Pengantar Kesehatan Masyarakat
Pengantar Kesehatan Masyarakat
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
(196110731)
2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini berisi tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam kajian
teoritis dan pembahasan penelitiannya mengenai Penelitian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
i
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................3
BAB IV : PENUTUP.................................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................20
B. Saran...............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Swasto (2011:107) menyatakan bahwa perlindungan tenaga kerja
terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan
keselamatan kerja bagi karyawan menurut Soeprihatno (2003:48), yaitu:
a. Usaha preventif, mengendalikan atau
menghambat sumber bahaya yang terdapat di
tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau
tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan.
b. Usaha represif, mengatasi kejadian atau
kecelakaan yang disebabkan oleh sumbersumber bahaya yang terdapat di
tempat kerja.
Selain usaha mencegah karyawan dalam mengalami kecelakaan,
perusahaan juga perlu memelihara kesehatan karyawan. Kesehatan yang
dimaksud meliputi kesehatan fisik maupun mental. Karyawan dapat terganggu
dalam kesehatan yang diakibatkan penyakit, stress, maupun kecelakaan.
Menurut Manulang (2006:87), terdapat tiga indikator dari Kesehatan Kerja,
yaitu:
a. Lingkungan kerja secara medis
b. Lingkungan kesehatan tenaga kerja
c. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang
menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada
tahun 2007 menurut jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697
orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang
menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau
1
sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian angka
kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun.
Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih
besar. Bahkan menurut penelitian world economic forum pada tahun 2006,
angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap
100.000 pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan
aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber
daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan
seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya
terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli K3 sejak awal tahun 1980an
berupaya meyakinkan semua pihak khususnya manajemen organisasi untuk
menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah
yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3.
Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan/desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan, bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka penulis mengangkat dan menulis dalam suatu karya
ilmiah yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penelitian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
2. Apa Definisi dari Kecelakaan Kerja?
3. Apa saja Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
2
4. Apa Fungsi dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
5. Apa Saja Landasan Hukum/Regulasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
6. Bagaimana Pembahasan Penelitian dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Mengetahui Definisi dari Kecelakaan Kerja.
3. Mengetahui Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Mengetahui Fungsi dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Mengetahui Landasan Hukum/Regulasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Memahami Pembahasan Penelitian dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. Keselamatan Kerja
2. Kesehatan Kerja
4
kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi
dengan lingkungan dan pekerjaannya.
5
Keselamatan kerja sama dengan hygene perusahaan. Kesehatan kerja
memiliki sifat sebagai berikut.
b. Bersifat medis.
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau
material-material yang digunakan, memiliki risiko masing-masing terhadap
kesehatan pekerja. Ridley (2008) menyatakan bahwa kita harus memahami
karakteristik material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh terhadap
material tersebut untuk meminimasi risiko material terhadap kesehatan.
6
Berdasarkan jalur masuk substansi, Ridley (2008) memberikan
beberapa contoh tindakan pencegahan sederhana untuk mencegah masuknya
substansi berbahaya ke dalam tubuh pekerja:
a. Asupan makanan
1. Dilarang makan di tempat kerja.
2. Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan.
3. Dilarang merokok di tempat kerja.
b. Hirupan pernafasan
1. Menggunakan pelindung pernafasan yang sesuai untuk substansi-
substansi
tertentu.
2. Menyediakan ventilasi keluar (exhaust ventilation).
3. Ekstraksi uap dan debu.
c. Penyerapan
1. Menggunakan sarung tangan.
2. Membersihkan area terkontaminasi dengan air sabun.
3. Menggunakan krim pelindung kulit.
d. Masukkan langsung
1. Mengobati seluruh luka dan sayatan.
2. Menutupi seluruh luka dan sayatan ketika bekerja.
Dalam tubuh terdapat berbagai organ tubuh seperti hati, usus, ginjal,
dan lain-lain. Setiap organ tersebut memiliki fungsinya masing-
masing, dan setiap fungsi tersebut sangat rentan apabila organ diserang
oleh substansi kimia tertentu.
7
akan terjadi dan dapat mengakibatkan kerusakan. Kecelakaan merupakan sebuah
kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan
dapat terjadi akibat kelalaian dari perusahaan, pekerja, maupun keduanya, dan akibat
yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi kedua pihak. Bagi pekerja, cedera
akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap kehidupan pribadi, kehidupan
keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut. Bagi perusahaan, terjadi kerugian
produksi akibat waktu yang terbuang pada saat melakukan penyelidikan atas
kecelakaan tersebut serta biaya untuk melakukan proses hukum atas kecelakaan kerja.
(Ridley, 2008)
8
sedangkan bagi perusahaan berupa kerugian produksi, waktu yang terbuang untuk
penyelidikan dan biaya untuk proses hukum. Tindakan pencegahan kecelakaan
bertujuan untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan hingga mutlak minimum.
Hal ini sesuai dengan teori domino yang menggambarkan rangkaian penyebab
kecelakaan sehingga menimbulkan cedera atau kerusakan. Teori domino Heinrich
digambarkan pada Gambar 1. 1. 1.
9
Jika satu domino jatuh maka domino tersebut akan menimpa domino-domino
lainnya hingga pada akhirnya akan terjadi kecelakaan pada saat domino yang terakhir
jatuh. Jika salah satu faktor penyebab kecelakaan dalam domino tersebut dapat
dihilangkan maka tidak akan terjadi kecelakaan. Domino yang pertama adalah sistem
kerja. Sistem kerja yang dikelola dengan baik seperti pengendalian manajemen dan
standar kerja yang sesuai akan membuat domino tersebut terkendali dan tidak akan
menimpa yang lainnya seperti kesalahan orang dan seterusnya. Oleh karena domino-
domino tersebut tetap terjaga maka kecelakaan yang mengakibatkan cedera tidak
akan terjadi.
1. Situasi kerja
2. Kesalahan orang
10
a. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.
b. Mengambil jalan pintas.
c. Tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja selama
bekerja.
d. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
Berikut ini adalah penyebab tindakan tidak aman.
3. Kecelakaan
11
c. Pengeliminasian bahaya
- Mengubah proses.
- Mengubah pabrik baik dari segi tata letak mesin maupun
kondisi kerja di pabrik.
d. Pengurangan bahaya
- Memodifikasi perlengkapan sarana teknis.
- Alat Pelindung Diri (PPE).
e. Melakukan penilaian risiko
f. Pengendalian risiko residual
- Dengan sarana teknis-alarm, pemutusan aliran (trips).
- Sistem kerja yang aman.
- Pelatihan para pekerja.
12
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan
praktik kerja termasuk desain tempat kerja.
13
pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. Menurut UU ini kewajiban dan hak
tenaga kerja sebagai berikut.
Undang undang No.23 tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja juga
menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga
diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
14
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967 mengenai Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan
Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 155 Tahun 1984 yang merupakan
penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 125 Tahun1982 mengenai
Pembentukan Susunan dan Tata Kerja DK3N, DK3W, dan P2K3, pelaksanaan dari
Undang-undang Keselamatan Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1992 mengenai Tata cara
Penunjukkan, Kewajiban, dan Wewenang Ahli K3.
16
10. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja.
BAB III
PEMBAHASAN
Data proyek
Pekerjaan Penggalian:
1) Ketentuan Umum
Sebelum penggalian pada setiap tempat dimulai, stabilitas tanah harus diuji terlebih
dahulu oleh orang yang ahli.
17
2) Sebelum pekerjaan dimulai pada setiap tempat galian pemberi kerja harus
melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala instalasi di bawah tanah seperti
saluran pembuangan, pipa gas, pipa air, dan konduktor listrik, yang dapat
menimbulkan bahaya selama waktu pekerjaan.
gas, air, listrik dan prasarana umum lainnya harus dimatikan atau diputuskan
alirannya terlebih dahulu.
4) Apabila pipa bawah tanah, konduktor, dan sebagainya tidak dapat dipindahkan
atau diputuskan alirannya, benda tandi harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi.
5) Apabila diperlukan untuk mencegah bahaya, tanah harus dibersihkan dari pohon-
pohon, batu-batu besar dan rintangan-rintangan lainnya sebelum penggalian dimulai
Pekerjaan Pondasi:
Persyaratan Umum
1) Mesin pemancang (pile divers) harus ditumpu oleh dasar yang kuat seperti balok
2) Bila perlu untuk mencegah bahaya, mesin pemancang harus diberi tali atau rantai
penguat secukupnya.
4) Bila 2 buah mesin pemancang digunakan pada satu tempat, maka jarak antara
mesinmesin tersebut tidak boleh kurang dari panjang kakinya yang terpanjang.
5) Fasilitas untuk mencapai lantai kerja (platform) dan roda penggerak (pulley) pada
ujung atas harus berupa tangga yang memenuhi persyaratan.
18
6) Lantai kerja dan tempat kerja operatornya harus terlindungi dari cuaca.
9) Saluran uap atau udara yang terbuat dari pipa baja atau semacamnya.
10) Sambungan pipa (hose) harus diikat dengan tali atau rantai.
Pengecoran Beton:
Persyaratan Umum
1) Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas
lainnya harus didasarkan pada gambar rencana:
a) Mencakup spesifikasi besi baja dan beton serta bahan-bahan lain yang
dipakai, termasuk cara-cara (methods) teknis yang aman untuk penempatan
dan pengerjaan.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
K3 adalah bidang yang berhubungan dengan keselamatan, kesehatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja pada sebuah institusi ataupun lokasi
proyek.
Pengertian K3 menurut WHO atau World Health Organization adalah
suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi tingginya untuk pekerja di
semua jenis pekerjaan.
K3 juga bertujuan sebagai upaya pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh pekerjaan. K3 dapat juga diartikan
sebagai perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan:
1) Masih kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
dari para pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Dengan adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja para
pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan penyakit kerja.
20
3) Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dapat
dikatakan belum terealisasikan dengan baik.
B. Saran
Untuk penelitian diatas :
1) Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih
merasa aman dan nyaman.
2) Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja-
Komprehensif.pdf (23 Mei 2020)
https://www.sikejar.id/read/berita/pengertian-k3-secara-umum-tujuan-
prinsip-ruang-lingkup-jenis-k3 (23 Mei 2020)
https://media.neliti.com/media/publications/188645-ID-pengaruh-
keselamatan-kerja-dan-kesehatan.pdf (23 Mei 2020)
22