Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengar, pencium, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.13
2. Pentingnya Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour). Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan .13
Menurut Notoatmodjo .13, sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru
di dalam diri seseorang) terjadi proses berurutan yakni :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tertentu. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut
bagi dirinya
d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini,
dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi,
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah
perilaku sehingga perilaku itu langgeng .13
3. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo13, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahutentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan, dan sebagainya
terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa
harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip- prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle)
di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen - komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat mengambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi - formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yag ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria -
kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007).
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 13, faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi
menjadi 6 faktor, yaitu :
a. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman
pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan
b. Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibandingkan
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk ke dalam
kebutuhan sekunder
c. Lingkungan sosial ekonomi
Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih
banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian
respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang
datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan
e. Paparan media massa atau informasi
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi
dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar
media massa (TV, radio, majalah, dan lain - lain) akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media massa
f. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan
Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan tentunya
akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.
Pengukura pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden .13

B. Konsep Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut
perintah. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut
13
Notoatmodjo kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang
tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan .13
Menurut Kozier 14 kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum obat,
mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan
kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek
anjuran hingga mematuhi rencana.
Menurut Safarino15 mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan (compliance atau
adherence) sebagai: “tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku
yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain”.
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau
pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Definisi seperti itu memiliki sifat yang
manipulative atau otoriter, karena penyelenggara kesehatan atau pendidik dianggap
sebagai tokoh yang berwenang, dan konsumen atau peserta didik dianggap bersikap
patuh. Istilah tersebut belum dapat diterima dengan baik dalam ilmu keperawatan,
karena adanya falsafah yang mengatakan bahwa klien berhak untuk membuat
keputusan perawatan-kesehatannya sendiri dan untuk tidak perlu mengikuti
rangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh profesi perawatan kesehatan.21
16
Pendapat lain dikemukakan oleh Sacket mendefinisikan kepatuhan pasien
sebagai “sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
professional kesehatan”. Pasien mungkin tidak mematuhi tujuan atau mungkin
melupakan begitu saja atau salah mengerti instruksi yang diberikan
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
17
Faktor – factor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Kamidah
diantaranya :
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengar, pencium,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga .13
b. Motivasi
Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk berperilaku.14
c. Dukungan Keluarga
Upaya ini sangat penting dilakukan, karena seorang individu yang tidak
berdiri sendiri, tetapi ia bergabung dalam sebuah ikatan perkawinan dan hidup
dalam sebuah bangunan rumah tangga dimana faktor ini akan ikut mempengaruhi
pola pikir dan perilakunya termasuk dalam memperlakukan .15
3. Lima Tipe Kepatuhan
Menurut Bastable 21, terdapat lima tipe kepatuhan, yaitu:
a. Otoritarian. Suatu kepatuhan tanpa reserve, kepatuhan yang “ikut-ikutan” atau
sering disebut “bebekisme”.
b. Conformist. Kepatuhan tipe ini mempunyai 3 bentuk meliputi (1) conformist
yang directed, yaitu penyesuaian diri terhadap masyarakat atau orang lain, (2)
conformist hedonist, kepatuhan yang berorientasi pada “untung-ruginya” bagi
diri sendiri, dan (3) conformist integral, adalah kepatuhan yang menyesuaikan
kepentingan diri sendiri dengan kepentingan masyarakat.
c. Compulsive deviant. Kepatuhan yang tidak konsisten, atau apa yang sering
disebut “plinplan”.
d. Hedonic psikopatic. Kepatuhan pada kekayaan tanpa memperhitungkan
kepentingan orang lain.
e. Supra moralist. Kepatuhan karena keyakinan yang tinggi terhadap nilai-nilai
moral

C. Konsep Covid 19
1. Pengertian Corona
Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140 nm. 3
melakukan penelitian untuk mengetahui agen penyebab terjadinya wabah di Wuhan
dengan memanfaatkan rangkaian genom 2019-nCoV, yang berhasil diisolasi dari
pasien yang terinfeksi di Wuhan. Rangkaian genom 2019-nCoV kemudian
dibandingkan dengan SARS- CoV dan MERS-CoV. Hasilnya, beberapa rangkaian
genom 2019-nCoV yang diteliti nyaris identik satu sama lain dan 2019-nCoV
berbagi rangkaian genom yang lebih homolog dengan SARS-CoV dibanding dengan
MERS- CoV.
Mekanisme virulensi virus corona berhubungan dengan protein struktural dan
protein non struktural. Virus Corona menyediakan messenger RNA (mRNA) yang
dapat membantu proses translasi dari proses replikasi/transkripsi. Gen yang berperan
dalam proses replikasi/transkripsi ini mencakup 2/3 dari rangkaian RNA 5’-end dan
dua Open Reading Frame (ORF) yang tumpang tindih, yaitu ORF1a dan ORF1b.
Dalam tubuh inang, virus Corona melakukan sintesis poliprotein 1a/1ab
(pp1a/pp1ab). Proses transkripsi pada sintesis pp1a/pp1ab berlangsung melalui
kompleks replikasi-transkripsi di vesikel membran ganda dan juga berlangsung
melalui sintesis rangkaian RNA subgenomik. Terdapat 16 protein non struktural
yang dikode oleh ORF. Bagian 1/3 lainnya dari rangkaian RNA virus, yang tidak
berperan dalam proses replikasi/transkripsi, berperan dalam mengkode 4 protein
struktural, yaitu protein S (spike), protein E (envelope), protein M (membrane), dan
protein N (nucleocapsid) .15
Jalan masuk virus ke dalam sel merupakan hal yang esensial untuk transmisi.
Seluruh virus Corona mengode glikoprotein permukaan, yaitu protein spike (protein
S), yang akan berikatan dengan reseptor inang dan menjadi jalan masuk virus ke
dalam sel. Untuk genus betacoronavirus, terdapat domain receptor binding pada
protein S yang memediasi interaksi antara reseptor pada sel inang dan virus. Setelah
ikatan itu terjadi, protease pada inang akan memecah protein S virus yang
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya fusi peptida spike dan memfasilitasi
masuknya virus ke dalam tubuh inang.16
Mekanisme virulensi virus Corona berhubungan dengan fungsi protein non-
struktural dan protein struktural. Penelitian telah menekankan bahwa protein non-
struktural mampu untuk memblok respon imun innate inang. Protein E pada virus
memiliki peran krusial pada patogenitas virus. Protein E akan memicu pengumpulan
dan pelepasan virus.15
2. Patogenesis
Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring,
kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius. Selanjutnya, virus akan
menyerang organ target yang mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2
(ACE2), seperti paru-paru, jantung, sistem renal dan traktus gastrointestinal .16
Protein S pada SARS-CoV-2 memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam
sel target. Masuknya virus bergantung pada kemampuan virus untuk berikatan
dengan ACE2, yaitu reseptor membran ekstraselular yang diekspresikan pada sel
epitel, dan bergantung pada priming protein S ke protease selular, yaitu TMPRSS2.17
Protein S pada SARS-CoV-2 dan SARS-CoV memiliki struktur tiga dimensi
yang hampir identik pada domain receptor-binding. Protein S pada SARS-CoV
memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 pada manusia. Pada analisis lebih
lanjut, ditemukan bahwa SARS-CoV-2 memiliki pengenalan yang lebih baik
terhadap ACE2 pada manusia dibandingkan dengan SARS-CoV. .3
Periode inkubasi untuk COVID- 19 antara 3-14 hari. Ditandai dengan kadar
leukosit dan limfosit yang masih normal atau sedikit menurun, serta pasien belum
merasakan gejala. Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui aliran darah, terutama
menuju ke organ yang mengekspresikan ACE2 dan pasien mulai merasakan gejala
ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala awal, kondisi pasien mulai memburuk
dengan ditandai oleh timbulnya sesak, menurunnya limfosit, dan perburukan lesi di
paru. Jika fase ini tidak teratasi, dapat terjadi Acute Respiratory Distress
Syndrome(ARSD), sepsis, dan komplikasi lain. Tingkat keparahan klinis
berhubungan dengan usia (di atas 70 tahun), komorbiditas seperti diabetes, penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), hipertensi, dan obesitas .15
Sistem imun innate dapat mendeteksi RNA virus melalui RIG-I- like
receptors, NOD-like receptors, dan Toll-like receptors. Hal ini selanjutnya akan
menstimulasi produksi interferon (IFN), serta memicu munculnya efektor anti viral
seperti sel CD8+, sel Natural Killer (NK), dan makrofag. Infeksi dari
betacoronavirus lain, yaitu SARS-CoV dan MERS-CoV, dicirikan dengan replikasi
virus yang cepat dan produksi IFN yang terlambat, terutama oleh sel dendritik,
makrofag, dan sel epitel respirasi yang selanjutnya diikuti oleh peningkatan kadar
sitokin proinflamasi seiring dengan progress penyakit .17
Infeksi dari virus mampu memproduksi reaksi imun yang berlebihan pada
inang. Pada beberapa kasus, terjadi reaksi yang secara keseluruhan disebut “badai
sitokin”. Badai sitokin merupakan peristiwa reaksi inflamasi berlebihan dimana
terjadi produksi sitokin yang cepat dan dalam jumlah yang banyak sebagai respon
dari suatu infeksi. Dalam kaitannya dengan Covid-19, ditemukan adanya penundaan
sekresi sitokin dan kemokin oleh sel imun innate dikarenakan blokade oleh protein
non-struktural virus. Selanjutnya, hal ini menyebabkan terjadinya lonjakan sitokin
proinflamasi dan kemokin (IL-6, TNF- α, IL-8, MCP-1, IL-1 β, CCL2, CCL5, dan
interferon) melalui aktivasi makrofag dan limfosit. Pelepasan sitokin ini memicu
aktivasi sel imun adaptif seperti sel T, neutrofil, dan sel NK, bersamaan dengan terus
terproduksinya sitokin proinflamasi. Lonjakan sitokin proinflamasi yang cepat ini
memicu terjadinya infiltrasi inflamasi oleh jaringan paru yang menyebabkan
kerusakan paru pada bagian epitel dan endotel. Kerusakan ini dapat berakibat pada
terjadinya ARDS dan kegagalan multi organ yang dapat menyebabkan kematian
dalam waktu singkat .15
3. Manifestasi Klinis
Covid-19 menjadi perhatian penting pada bidang medis, bukan hanya karena
penyebarannya yang cepat dan berpotensi menyebabkan kolaps sistem kesehatan,
tetapi juga karena beragamnya manifestasi klinis pada pasien .18
Spektrum klinis Covid-19 beragam, mulai dari asimptomatik, gejala sangat
ringan, hingga kondisi klinis yang dikarakteristikkan dengan kegagalan respirasi akut
yang mengharuskan penggunaan ventilasi mekanik dan support di Intensive Care
Unit (ICU). Ditemukan beberapa kesamaan manifestasi klinis antara infeksi SARS-
CoV-2 dan infeksi betacoronavirus sebelumnya, yaitu SARS-CoV dan MERS-CoV.
Beberapa kesamaan tersebut diantaranya demam, batuk kering, gambaran opasifikasi
ground-glass pada foto toraks .15
Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid-19, diantaranya yaitu
demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala .17 Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk. .3 gejala klinis yang paling sering terjadi
pada pasien Covid-19 yaitu demam (98%), batuk (76%), dan myalgia atau
kelemahan (44%). Gejala lain yang terdapat pada pasien, namun tidak begitu sering
ditemukan yaitu produksi sputum (28%), sakit kepala 8%, batuk darah 5%, dan diare
3%. Sebanyak 55% dari pasien yang diteliti mengalami dyspnea.
Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga dilaporkan oleh
Kumar dkk. .19 Sakit abdominal merupakan indicator keparahan pasien dengan
infeksi COVID-19. Sebanyak 2,7% pasien mengalami sakit abdominal, 7,8% pasien
mengalami diare, 5,6% pasien mengalami mual dan/atau muntah.
Manifestasi neurologis pada pasien Covid-19 harus senantiasa
dipertimbangkan. Meskipun manifestasi neurologis tersebut merupakan presentasi
awal. Virus Corona dapat masuk pada sel yang mengekspresikan ACE2, yang juga
diekspresikan oleh sel neuron dan sel glial.20 Pada penelitian Vollono dkk20 ,
didapatkan seorang pasien wanita 78 tahun terkonfirmasi Covid-19mengalami focal
status epilepticus sebagai presentasi awal. Pasien memiliki riwayat status epileptikus
pada dua tahun sebelumnya, akan tetapi pasien rutin diterapi dengan asam valproat
dan levetiracetam dan bebas kejang selama lebih dari dua tahun. Tidak ada gejala
saluran pernapasan seperti pneumonia dan pasien tidak membutuhkan terapi oksigen.
Penelitian oleh Farley dan Zuberi (2020) juga menunjukkan manifestasi neurologis
pada pasien terkonfirmasi Covid-19 yaitu status epileptikus pada pasien lelaki usia 8
tahun dengan riwayat ADHD, motor tic, dan riwayat kejang sebelumnya.
CT toraks pada pasien dengan Covid-19 pada umumnya memperlihatkan
opasifikasi ground- glass dengan atau tanpa gabungan abnormalitas. CT toraks
mengalami abnormalitas bilateral, distribusi perifer, dan melibatkan lobus bawah.
Penebalan pleural, efusi pleura, dan limfadenopati merupakan penemuan yang jarang
didapatkan. 15

D. Penelitian Terkait
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ( Devi, Nabila & Atiqoh, 2020) bahwa
menunjukkan distribusi pengetahuan dengan kepatuhan masyarakat untuk menegah
penyakit Covid-19. Responden sebagian besar menyatakan pengetahuan baik dan patuh
sebanyak 36 responden masyarakat. Tabel 3. menggambarkan bahwa pengetahuan
baik dan tidak patuh sebanyak 10 responden masyarakat, sedangkan pengetahuan
responden tidak baik dan patuh sebanyak 10 responden masyarakat. Dan untuk
pengetahuan responden yang tidak baik dan tidak patuh sebanyak 6 responden
masyarakat. sedangkan untuk pengetahuan tidak. Berarti dari hasil yang sudah
didapat dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan
kepatuhan menggunakan masker . Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis bivariat
untuk menguji hubungan pengetahuan dan kepatuhan masyarakat menggunakan masker
dengan uji Chi-Square menggunakan fisher exact yang memberikan nilai p=0,004
(<0,05) dan X2 Hitung = 15,331 > X2 Tabel 3,841. Artinya ada hubungan antara
pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker.
Hasil penelitian yang dilakukan (Ika & Anisa, 2020) menunjukkan pengetahuan
masyarakat Kabupaten Wonosobo tentang Covid 19 berada pada kategori Baik (90%)
dan hanya 10% berada pada kategori cukup. Untuk perilaku masyarakat Kabupaten
Wonosobo terkait Covid 19 menunjukkan perilaku yang baik sebanyak 95,8% dan hanya
4,2% masyarakat berperilaku cukup baik. Terdapat hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku masyarakat tentang Covid 19 dengan p-value 0,047 (<
0,05)seperti yang ditunjukkan pada tabel- 4.Perilaku baik yang dimaksud adalah perilaku
pencegahan covid-19 termasuk perilaku mencuci tangan baik dengan sabun maupun
hand sanitizer, menjaga jarak, melaksanakan himbauan untuk tetap di rumah,
menghindari kerumunan dan physicalandsocialdistancing.
E. Kerangka Teori

Pengetahuan adalah hasil


tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan
Pengetahuan
terjadi melalui panca indera manusia,
yakni: indera penglihatan, pendengar,
pencium, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang


berarti taat, suka menurut perintah. Kepatuhan adalah
tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain
Pengetahuan dan
(Santoso, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003)
Kepatuhan Kepatuhan
kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari
perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku
yang mentaati peraturan (Notoatmodjo,2003)

Virus Corona merupakan virus RNA Protokol Kesehatan


Covid-19 / dengan ukuran partikel 60-140 nm(Meng Covid-19
Corona dkk., 2020; Zhu dkk., 2020)

Sehingga masyarakat patuh dalam menggunakan masker serta mencuci


tangan yang baik dengan menggunakan sabun maupun hand sanitizer,
menjaga jarak, melaksanakan himbauan untuk tetap di rumah,
menghindari kerumunan dan physicalandsocialdistancing

Skema 2.1 Kerangka Teori


F. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dan suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel (baik variabel
yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangkan konsep berisi konsep yang
dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka konsep dan
membantu penelitian menghubungan hasil penemuan dengan teori. (Nursalam, 2011)
Kerangka kerja penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen.
Variabel independen adalah Pengetahuan dan Kepatuhan sedangkan variabel
dependen adalah Protokol Kesehatan Covid-19.

Untuk lebih jelas dapat dilihat skema dibawah ini

Independen Dependen

1. Pengetahuan Protokol Kesehatan


Covid-19
2. Kepatuahan

Skema 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesa Mayor
Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Dan Kepatuhan Masyarakat Terhadap Protokol
Kesehatan Covid-19 Di Desa Jijiem Kabupaten Pidie 2020
Ho : Tidak Ada Hubungan Pengetahuan Dan Kepatuhan Masyarakat Terhadap
Protokol Kesehatan Covid-19 Di Desa Jijiem Kabupaten Pidie 2020
2. Hipotesa Minor
Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan
Covid-19 Di Desa Jijiem Kabupaten Pidie 2020
Ho : Tidak Ada Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Protokol
Kesehatan Covid-19 Di Desa Jijiem Kabupaten Pidie 2020
Ha : Ada Hubungan Kepatuhan Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan Covid-
19 Di Desa Jijiem Kabupaten Pidie 2020
Ho : Tidak Ada Hubungan Kepatuhan Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan
Covid-19 Di Desa Jijiem Kabupaten Pidie 2020

Anda mungkin juga menyukai