Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH HUKUM PERUNDANG UNDANGAN KESEHATAN

PERMENKES NO. 75 TAHUN 2014


PERMENKES NO. 43 TAHUN 2019

DOSEN: YANNURDIN, SKM, MSc

DISUSUN OLEH

ANNISA AULIA UTAMI

FARHAN KURNIA

FEMITHA PUTRI MAYZAKI

GENIA PURI ELSYA

HANIFATUL ULYA

HIKMATUL FADHIL

REZKY CANTIKA

SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-
Nya kepada kami, dan tak lupa pula kita mengucapkan salam dan sholawat kepada Nabi
Junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang tak
berpendidikan kealam yang berpendidikan, seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.
Sehingga kami dapat menyusun tugas Mata Kuliah Hukum Perundang Undangan Kesehatan
berbentuk makalah yang berjudul “PERMENKES NO. 75 TAHUN 2014 & PERMENKES
NO. 43 TAHUN 2019”.

Kami menyusun tugas ini dalam bentuk makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang di
berikan oleh dosen yang mengajar Mata Kuliah Hukum Perundang Undangan Kesehatan
dapat dimanfaatkan kearah yang lebih baik oleh pembacanya. Dalam penulisan makalah ini
masih banyak lagi kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki, maka dari itu kami
senantiasa menerima kritikan dan saran dari pembaca makalah ini. Harapan dari kami,
semoga makalah ini menambah wawasan dan ilmu, khususnya bagi kami sendiri dan pada
umumnya bagi pembaca makalah ini.

Padang, 24 April 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perbandingan program promkes antara PERMENKES No. 75 tahun 2014


dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019.............................................................. 2
B. Perbandingan tentang syarat minimal Ketenagaan di Puskesmas antara
PERMENKES No. 75 tahun 2014 dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019 ...... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang berkembang dengan
berbagai macam jenis, salah satunya ialah puskesmas. Menurut Permenkes RI
Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerja. Akhir tahun 2019 kemarin telah terbit Permenkes
baru tentang Puskesmas, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat . Didalam Permenkes no.
43 tahun 2019 juga membahas tentang tenaga promosi kesehatan di puskesmas.
Namun tentunya terdapat perbedaan antara Permenkes No.75 tahun 2014 dengan
Permenkes No.43 Tahun 2019 tersebut. Seperti perbedaan antara permenkes 43 tahun
2019 degan permenkes no. 75 tahun 2014, pada penamaan kegiatan dan promosi
kesehatan dari ibu menyusui sampai lansia. Dimana hal ini terdapat dalam permenkes
43 tahun 2019 dan tidak terdapat pada permenkes 75 tahun 2014. Kemudian
perbedaan lainnya yaitu pada pemberdayaan masyarakat dalam Penggerakan
kelompok masyarakat dalam dimana dalam permenkes 43 tahun 2019 menyebutkan
pemanfaatan UKBM, Sedangkan permenkes 75 tahun 2014 menyebutkan
pemanfaatan Posyandu langsung. Pada makalah ini akan fokus pada perbedaan
program promosi kesehatan anatara Permenkes no 75 tahun 2014 dengan Permenkes
No. 43 tahun 2019 dan Perbandingan tentang syarat minimal Ketenagaan di
Puskesmas antara Permenkes No. 75 tahun 2014 dengan Permenkes No. 43 tahun
2019.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dijadikan sebagai focus
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa Perbandingan program promkes antara PERMENKES No. 75 tahun 2014
dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019?
b. Apa perbandingan tentang syarat minimal Ketenagaan di Puskesmas antara
PERMENKES No. 75 tahun 2014 dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019?
C. Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui perbandingan program promkes antara PERMENKES No. 75 tahun
2014 dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019
b. Mengetahui perbandingan tentang syarat minimal Ketenagaan di Puskesmas
antara PERMENKES No. 75 tahun 2014 dengan PERMENKES No. 43 tahun
2019

BAB II

PEMBAHASAN

Perbandingan PERMENKES No. 75 tahun 2014 dan PERMENKES No. 43 tahun 2019

Tentang Puskesmas.

A. Perbandingan program promkes antara PERMENKES No. 75 tahun 2014


dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019

1. Permenkes no. 75 tahun 2014


Pasal 36
(1) Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan.
(2) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
(3) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
(4) Upaya kesehatan masyarakat pengembangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi
dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas.
(5) Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dapat dilakukan oleh
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

2. Permenkes no.43 tahun 2019


Pasal 53
(1) UKM tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 meliputi
UKM esensial dan UKM pengembangan.
(2) UKM esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan keluarga;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
(3) UKM pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat inovatif dan/atau
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia di Puskesmas
(4) UKM tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

a. Promosi kesehatan Kawasan Perkotaan

Kegiatan Permenkes No. 75 Permenkes No. 43


Permenkes No. Permenkes No. 43 Tahun 2014 Tahun 2019
75 Tahun 2014 Tahun 2019
Penyuluhan Penyuluhan,edukas Promosi kesehatan di Promosi kesehatan di
i dan konseling sekolah pendidikan sekolah pendidikan
dasar dasar
Promosi pemberdayaan Promosi pemberdayaan
masyarakat dibidang masyarakat dibidang
Kesehatan kesehatan
Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
jiwa masyarakat dan jiwa masyarakat dan
napza napza
Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
jiwa bagi ibu hamil dan jiwa bagi ibu hamil dan
menyusui menyusui
Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
jiwa masyarakat dan jiwa masyarakat dan
napza pada populasi napza pada populasi
beresiko (lansia, anak berisiko (lansia, anak
dan remaja) dan remaja)
Penyuluhan pada Penyuluhan pada
kelompok atau kelompok atau
masyarakat tentang masyarakat tentang
perilaku menjaga perilaku menjaga
kebersihan diri kebersihan diri
Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan Kesehatan
Gigi dan Mulut pada ibu Gigi dan Mulut pada ibu
hamil, anak balita, anak, hamil, anak balita, anak,
remaja, dewasa, remaja, dewasa, lansia
lansia(pendekatan (pendekatan
siklus kehidupan) siklus kehidupan)
Promosi kesehatan dan
gizi ibu hamil, bersalin,
nifas dan KB
Promosi kesehatan, gizi,
tumbuh kembang balita
dan anak usia dini
Promosi kesehatan dan
gizi anak usia sekolah
dan remaja
Promosi kesehatan dan
gizi usia reproduksi
Promosi kesehatan dan
gizi lansia
Promosi Kesehatan di
Tempat Kerja
Penyuluhan Penyuluhan
peningkatan kesadaran peningkatan kesadaran
masyarakat tentang masyarakat tentang
Imunisasi Imunisasi
Konseling kesehatan Konseling kesehatan
reproduksi pada reproduksi pada
kelompok anak remaja kelompok anak remaja
Peningkatan Peningkatan
pengetahuan pengetahuan
komprehensif komprehensif
masyarakat tentang masyarakat tentang
pencegahan penularan pencegahan penularan
HIV-AIDS dan IMS HIV-AIDS dan IMS
Peningkatan Peningkatan
pengetahuan dan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat kepedulian masyarakat
tentang penyakit diare, tentang penyakit diare,
tifoid dan hepatitis tifoid dan hepatitis
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
Pemberian Makanan Pemberian Makanan
Bayi dan Anak (PMBA) Bayidan Anak (PMBA)
meliputi ASI dan MP- meliputi ASI dan MP-
ASI untuk balita ASI untuk balita
sehat,balita kurang gizi, sehat,balita kurang gizi,
dan balita gizi buruk dan balita gizi buruk
rawat jalan rawat jalan
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
mengenai pola makan, mengenai pola makan,
perilaku makan dan perilaku makan dan
aktifitas fisik bagi anak aktifitas fisik bagi anak
usia sekolah usia sekolah
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
mengenai pola makan, mengenai pola makan,
perilaku makan bagi perilaku makan bagi
bumil KEK/Kurus bumil KEK/Kurus
Konseling Dietetik Konseling Dietetik
Kegiatan Edukasi dan Kegiatan Edukasi dan
Konseling tentang Konseling tentang
Swamedikasi dan Swamedikasi dan
Penggunaan Obat Penggunaan Obat
Pemberdayaan Pemberdayaan Memotivasi tokoh Memotivasi tokoh
Masyarakat masyarakat dalam masyarakat dalam
pembentukan kader pembentukan kader
kesehatan atau kesehatan atau
pembentukan kelompok pembentukan kelompok
yang peduli terhadap yang peduli terhadap
kesehatan kesehatan
Membentuk jejaring Membentuk jejaring
dalam pembentukan dalam pembentukan
PHBS di masyarakat PHBS di masyarakat
Penggerakan kelompok Penggerakan kelompok
masyarakat dalam masyarakat dalam
pemanfaatan Posyandu pemanfaatan UKBM
KegiatanPemberdayaan KegiatanPemberdayaan
Masyarakat untuk Masyarakat untuk
PeningkatanPenggunaan PeningkatanPenggunaan
Obat Rasional melalui Obat Rasional melalui
Metode Cara Belajar Metode Cara Belajar
Insan Aktif (CBIA) Insan Aktif (CBIA)
Pembentukan kelompok
lansia sebagai wadah
berkreasi, bersosialisasi,
mendapatkan
pengetahuandan
sekaligus menjaga
kemandirian lansia
Pelatihan Pelatihan kader Melatih kader kesehatan Melatih kader kesehatan
tentang perawatan diri tentang perawatan diri
dan mempraktikkan dan mempraktikkan
PHBS PHBS
Melatih kader kesehatan Melatihkader kesehatan
dalam menyampaikan dalam menyampaikan
informasi pada klpk informasi pada klpk
atau masyarakat tentang atau masyarakat tentang
perawatan diri dan perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS mempraktikkan PHBS
di daerah binaan di daerah binaan
Melatih Kader entang Melatih Kader tentang
Swamedikasi dan Swamedikasi dan
Penggunaan Obat Penggunaan Obat
melalui Metode Cara melalui Metode Cara
Belajar Insan Aktif Belajar Insan Aktif
(CBIA) (CBIA)
Advokasi Advokasi Mengadvokasi Mengadvokasi
masyarakat dan lintas masyarakat dan lintas
terkait dalam praktik sektor terkait dalam
PHBS dan praktik PHBS dan
penanggulangan penanggulangan
masalah kesehatan masalah kesehatan
tertentu tertentu
Advokasi tokoh Advokasi tokoh
masyarakat dalam masyarakat dalam
membentuk kelompok membentuk kelompok
swabantu terkait swabantu terkait
perawatan masalah gizi perawatan masalah gizi

Berdasarkan tabel, dapat dilihat perbedaan antara permenkes 43 tahun 2019 degan permenkes
no. 75 tahun 2014, pada penamaan kegiatan dan promosi kesehatan dari ibu menyusui sampai
lansia. Dimana hal ini terdapat dalam permenkes 43 tahun 2019 dan tidak terdapat pada
permenkes 75 tahun 2014. Kemudian perbedaan lainnya yaitu pada pemberdayaan
masyarakat dalam Penggerakan kelompok masyarakat dalam dimana dalam permenkes 43
tahun 2019 menyebutkan pemanfaatan UKBM, Sedangkan permenkes 75 tahun 2014
menyebutkan pemanfaatan Posyandu langsung. Dan setelah KegiatanPemberdayaan
Masyarakat untuk PeningkatanPenggunaan Obat Rasional melalui Metode Cara Belajar Insan
Aktif (CBIA) terdapat Pembentukan kelompok lansia sebagai wadah berkreasi, bersosialisasi,
mendapatkan pengetahuandan sekaligus menjaga kemandirian lansia dalam permenkes 43
tahun 2019 yang tidak ada pada permenkes 75 tahun 2014.

b. Kawasan Pedesaan

Kegiatan Permenkes No. 75 Permenkes No. 43


Permenkes No. Permenkes No. 43 Tahun 2014 Tahun 2019
75 Tahun 2014 Tahun 2019
Penyuluhan Penyuluhan,edukas Promosi kesehatan di Promosi kesehatan di
i dan konseling sekolah pendidikan sekolah pendidikan
dasar dasar
Promosi pemberdayaan Promosi pemberdayaan
masyarakat dibidang masyarakat dibidang
kesehatan kesehatan
Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
jiwa masyarakat dan jiwa masyarakat dan
napza napza
Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
jiwa bagi ibu hamil dan jiwa bagi ibu hamil dan
menyusui menyusui
Penyuluhan kesehatan
jiwa masyarakat dan
napza pada populasi
beresiko (lansia, anak
dan remaja)
Penyuluhan pada Penyuluhan pada
kelompok atau kelompok atau
masyarakat tentang masyarakat tentang
perilaku menjaga perilaku menjaga
kebersihan diri kebersihan diri
Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan Kesehatan
Gigi dan Mulut pada ibu Gigi dan Mulut pada ibu
hamil, anak balita, anak, hamil, anak balita, anak,
remaja, dewasa, remaja, dewasa, lansia
lansia(pendekatan (pendekatan
siklus kehidupan) siklus kehidupan)
Promosi kesehatan dan
gizi ibu hamil, bersalin,
nifas dan KB
Promosi kesehatan, gizi,
tumbuh kembang balita
dan anak usia dini
Promosi kesehatan dan
gizi anak usia sekolah
dan remaja
Promosi kesehatan dan
gizi usia reproduksi
Promosi kesehatan dan
gizi lansia
Promosi Kesehatan di
Tempat Kerja
Penyuluhan Penyuluhan
peningkatan kesadaran peningkatan kesadaran
masyarakat tentang masyarakat tentang
Imunisasi Imunisasi
Konseling kesehatan Konseling kesehatan
reproduksi pada reproduksi pada
kelompok anak remaja kelompok anak remaja
Peningkatan Peningkatan
pengetahuan pengetahuan
komprehensif komprehensif
masyarakat tentang masyarakat tentang
pencegahan penularan pencegahan penularan
HIV-AIDS dan IMS HIV-AIDS dan IMS
Peningkatan Peningkatan
pengetahuan dan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat kepedulian masyarakat
tentang penyakit diare, tentang penyakit diare,
tifoid dan hepatitis tifoid dan hepatitis
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
Pemberian Makanan Pemberian Makanan
Bayi dan Anak (PMBA) Bayidan Anak (PMBA)
meliputi ASI dan MP- meliputi ASI dan MP-
ASI untuk balita
ASI untuk balita
sehat,balita kurang gizi,
sehat,balita kurang gizi,
dan balita gizi buruk dan balita gizi buruk
rawat jalan rawat jalan
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
mengenai pola makan, mengenai pola makan,
perilaku makan dan perilaku makan dan
aktifitas fisik bagi anak
aktifitas fisik bagi anak
usia sekolah usia sekolah
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
mengenai pola makan, mengenai pola makan,
perilaku makan bagi perilaku makan bagi
bumil KEK/Kurus bumil KEK/Kurus
Konseling Dietetik Konseling Dietetik
Kegiatan Edukasi dan Kegiatan Edukasi dan
Konseling tentang
Konseling tentang
Swamedikasi dan Swamedikasi dan
Penggunaan Obat Penggunaan Obat
Pemberdayaan Pemberdayaan Memotivasi tokoh
Memotivasi tokoh
Masyarakat masyarakat dalam
masyarakat dalam
pembentukan kader pembentukan kader
kesehatan atau
kesehatan atau
pembentukan kelompok pembentukan kelompok
yang peduli terhadap yang peduli terhadap
kesehatan kesehatan
Membentuk jejaring
Membentuk jejaring
dalam pembentukan dalam pembentukan
PHBS di masyarakat PHBS di masyarakat
Penggerakan kelompok Penggerakan kelompok
masyarakat dalam masyarakat dalam
pemanfaatan Posyandu pemanfaatan UKBM
KegiatanPemberdayaan KegiatanPemberdayaan
Masyarakat untuk Masyarakat untuk
PeningkatanPenggunaan PeningkatanPenggunaan
Obat Rasional melalui Obat Rasional melalui
Metode Cara Belajar Metode Cara Belajar
Insan Aktif (CBIA) Insan Aktif (CBIA)
Pembentukan kelompok
lansia sebagai wadah
berkreasi, bersosialisasi,
mendapatkan
pengetahuandan
sekaligus menjaga
kemandirian lansia
Pelatihan Pelatihan kader Melatih kader kesehatan Melatih kader kesehatan
tentang perawatan diri tentang perawatan diri
dan mempraktikkan dan mempraktikkan
PHBS PHBS
Melatih kader kesehatan Melatihkader kesehatan
dalam menyampaikan dalam menyampaikan
informasi pada klpk informasi pada klpk
atau masyarakat tentang atau masyarakat tentang
perawatan diri dan perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS mempraktikkan PHBS
di daerah binaan di daerah binaan
Melatih Kader entang Melatih Kader tentang
Swamedikasi dan Swamedikasi dan
Penggunaan Obat Penggunaan Obat
melalui Metode Cara melalui Metode Cara
Belajar Insan Aktif Belajar Insan Aktif
(CBIA) (CBIA)
Advokasi Advokasi Mengadvokasi Mengadvokasi
masyarakat dan lintas masyarakat dan lintas
terkait dalam praktik sektor terkait dalam
PHBS dan praktik PHBS dan
penanggulangan penanggulangan
masalah kesehatan masalah kesehatan
tertentu tertentu
Advokasi tokoh Advokasi tokoh
masyarakat dalam masyarakat dalam
membentuk kelompok membentuk kelompok
swabantu terkait swabantu terkait
perawatan masalah gizi perawatan masalah gizi

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa perbedaannya hanya terletak pada Penyuluhan
kesehatan jiwa masyarakat dan napza pada populasi beresiko (lansia, anak dan remaja) yang
terdapat dalam permenkes 75 tahun 2014 dan tidak ada pada permenkes 43 tahun 2019.
Selebihnya, sama dengan program kawasan perkotaan.

c. Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil

Kegiatan Permenkes No. 75 Permenkes No. 43


Permenkes No. Permenkes No. 43 Tahun 2014 Tahun 2019
75 Tahun 2014 Tahun 2019
Penyuluhan Penyuluhan,edukas Promosi kesehatan di Promosi kesehatan di
i dan konseling sekolah pendidikan sekolah pendidikan
dasar dasar
Promosi pemberdayaan Promosi pemberdayaan
masyarakat dibidang masyarakat dibidang
kesehatan kesehatan
Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
jiwa masyarakat dan jiwa masyarakat dan
napza napza
Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
jiwa bagi ibu hamil dan jiwa bagi ibu hamil dan
menyusui menyusui
Penyuluhan kesehatan
jiwa masyarakat dan
napza pada populasi
beresiko (lansia, anak
dan remaja)
Penyuluhan pada Penyuluhan pada
kelompok atau kelompok atau
masyarakat tentang masyarakat tentang
perilaku menjaga perilaku menjaga
kebersihan diri kebersihan diri
Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan Kesehatan
Gigi dan Mulut pada ibu Gigi dan Mulut pada ibu
hamil, anak balita, anak, hamil, anak balita, anak,
remaja, dewasa, remaja, dewasa, lansia
lansia(pendekatan (pendekatan
siklus kehidupan) siklus kehidupan)
Promosi kesehatan dan
gizi ibu hamil, bersalin,
nifas dan KB
Promosi kesehatan, gizi,
tumbuh kembang balita
dan anak usia dini
Promosi kesehatan dan
gizi anak usia sekolah
dan remaja
Promosi kesehatan dan
gizi usia reproduksi
Promosi kesehatan dan
gizi lansia
Promosi Kesehatan di
Tempat Kerja
Penyuluhan Penyuluhan
peningkatan kesadaran peningkatan kesadaran
masyarakat tentang masyarakat tentang
Imunisasi Imunisasi
Konseling kesehatan Konseling kesehatan
reproduksi pada reproduksi pada
kelompok anak remaja kelompok anak remaja
Peningkatan Peningkatan
pengetahuan pengetahuan
komprehensif komprehensif
masyarakat tentang masyarakat tentang
pencegahan penularan pencegahan penularan
HIV-AIDS dan IMS HIV-AIDS dan IMS
Peningkatan Peningkatan
pengetahuan dan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat kepedulian masyarakat
tentang penyakit diare, tentang penyakit diare,
tifoid dan hepatitis tifoid dan hepatitis
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
Pemberian MakananPemberian Makanan
Bayi dan Anak (PMBA) Bayidan Anak (PMBA)
meliputi ASI dan MP- meliputi ASI dan MP-
ASI untuk balita
ASI untuk balita
sehat,balita kurang gizi,
sehat,balita kurang gizi,
dan balita gizi buruk dan balita gizi buruk
rawat jalan rawat jalan
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
mengenai pola makan, mengenai pola makan,
perilaku makan dan perilaku makan dan
aktifitas fisik bagi anak
aktifitas fisik bagi anak
usia sekolah usia sekolah
Edukasi dan konseling Edukasi dan konseling
mengenai pola makan, mengenai pola makan,
perilaku makan bagi perilaku makan bagi
bumil KEK/Kurus bumil KEK/Kurus
Konseling Dietetik Konseling Dietetik
Kegiatan Edukasi dan Kegiatan Edukasi dan
Konseling tentang
Konseling tentang
Swamedikasi dan Swamedikasi dan
Penggunaan Obat Penggunaan Obat
Pemberdayaan Pemberdayaan Memotivasi tokoh
Memotivasi tokoh
Masyarakat masyarakat dalam
masyarakat dalam
pembentukan kader pembentukan kader
kesehatan atau
kesehatan atau
pembentukan kelompok pembentukan kelompok
yang peduli terhadap yang peduli terhadap
kesehatan kesehatan
Membentuk jejaring
Membentuk jejaring
dalam pembentukan dalam pembentukan
PHBS di masyarakat PHBS di masyarakat
Penggerakan kelompok Penggerakan kelompok
masyarakat dalam masyarakat dalam
pemanfaatan Posyandu pemanfaatan UKBM
KegiatanPemberdayaan KegiatanPemberdayaan
Masyarakat untuk Masyarakat untuk
PeningkatanPenggunaan PeningkatanPenggunaan
Obat Rasional melalui Obat Rasional melalui
Metode Cara Belajar Metode Cara Belajar
Insan Aktif (CBIA) Insan Aktif (CBIA)
Pembentukan kelompok
lansia sebagai wadah
berkreasi, bersosialisasi,
mendapatkan
pengetahuandan
sekaligus menjaga
kemandirian lansia
Pelatihan Pelatihan kader Melatih kader kesehatan Melatih kader kesehatan
tentang perawatan diri tentang perawatan diri
dan mempraktikkan dan mempraktikkan
PHBS PHBS
Melatih kader kesehatan Melatihkader kesehatan
dalam menyampaikan dalam menyampaikan
informasi pada klpk informasi pada klpk
atau masyarakat tentang atau masyarakat tentang
perawatan diri dan perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS mempraktikkan PHBS
di daerah binaan di daerah binaan
Melatih Kader entang Melatih Kader tentang
Swamedikasi dan Swamedikasi dan
Penggunaan Obat Penggunaan Obat
melalui Metode Cara melalui Metode Cara
Belajar Insan Aktif Belajar Insan Aktif
(CBIA) (CBIA)
Advokasi Advokasi Mengadvokasi Mengadvokasi
masyarakat dan lintas masyarakat dan lintas
terkait dalam praktik sektor terkait dalam
PHBS dan praktik PHBS dan
penanggulangan penanggulangan
masalah kesehatan masalah kesehatan
tertentu tertentu
Advokasi tokoh Advokasi tokoh
masyarakat dalam masyarakat dalam
membentuk kelompok membentuk kelompok
swabantu terkait swabantu terkait
perawatan masalah gizi perawatan masalah gizi

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa perbedaannya hanya terletak pada Penyuluhan
kesehatan jiwa masyarakat dan napza pada populasi beresiko (lansia, anak dan remaja) yang
terdapat dalam permenkes 75 tahun 2014 dan tidak ada pada permenkes 43 tahun 2019.
Selebihnya, sama dengan program kawasan perkotaan. Nah kawasan terpencil ini memiliki
program promkes yang sama dengan kawasan pedesaan.

B. Perbandingan tentang syarat minimal Ketenagaan di Puskesmas antara


PERMENKES No. 75 tahun 2014 dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019

1. Permenkes no. 75 tahun 2014


Pasal 16
(1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan.
(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban
kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik
wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu
kerja.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga
Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

2. Permenkes no. 43 tahun 2019


Pasal 17
(1) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
meliputi dokter dan/atau dokter layanan primer.
(2) Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Puskesmas harus memiliki:
a. dokter gigi;
b. Tenaga Kesehatan lainnya;dan
c. tenaga nonkesehatan.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. perawat;
b. bidan;
c. tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
d. tenaga sanitasi lingkungan;
e. nutrisionis;
f. tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
g. ahli teknologi laboratorium medik.
(4) Dalam kondisi tertentu, Puskesmas dapat menambah jenis tenaga
kesehatan lainnya meliputi terapis gigi dan mulut, epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, perekam medis dan informasi kesehatan, dan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan.
(5) Dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga
Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
bertugas untuk memberikan Pelayanan Kesehatan di wilayah kerjanya.
(6) Tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
(7) Dalam hal jumlah dan jenis dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter
gigi, dan Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
telah memenuhi kebutuhan ideal, dokter dan/atau dokter layanan primer,
dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lainnya dapat diberikan
tugas lain.

a. Berdasarkan kawasan daerah

Kawasan Daerah Jenis Puskesmas Permenkes No. 75 Permenkes No. 43


Tahun 2014 Tahun 2019
Perkotaan Non Rawat Inap 22 23
Rawat Inap 31 0
Pedesaan Non Rawat Inap 19 20
Rawat Inap 27 28
Terpeencil dan Non Rawat Inap 19 20
Sangat Terpencil Rawat Inap 27 28
jumlah 145 119

Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa jumlah ketenagaan puskesmas perkotaan berdasarkan
non rawat inap permenkes no. 43 tahun 2019 memiliki tenaga lebih 1 dari permenkes 75
tahun 2014 dengan jumlah 23. Sedangkan jumlah ketenagaan rawat inap permenkes no. 43
tahun 2019 tidak ada. Kemudian, jumlah ketenagaan di pedesaan permenkes n0. 43 tahun
2019 juga lebih 1 dari permenkes 75 tahun 2014 dengan jumlah 20, begitupun dengan
ketenagaan rawat inap berjumlah 28. Selanjutnya, ketenagaan di kawasan terpencil dan
sangat terpencil sama dengan kawasan pedesaan.

b. Berdasarkan jenis tenaga kesehatan

1) Kawasan perkotaan

Jenis Tenaga Kesehatan Jenis Permenkes Permenkes


Permenkes No. 75 Permenkes No. 43 Puskesmas No. 75 Tahun No. 43 Tahun
Tahun 2014 Tahun 2019 2014 2019
Tenaga Kesehatan
Dokter /dokter Dokter dan/atau Non Rawat 1 1
layanan primer dokter layanan Inap
primer Rawat Inap 2 0
Dokter gigi Dokter gigi Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 1 0
Perawat Perawat Non Rawat 5 5
Inap
Rawat Inap 8 0
Bidan Bidan Non Rawat 4 4
Inap
Rawat Inap 7 0
Tenaga kesehatan Tenaga promosi Non Rawat 2 2
Masyarakat kesehatan dan ilmu Inap
perilaku Rawat Inap 2 0
Tenaga kesehatan Tenaga sanitasi Non Rawat 1 1
Lingkungan lingkungan Inap
Rawat Inap 1 0
Ahli teknologi Ahli teknologi Non Rawat 1 1
laboratorium medik laboratorium medik Inap
Rawat Inap 1 0
Tenaga gizi Nutrisionis Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 2 0
Tenaga Tenaga apoteker Non Rawat 1 1
Kefarmasian dan/atau tenaga Inap
teknis kefarmasian Rawat Inap 2 0
Tenaga Non
Kesehatan
Tenaga Tenaga Non Rawat 3 1
administrasi administrasi Inap
keuangan Rawat Inap 3 0
Pekarya Pekarya Non Rawat 2 2
Inap
Rawat Inap 2 0
Tenaga sistem Non Rawat 1
informasi Inap
kesehatan Rawat Inap 0
Tenaga Non Rawat 1
ketatausahaan Inap
Rawat Inap 0

Berdasarkan tabel di kawasan perkotaan dapat dilihat, bahwa pada permenkes no. 43 tahun
2019 tidak ada ketenagaan rawat inap. Dan pada permenkes tersebut, terdapat beberapa
sebutan tenaga kerja yang mengalami perubahann dan penambahan ketenagaan non medis
dibanding permenkes no. 75 tahun 2014.

2) Kawasan Pedesaan
Jenis Tenaga Kesehatan Jenis Permenkes Permenkes
Permenkes No. 75 Permenkes No. 43 Puskesmas No. 75 Tahun No. 43 Tahun
Tahun 2014 Tahun 2019 2014 2019
Tenaga Kesehatan
Dokter /dokter Dokter dan/atau Non Rawat 1 1
layanan primer dokter layanan Inap
primer Rawat Inap 2 2
Dokter gigi Dokter gigi Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 1 1
Perawat Perawat Non Rawat 5 5
Inap
Rawat Inap 8 8
Bidan Bidan Non Rawat 4 4
Inap
Rawat Inap 7 7
Tenaga kesehatan Tenaga promosi Non Rawat 1 1
Masyarakat kesehatan dan ilmu Inap
perilaku Rawat Inap 1 1
Tenaga kesehatan Tenaga sanitasi Non Rawat 1 1
Lingkungan lingkungan Inap
Rawat Inap 1 1
Ahli teknologi Ahli teknologi Non Rawat 1 1
laboratorium medik laboratorium medik Inap
Rawat Inap 1 1
Tenaga gizi Nutrisionis Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 2 2
Tenaga Tenaga apoteker Non Rawat 1 1
Kefarmasian dan/atau tenaga Inap
teknis kefarmasian Rawat Inap 1 1
Tenaga Non
Kesehatan
Tenaga Tenaga Non Rawat 2 1
administrasi administrasi Inap
keuangan Rawat Inap 2 1
Pekarya Pekarya Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 1 1
Tenaga sistem Non Rawat 1
informasi Inap
kesehatan Rawat Inap 1

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa perbedaan permenkes no. 43 tahun 2019 dengan
permenkes no.75 tahun 2014 terletak pada jumlah tenaga administrasi, dimana pada
permenkes no. 43 tahun 2019 berjumlah 1 baik rawat inap, maupun tidak, sedangkan
permenkes 75 tahun 2014 berjumlah 2. Kemudian di kawasan pedesaan pada permenkes 43
tahun 2019, terdapat penambahan ketenagaan sistem informasi kesehatan yang berjumlah 1.

3) Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil

Jenis Tenaga Kesehatan Jenis Permenkes Permenkes


Permenkes No. 75 Permenkes No. 43 Puskesmas No. 75 Tahun No. 43 Tahun
Tahun 2014 Tahun 2019 2014 2019
Tenaga Kesehatan
Dokter /dokter Dokter dan/atau Non Rawat 1 1
layanan primer dokter layanan Inap
primer Rawat Inap 2 2
Dokter gigi Dokter gigi Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 1 1
Perawat Perawat Non Rawat 5 5
Inap
Rawat Inap 8 8
Bidan Bidan Non Rawat 4 4
Inap
Rawat Inap 7 7
Tenaga kesehatan Tenaga promosi Non Rawat 1 1
Masyarakat kesehatan dan ilmu Inap
perilaku Rawat Inap 1 1
Tenaga kesehatan Tenaga sanitasi Non Rawat 1 1
Lingkungan lingkungan Inap
Rawat Inap 1 1
Ahli teknologi Ahli teknologi Non Rawat 1 1
laboratorium medik laboratorium medik Inap
Rawat Inap 1 1
Tenaga gizi Nutrisionis Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 2 2
Tenaga Tenaga apoteker Non Rawat 1 1
Kefarmasian dan/atau tenaga Inap
teknis kefarmasian Rawat Inap 1 1
Tenaga Non
Kesehatan
Tenaga Tenaga Non Rawat 2 1
administrasi administrasi Inap
keuangan Rawat Inap 2 1
Pekarya Pekarya Non Rawat 1 1
Inap
Rawat Inap 1 1
Tenaga sistem Non Rawat 1
informasi Inap
kesehatan Rawat Inap 1

Berdasarkan tabel, sama seperti kawasan pedesaan, dapat dilihat bahwa perbedaan
permenkes no. 43 tahun 2019 dengan permenkes no.75 tahun 2014 terletak pada jumlah
tenaga administrasi, dimana pada permenkes no. 43 tahun 2019 berjumlah 1 baik rawat inap,
maupun tidak, sedangkan permenkes 75 tahun 2014 berjumlah 2. Kemudian di kawasan
terpencil pada permenkes 43 tahun 2019, terdapat penambahan ketenagaan sistem informasi
kesehatan yang berjumlah 1.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

a. Perbandingan program promkes antara PERMENKES No. 75 tahun 2014


dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019
1. Permenkes no. 75 tahun 2014
Pasal 36
(6) Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan.
(7) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
(8) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
(9) Upaya kesehatan masyarakat pengembangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi
dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas.
(10) Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dapat dilakukan oleh
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

2. Permenkes no.43 tahun 2019


Pasal 53
(5) UKM tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 meliputi
UKM esensial dan UKM pengembangan.
(6) UKM esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan keluarga;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
(7) UKM pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat inovatif dan/atau
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia di Puskesmas
(8) UKM tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Dalam kegiatan ini dapat dilakukan pada beberapa kelompok daerah:

1. Promosi kesehatan Kawasan Perkotaan


2. Promosi kesehatan Kawasan Pedesaan
3. Promosi kesehatan Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil

b. Perbandingan tentang syarat minimal Ketenagaan di Puskesmas antara


PERMENKES No. 75 tahun 2014 dengan PERMENKES No. 43 tahun 2019

3. Permenkes no. 75 tahun 2014


Pasal 16
(6) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan.
(7) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban
kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik
wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu
kerja.
(8) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
(9) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga
Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

4. Permenkes no. 43 tahun 2019


Pasal 17
(8) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
meliputi dokter dan/atau dokter layanan primer.
(9) Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Puskesmas harus memiliki:
a. dokter gigi;
b. Tenaga Kesehatan lainnya;dan
c. tenaga nonkesehatan.
(10) Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. perawat;
b. bidan;
c. tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
d. tenaga sanitasi lingkungan;
e. nutrisionis;
f. tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
g. ahli teknologi laboratorium medik.
(11) Dalam kondisi tertentu, Puskesmas dapat menambah jenis tenaga
kesehatan lainnya meliputi terapis gigi dan mulut, epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, perekam medis dan informasi kesehatan, dan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan.
(12) Dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga
Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
bertugas untuk memberikan Pelayanan Kesehatan di wilayah kerjanya.
(13) Tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
harus mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
(14) Dalam hal jumlah dan jenis dokter dan/atau dokter layanan primer,
dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) telah memenuhi kebutuhan ideal, dokter dan/atau dokter layanan
primer, dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lainnya dapat diberikan
tugas lain.
Dalam kegiatan ini dapat dilakukan pada beberapa kelompok daerah:

1. Berdasarkan kawasan daerah


2. Berdasarkan jenis tenaga kesehatan

a. Kawasan perkotaan
b. Kawasan pedesaan
c. Kawasan terpencil an sangat terpencil

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penyusun mengharapkan agar pembahasan materi


”Perbandingan program promkes antara PERMENKES No. 75 tahun 2014 dengan
PERMENKES No. 43 tahun 2019 dan Perbandingan tentang syarat minimal Ketenagaan di
Puskesmas antara PERMENKES No. 75 tahun 2014 dengan PERMENKES No. 43 tahun
2019” yang sudah disampaikan dapat diketahui dan diamalkan sebagai ilmu dan masih
banyak lagi pembahasan yang barangkali tidak dibahas dalam makalah ini. untuk itu
penyusun menyarankan untuk tetap membaca dan menambah ilmu tidak hanya dari makalah
ini, tetapi bisa dari sumber lain yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai