel 5 menunjukkan
prevalensi penyakit jantung yang cukup tinggi pada responden yang
menderita DM yaitu 33,9% dibandingkan yang tidak DM (8,8%) dengan
crude odds ratio (OR) prevalen 5,33. Demikian pula prevalensi pada
responden yang menderita hipertensi (13,1% vs 7,3%). Prevalensi
penyakit jantung meningkat dengan meningkatnya status kegemukan.
30
E. Kerangka Teoritis
Gaya hidup
1. Pola makan
2. Aktivitas
3. Olahraga
Menurut :Pattel, 1994
Klasifikasi PJK