Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS BUKO


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARA BELAKANG
Promosi kesehatan merupakan bagian intergal dari Pembangunan Kesehatan Nasional.
Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi Kesehatan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan
kesehatan menuju Indonesia Sehat 2019 melalui peningkatan kesadaran masyarakat
setinggi – tingginya melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta dalam
lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pelayanan kesehatan di masyarakat perlu terus
ditingkatkan baik yang bersifat kuratif maupun promotif dengan prefentif serta rehabilitatif. Hal
ini sejalan dengan fungsi Puskesmas sebagai pembina kesehatan wilayah 4 jenis upaya yaitu :
1) Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat, 2) Melaksanakan Upaya Kesehatan, 3)
Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan, 4) Memantau dan mendorong pembangunan
berwawasan kesehatan.
Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan terdepan,
kehadirannya ditengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi masyarakat. Disamping itu, keberadaan
Puskesmas disuatu Wilayah dimanfaatkan sebagai upaya – upaya pembaharuan (Inovasi) baik
itu dibidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya bagi kehidupan
masyarakat sekitarnya, sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena
itu keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai “agen perubahan” di masyarakat
sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang
bersumber pada masyarakat.
Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang
menjelaskan menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai 3 fungsi yaitu; 1) Sebagai pusat
penggerak pembangungan berwawasan kesehatan; 2) Pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat; 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Namun dalam pelaksanaannya Puskesmas masih menghadapi berbagai masalah antara
lain: (1) kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan
kebutuhan masyarakat setempat tetapi lebih berorientasi pada pelayanan kuratif bagi pasien
yang datang ke Puskesmas; (2) keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan
penyelanggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama belum dikembangkan secara optimal.
Sampai saat ini puskesmas kurang berhasil menumbughkan inisiatif masyarakat dalam
pemecahan ,masalah dan rasa memiliki puskesmas serta belum mampu mendorong kontribusi
sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Disadari bahwa untuk mengatasi masalah tersebut sesuai dengan slah satu azas
penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat, artinya puskesmas wajib
menggerakan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu,
upaya promosi kesehatan puskesmas membantu masyarakat agar mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS).
Berkenaan dengan pentingnya peran promosi kesehatan dalam pelayanan kesehatan,
telah ditetapkan Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004. Kebijakan dimaksud juga didukung
dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SKNII/2005 tentang
Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib
tersebut di Puskesmas diperlukan tenaga fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM)
untuk mengelola promosi kesehatan di Puskesmas secara profesional dan mampu untuk
mengelola serta menyelenggarakan pelayanan yang bersifat promotif dan prevent if.
B. TUJUAN PEDOMAN
Sebagai acuan bagi petugas puskesmas untuk menyelenggarakan kegiatan promosi kesehatan
diwilayah kerja Puskesmas.
C. RUANG LINGKUP PEDOMAN
Ruang lingkup petugas Puskesmas dan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
D. BATASAN OPERASIONAL
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari
oleh untuk bersama masyarakat. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna.Baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(Lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Peraturan Mentri Kesehatan No.585 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan Di Puskesmas.
3. Peraturan Mentri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
4. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
5. Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI nomor 1114/Menkes/SK/II/2005 Tentang Pedoman
Promosi Kesehatan di Daerah.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan di Puskesmas
adalah tenaga, sarana-prasarana dan dana atau anggaran Standar tenaga khusus promosi kesehatan di
Puskesmas menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan RI Nomor
1114/Menkes/SK/II/2005 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di Daerah adalah sebagai berikut:
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
1. Petugas kesehatan minimal S1 Kesehatan Masyarakat & bakat dibidang promosi
2. Membantu tenaga kesehatan lain merancang pemberdayaan kesehatan
3. Melakukan bina suasana & advokasi
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dari penjadwalan tugas tenaga kesehatan promosi kesehatan diatur oleh
satuan pelaksana program promosi kesehatan, mengetahui kepala satuan pelaksana UKM dan
kepala Puskesmas yang sudah diutus Puskesmas dengan tupoksi i kerja masing-masing.
C. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan promosi kesehatan dalam gedung dilakukan setiap hari kerja, hari senin-sabtu.
Pelayanan promosi kesehatan diluar gedung sesuai jadwal permintaan masyarakat.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. SARANA DAN PRASARANA


Standar sarana prasarana promosi kesehatan Puskesmas minimal sebagai berikut :
1. LCD Projector
2. Amplifier & Wireles microphone
3. Camera Foto
4. Standing Banner
5. Poster
6. Lembar Balik
7. Audio Speaker
8. TV LED
9. panduk
10. Leaflet
B. STANDAR FASILITAS
Di dalam pelayanan promosi kesehatan memiliki penunjang seperti ruang menyusui, ruang
konseling.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. STRATEGI
Merupakan cara bagaimana dalam melaksanakan upaya promosi kesehatan di puskesmas. Ada
tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program
kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan
kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat pembuat keputusan
dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain..
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan dari
berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal dari
unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat.
Tujuannnya adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan.
Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya,
bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos
obat desa, dan sebagainya.
B. LANGKAH KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN
1. Perencanaan
Secara terinci uraian ruang lingkup kegiatan perencanaan promosi kesehatan yaitu :Kajian
perilaku tentang masalah kesehatan yang dilakukan oleh lintas program di puskesmas
a) Kajian kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah ada maupun yang perlu
dibuat dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas.
b) Lokakarya mini di puskesmas yang membahas upaya promosi kesehatan yang
terintegrasi secara lintas program maupun lintas sektor.
c) Komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan di masyarakat, melalui kegiatan
di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas dalam upaya meningkatka pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan
status kesehatannya.
d) Advokasi kesehatan pada pengambil keputusan di tingkat desa dan kecamatan untuk
mendapatkan dukungan kebijakan publik berwawaskan kesehatan dalam mengatasi
masalah kesehatan termasuk penanganan kejadian luar biasa, dengan mengoptimalkan
potensi dan peran jejaring kemitraan.
e) Penggerakan peran serta masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarak
masyarakatdalam pengembanga atdalam pengembangan, pembina pembinaan dan
peningkatan kualitas dan peningkatan kualitas desa siaga aktif, peningkatan pencapaia
siaga aktif, peningkatan pencapaian PHBS di rumah tangga, PHBS di institusi
pendidikan, serta PHBS di tempat-tempat umum yang ada di wilayah kerja puskesmas.
f) Pengembangan dan pembinaan berbag n berbagai jenis upaya kese ai jenis upaya
kesehatan bersum an bersumber daya masyarakat (UKBM) di tingkat desa dalam
mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan status kesehatan masyarakat.
2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Dilaksanakan dengan memperhatikan :
a. Bertujuan untuk, mempertahankan kegiatan yang sudah ada pada periode sebulumnya
dan memperbaiki program yang masih bermasalah
b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah
tersebut dan kemampuan puskesmas
c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Merupakan penetapan rincian rencana pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan
berdasarkan RUK
d. Pelaksanaan
1) Melaksanaan kegiatan promosi kesehatan sesuai dengan jadwal yang telah disusun
bersama.
2) Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan
e. Pemantauan
Tindakan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap pelaksanaan suatu
upaya promosi kesehatan dengan tujuan memberikan umpan balik pada pengelolaan
upaya promosi kesehatan untuk perbaikan dan optimalisasi pelaksanaan upaya promosi
kesehatan. Dilakukan untuk :
1) Menetapkan masalah dan situasi
2) Menganalisis penyebab dan faktor yang mempengaruhi
3) Merumuskan dan merevisi upaya solusi
f. Penilaian dan Evaluasi
Merupakan proses sistematis yang mempelajari pengalaman pembelajaran upaya
promosi kesehatan sebagai upaya meningkatkan kualitas rancangan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan upaya promosi kesehatan yang baru. Rentang waktu :
1) Evaluasi pra kegiatan promosi kesehatan
2) Evaluasi sewaktu pelaksanaan promosi kesehatan sedang berlangsung
3) Evaluasi serampungnya upaya promosi kesehatan dilakukan.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanannya dilakukan


oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di
masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Promosi Kesehatan direncanakan
dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan
metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan..
A. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
1. Meja,
2. Kursi
3. Alat tulis
4. Buku catatan Kegiatan
5. Buku Lembar balik
6. Leaflet
7. buku panduan
8. computer /laptop
9. LCD
B. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi:
1. Leaflet
2. Buku Lembar balik
3. Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Promkesgan berkoordinasi dengan
petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan
persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan
direncanakan oleh koordinator kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan
dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan
( POA – Plan Of Action ).
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko yang
terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada petugas sebagai
pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya
menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya.
Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulk ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan. Upaya dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencega pencegahan risiko han risiko
terhadap sasaran terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang mungkin
terjadi. 4. Rencana Upaya Pencegahan. Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang
dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi
resiko atau dampak yang terjadi.
4. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut Safety
saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman,
kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan
akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan
kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak
terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana kesehatan,
maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang
pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat
pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan
kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan
dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat
pelindung diri yang benar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu,
sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan
yang ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB XI
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan Promkes ini dibuat untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan
kegiatan Promkes di Puskesmas Buko, penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada
di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku
secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan,
kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai