Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS

META MARGARETNA
2011040136

PRODI KEPERAWATAN S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS

A. Pengertian

Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai


reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).

Sedangkan menurut Wening Sari (2008) Hepatitis adalah infeksi


sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas.
B. Etiologi

Penyebab hepatitis menurut Wening Sari (2008) meliputi:

1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.


2. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Infeksi virus.
C. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan


oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik
karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal (Baraderu,
2008).
D. Tanda Dan Gejala

Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan


meliputi:
1. Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi


virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
2. Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan


suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang
terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang
setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan,
rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

3. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa


sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:

1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak
pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali
diberikan pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang
buruk.
2. Obat-obatan

a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan


bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana
ada reaksi imun yang berlebihan.

b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.

Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion,


kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.

d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.

Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan


lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan
dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses
dari pasien yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik
dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor
darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.
F. Pengkajian

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau


gangguan hati (Doengoes, 2002).
1. Aktifitas

Kelemahan, kelelahan, dan malaise.

2. Sirkulasi

Bradikardi, ikterik pada sclera kulit, dan membran mukosa.

3. Eliminasi

urine gelap dan diare feses warna tanah liat.

4. Makanan dan cairan

Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan


oedem dan asietas.
5. Neurosensori

Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.

6. Nyeri atau kenyamanan

Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit kepala dan
gatal.

7. Keamanan

Demam, urtikaria, eritema, splenomegali dan pembesaran nodul


servikal posterior.
8. Seksualitas

Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan.


G. Pathways keperawatan

Alkohol virus obat - obatan

Hipertermi Inflamasi pada hepar peregangan kapsula hati

Resiko trasmisi hepatitis nyeri hematomegali


gangguan metabolisme
infeksi gangguan suplai darah pada perasaan tidak nyaman di
karbohidrat dan protein sel – sel hepar kuadran atas

kerusakan sel parenkim, anoreksia


glikogenesis glukoneogenesis sel hati duktuli

menurun menurun empedu hepatika Perubahan nutrisi


fungsi hepar menurun kurang dari kebutuhan
glikogen dalam hepar hiperbilirubin
berkurang
glikogenesis menurun pigmen empedu meningkat
glukosa dalam darah prunitus
berkurang
Resiko integritas kulit

cepatlelah

keletihan

(Doengoes, 2003)

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan
hepatitis virus dari non virus.
b. SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan
masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).
d. Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.

e. Alkali fostatase: Agak meningkat.

f. Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.

g. Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi


hati).
h. Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.
i. HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).

Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.

j. Masa protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati).

k. Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml,


prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
l. Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.

m. Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.

n. Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan


parenkim.

6
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada


penderita hepatitis menurut (Doengoes, 2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
J. Fokus intervensi dan Rasional

Fokus intervensi dan rasional menurut Doengoes (2003):

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,


perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil: kebutuhan nutrisi adekuat, tidak ada tanda


malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
Intervensi :

a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.

b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi


sering dan tawarkan pagi paling sering.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami


inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.

Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keerawatan nyeri


berkurang, skala nyeri menurun. Tekanan darah
:100/80, Suhu :36, 5 cc Nadi : 80 x / menit, Respiratori
Rate: 20 x/ menit.
Intervensi :

1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat


digunakan untuk intensitas nyeri.
2. Memonitoring perkembangan nyeri.

3. Memonitoring tanda – tanda vital darah dan nadi.

4. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.


5. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan.
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai advis dokter
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.

2. Sarankan klien untuk tirah baring.

3. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,


kemampuan-kemampuan dan minat-minat.

4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu


puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan.

5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap


asertif, teknik relaksasi).
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta DPD PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta DPD PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta DPD PPNI
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl-ragilputri-6736-2-
babii.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai