Anda di halaman 1dari 35

MANAJEMEN FASILITAS KESEHATAN 1

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADA PUSKESMAS

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5 INTEGRASI D

2022

Nadiya Farhanah 2019-16-147


Nor Azizah Hikmah 2019-16-148
Nur Atikah 2019-16-149
Rani Hijriati 2019-16-150
Rizal Sudiarso 2019-16-151

PEMBIMBING :
Irma Binarti, drg., MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT DAN


PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO
(BERAGAMA) JAKARTA
2022

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

2.1 Puskesmas ....................................................................................... 3

2.1.1 Definisi Puskesmas ......................................................................... 3

2.1.2 Tujuan Puskesmas............................................................................ 3

2.1.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas .......................................................... 4

2.2 Limbah Medis ................................................................................. 7

2.2.1 Limbah Medis B3 pada Puskesmas ................................................. 8

2.2.2 Pengelolaan Limbah Medis B3 di Puskesmas ................................ 9

2.2.3 Rumah Limbah ................................................................................ 16

BAB 3 PEMBAHASAN .................................................................................. 17

BAB 4 KESIMPULAN ................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Menurut Permenkes nomor 43 tahun 2019 Pusat Kesehatan Masyarakat yang

selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. 1 Puskesmas

merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah.2 Dalam kegiatannya sehari-

hari, Puskesmas menghasilkan limbah medis padat dari kegiatan pada poliklinik ibu dan

anak (KIA), poliklinik umum, posyandu, poliklinik gigi, apotik dan laboratorium.3

Limbah medis di Indonesia tergolong ke dalam limbah B3 yang pengelolaannya

diatur dalam peraturan pemerintah peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan

Nomor 56 tahun 2019 tetang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan

berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan. 4 Menurut data dari Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, hanya 6,89%, Puskesmas yang melakukan

pengelolaan limbah medis sesuai dengan standar atau aturan yang berlaku, 47% Puskesmas

yang telah terakreditasi, namun masih banyak yang belum melakukan pengelolaan limbah

medis yang sesuai standar.5 Hal ini menunjukkan pengelolaan limbah medis padat pada

Puskesmas di Indonesia yang masih buruk.6

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Definisi Puskesmas

Menurut Permenkes nomor 43 tahun 2019 Pusat Kesehatan Masyarakat yang

selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. 1 Menurut Depkes RI

tahun 2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.2

Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang knp diulang? bergerak dalam bidang

pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat

pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu

yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan.2

2.1.2. Tujuan Puskesmas

Menurut Trihono thn?, tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang

setingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.2

3
Adapun tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas yang

tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas pasal 2

yang mana tujuannya adalah sebagai berikut1:

1. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat.

2. Untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu.

3. Untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalm lingkungan sehat.

4. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik

individu, kelompok dan masyarakat.

2.1.3. Tugas dan Fungsi Puskesmas.

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kabupaten/kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas

sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang

meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan

masyarakat (public goods).2

Berdasarkan pasal 4 Permenkes Nomor 43 tahun 2019, Puskesmas mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan

diwilayah kerjanya.1 Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, Puskesmas

mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga. 1 Hal ini

4
bertujuan untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan

kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.1

Menurut pasal 5 Permenkes Nomor 43 tahun 2019, Puskesmas memiliki dua fungsi

utama yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan

perseorangan (UKP) tingkat pertama yang mengedepankan upaya pencegahan promotif dan

preventif untuk mencapai tujuan pembangunan di bidang kesehatan yaitu meraih derajat

kesehatan yang maksimal di daerah kerjanya.1,7

Dalam menyelenggarakan fungsi upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama di

wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk1:

a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan

masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam

bidang kesehehatan

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan

pimpinan wilayah dan sektor lain yang terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan Puskesmas

dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya

manusia Puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

5
h. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga, kelompok dan

masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial, budaya

dan spiritual

i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayanan kesehatan

j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada dinas

kesehatan daerah, melaksanakan sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit

k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga

l. Melakukan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan

rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas.

Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan tingkat

pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk1:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan

preventif

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada individu, berfokus pada

keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan masyarakat

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan kesehatan, keamanan,

keselamatan pasien, petugas pengunjung dan lingkungan kerja

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama

inter dan antar profesi

e. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis


6
f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan

g. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya

manusia Puskesmas

h. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan

2.2. Limbah Medis

Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari suatu layanan kesehatan, termasuk

semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan

laboratorium.8 Limbah tersebut dapat berbentuk padat, cair, maupun gas. 9 limbah medis di

Indonesia tergolong ke dalam limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). 4 Pengelolaan

limbah B3 dilakukan dengan prinsip kewaspadaan dan menggunakan metode pengelolaan

limbah yang aman dan ramah lingkungan.4

Jenis-jenis limbah medis padat yang dapat dihasilkan dari suatu layanan kesehatan

adalah8: dibuat tabel

1. Sampah medis tajam : syringe, jarum suntik dan spuit, pecahan

gelas/ botol/ ampul, lancet, vial, scalpel

2. Sampah infeksius : kapas, perban, selang darah, plester, kateter,

kantung transfusi darah/ cairan, pembalut

wanita,

3. Sampah non-infeksius : berasal dari kegiatan dapur, perkantoran,

pemeliharaan tanaman.

4. Sampah sitotoksik : botol-botol bekas kemoterapi.

7
5. Sampah radiologi : fixer dan developer

6. Sampah farmasi : obat-obat kadaluarsa

2.2.1. Limbah Medis B3 pada Puskesmas

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan akan menghasilkan limbah baik limbah non

domestik/ limbah non infeksius dan limbah yang dikategorikan sebagai sisa buangan dari

kegiatan pelayanan kesehatan dan tindakan medis yang masuk dalam kategori limbah B3. 10

Limbah medis Puskesmas berasal dari pelayanan gawat darurat, pelayanan kefarmasian,

pelayanan laboratorium, pelayanan persalinan, poli gigi, poli kesehatan ibu dan anak, ruang

rawat inap.10,3

Jenis limbah yang umunya dihasilkan oleh Puskesmas yaitu3:

a. Limbah infeksius benda tajam : jarum suntik, jarum lancet, pisau bedah,

ampul, vial

b. Limbah infeksius : masker, kasa, kapas, diapers, tisu,

handscoen, dan botol plastik bekas ludah pasien TBC, botol obat.

c. Limbah toksik farmasi : obat kadaluarsa

d. Limbah cair : sisa reagen dan air bekas cucian peralatan

laboratorium.

2.2.2. Pengelolaan Limbah Medis B3 di Puskesmas

Upaya pengelolaan limbah medis di Puskesmas meliputi kegiatan pengurangan,

penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, penguburan dan/ atau penimbunan.11

Pengurangan

8
Tata cara pengurangan limbah B3 yang tertera dalam PermenLHK nomor 56 tahun 2015

yaitu11:

1. Pengurangan (reduce).

Kegiatan penguranan dapat dilakukan dengan eliminasi keseluruan material

berbahaya atau material yang lebih sedikit menghasilkan limbah, seperti:

a. Perbaikan tata kelola lingkungan (good house keeping) melalui eliminasi

penggunaan penyegar udara kimiawi yang melepaskan material B3 berupa

formaldehida, distilat minyak bumi, dll

b. Mengganti thermometer merkuri dengan thermometer digital atau elektronik

c. Menerapkan sistem “pertama masuk pertama keluar” (FIFO, first in first out)

dalam penggunaan produk atau bahan kimia.

d. Melakukan pengadaan produk atau bahan kimia dalam jumlah yang kecil

dibandingkan membeli sekaligus dalam jumlah besar, terutama untuk bahan yang

tidak stabil (mudah kadaluarsa) atau frekuensi penggunaannya tidak dapat

ditentukan

e. Menggunakan produk atau bahan kimia sampai habis

f. Selalu memastikan tanggal kadaluarsa seluruh produk pada saat diantar oleh

pemasok yang disesuaikan dengan kecepatan konsumsi terhadap produk tersebut

2. Penggunaan kembali (reuse)

Penggunaan kembali tidak hanya dengan mencari penggunaan lain dari suatu produk,

tetapi yang paling penting yaitu menggunakan kembali suatu produk berulang-ulang

sesuai fungsinya.11 Dorongan untuk melakukan penggunaan kembali akan lebih

mengarahkan pada pemilihan produk yang dapat digunakan kembali dibandingkan


9
dengan produk sekali pakai.11 Pemilihan produk yang dapat digunakan kembali akan

turut meningkatkan standar desinfeksi dan sterilisasi terhadap peralatan atau material

yang digunakan kembali.11

Peralatan medis atau peralatan lainnya yang digunakan di fasilitas pelayanan

kesehatan yang dapat digunakan kembali antara lain: scalpel, dan botol atau kemasan

dari kaca.11 Setelah digunakan peralatan tersebut harus dikumpulkan, dicuci dan

disterilisasi menggunakan peralatan atau metode yang telah disetujui atau memiliki izin

seperti autoklaf.11

3. Daur ulang

Beberapa material yang dapat didaurulang antara lain bahan organik, plastik, kertas, kaca

dan logam.11 Daur ulang terhadap material berbahan plastik umumnya dilakukan

terhadap jenis plastik berbahan dasar Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) dan High

Density Polyethylene (HDPE).11 Limbah terkontaminasi zat radioaktif seperti gelas

plastik, kertas, sarung tangan sekali pakai, dan jarum suntik tidak dapat digunakan

kembali atau dilakukan daur ulang.11 Daur ulang limbah medis akan menghindari

terbuangnya sumber daya berharga ke fasilitas penimbunan akhir.11

4. Pengomposan

Pengomposan merupakan salah satu cara penting untuk mengurangi limbah sepetti

makanan buangan, limbah dapur, karton bekas, dan limbah taman. 11 Ketika

pengomposan dilakukan maka membutuhkan lahan yang cukup serta jauh dari ruang

perawatan fasilitas pelayanan kesehatan dan daerah yang dapat diakses masyarakat. 11

10
Teknik pengomposan dapat dilakukan dari cara yang sederhana melalui penumpukan

limbah yang tidak teraerasi hingga dengan teknik pengomposan menggunakan cacing.11

Penyimpanan

Penyimpanan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara menyimpan limbah B3 di

fasilitas penyimpanan limbah B3.11 Menyimpan limbah menggunakan wadah limbah B3

penggunaan warna pada setiap kemasan dan/ atau wadah limbah sesuai dengan karakteristik

limbah dan diberikan simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan (Tabel 2.1). Limbah

harus disimpan dalam kemasan dengan simbol dan label yang jelas. 11 Cara yang paling tepat

untuk memilah limbah adalah sesuai warna kemasan dan label, dan simbolnya (tabel 1). 11

Table 2.1. Kelompok, kode warna simbol dan wadah/ kemasan limbah medis11

11
Tempat pembuangan/ pewadahan yang digunakan berupa bak sampah yang tertutup,

mudah dibersihkan, tidak bocor dan merupakan bak sampah injak, dan disertai kantong

plastik yang warnanya sesuai dengan kategori limbah. 10,12 Wadah diberikan simbol dan label

limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah limbah B3 sesuai kategori/ kelompok

limbah.11 Limbah benda tajam harus dikumpulkan bersama, baik yang telah terkontaminasi

atau tidak.11 Wadah yang digunakan harus tahan terhadap tusukan atau goresan, umumnya

terbuat dari logam, plastik padat atau dari kotak karton (gambar 2.1). 11 Limbah farmasi

dalam jumlah sedikit dapat dikumpulkan bersama limbah infeksius, jika dalam jumlah yang

besar harus dikembalikan ke pemasok.11

Gambar 2.1. Contoh wadah untuk limbah benda tajam.11

Setelah dipilah Limbah B3 harus disimpan pada tempat penyimpanan sementara

limbah B3 yang memiliki izin sesuai peraturan perundang-undangan. 11 Penyimpanan limbah

B3 dapat dilakukan dengan baik apabila limbah B3 telah dilakukan pemilahan yang baik dan

benar, termasuk memasukkan limbah B3 kedalam wadah atau kemasan yang sesuai, dengan

simbol dan label limbah B3.11

TPS LIMBAH : PERSYARATAN/ UKURAN

12
Lama penyimpanan limbah B3 menurut PermenLHK Nomor 56 tahun 2015 yaitu11:

1. 2 hari pada temperatur lebih besar dari 0 o C sejak limbah dihasilkan. Tempat

penyimpanan dapat dilihat pada gambar 2.2.

2. 90 hari pada temperature sama dengan atau lebih kecil dari 0 o C sejak limbah

dihasilkan. Ruang penyimpanan limbah bersuhu rendah dapat dilihat pada gambar

2.3.

Gambar 2.2. Contoh tempat penyimpanan limbah B3 dalam ruangan yang dilengkapi dengan

pembatas akses.

13
Gambar 2.3. Contoh tempat penyimpanan limbah B3 bersuhu rendah.

Untuk kategori limbah B3 bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, radioaktif,

farmasi, dan sitotoksik lama penyimpanan limbah B3 yaitu:

1. Untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg perhari atau lebih disimpan

paling lama 90 hari sejak limbah dihasilkan

2. Untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg disimpan paling lama 180

hari sejak limbah dihasilkan

Penyimpanan limbah B3 sebaiknya dilakukan pada bangunan terpisah dari dari

bangunan utama.

Pengangkutan

Pengangkutan internal: pegumpulan limbah dari tiap ruangan sebaiknya diakukan

setiap pergantian petugas jaga.11 Kantong limbah harus ditutup atau diikat secara kuat

apabila telah terisi ¾ dari volume maksimalnya. 11 Pengangkutan internal dilakukan dengan

alat angkut beroda menuju tempat penyimpanan sementara.11 Personil yang melakukan

pengangkutan limbah harus dilengkapi dengan pakaian yang memenuhi standar K3.11

Pegangkutan eksternal: Dilakukan oleh transporter berijin. 10 Pengangkutan dapat

menggunakan kendaraan roda tiga dengan box tertutup yang dilengkapi dengan simbol-

simbol limbah b3 serta persyaratan lainnya yang telah ditetapkan.10

Pegolahan

Pengolahan limbah B3 menurut PermenLHK Nomor 56 tahun 2015 dapat dilakukan

dengan menggunakan alat autoklaf yang dilengkapi dengan mesin pencacah atau

14
menggunakan incinerator.11,13 Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan oleh penghasil limbah

atau pihak lain yang berizin yang dapat melakukan pengolahan limbah B3.11

Gambar pengolahan ?

PEMILAHAN

2.2.3. Rumah limbah

Rumah limbah adalah tempat penyimpanan limbah medis padat yang mempunyai

sistem pendingin/ refrigerasi dengan suhu ≤ 0 o C. fungsi dari rumah limbah adalah sebagai

temat penyimpanan limbah medis yang mempunyai sistem pendingin dan mampu

menyimpan seluruh limbah medis padat yang dihasilkan dari seluruh Puskesmas di Kota

Jambi. Rumah limbah B3 ini juga berfungsi sebagai depo pemindahan dan tempat

pengolahan limbah B3 tahapan selanjutnya.14

Gambar ?

15
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus

Sumber jurnal diperoleh melalui Google Scholar hierarchy of evidence yang

digunakan adalah Observational Study. Teknik pengumpulan data diperoleh dari

wawancara kepada 20 pengelola limbah medis/ sanitarian Puskesmas di Kota Jambi.

Berdasarkan laporan penelitian Emil dkk (2021) mengenai analisis pengelolaan limbah

medis padat di Puskesmas Kota Jambi, pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat

di Kota Jambi belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan menteri lingkungan hidup dan

kehutanan No 56 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah

bahan bebahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan,

16
dan untuk penilaian pengelolaan Puskesmas di Kota Jambi masuk dalam kategori

cukup.14

Pengelolaan limbah medis Puskesmas kota Jambi meliputi tahapan

pengurangan dan pemilahan, penyimpanan dan pengangkutan. Tahap pengolahan

penguburan dan penimbunan diserahkan kepada pihak ketiga. Berdasarkan hasil

pengamatan dari Emil dkk, tahap pengurangan dan pemilahan di Puskesma Kota

Jambi 80% dari kegiatan tahapan telah dilaksanakan oleh Puskesmas Kota Jambi

diantaranya adalah psukesmas sudah mengganti alat kesehatan bermerkuri dengan

alat digital, selain itu telah dilakukan pemisahan antara limbah medis dan non medis,

puskesmas telah menyediakan wadah limbah medis benda tajam, penempatan wadah

limbah telah ditempatkan berdekatan, wadah ditempatkan ditempat yang mudah

terlihat dan terjangkau serta aman, puskesmas juga telah menyediakan wadah limbah

bahan kimia, logam berat dan limbah farmasi. Kegiatan yang belum sesuai pada

tahapan ini yaitu masih ditemukan penyimpanan barang atau bahan obat, jarum

suntik, vial injeksi yang sudah kadaluarsa sehingga terjadi penumpukan.

Berdasarkan hasil pengamatan dari Emil dkk, didapatkan 76,5%

pelaksanaan tahapan penyimpanan sudah dilaksanakan petugas Puskesmas Kota

Jambi sesuai dengan PermenLHK No 56 Tahun 2015, yaitu petugugas puskesmas

sudah menyimpan limbah medis ditempat penyimpanan sementara (TPS), TPS

memiliki lantai kokoh, kedap air dan drainase yang baik, TPS memiliki sumber air

untuk pembersihan, petugas juga membersihkan TPS sebelum melakukan

penyimpanan limbah medis, menyediakan kantong/ wadah limbah medis di TPS,

17
wadah penampung limbah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, dan kedap air, di

TPS juga tersedia alat kebersihan & APD saat melakukan penyimpanan, petugas

menyimpan limbah medis di kantong/ wadah dengan warna menurut jenis/

karakteristik limbah, mengangkat kantong limbah segera setelah ¾ bagian kantong

terisi, melakukan penutupan secara rapat setelah kantong/ wadah terisi, mencuci dan

melakukan desinfeksi wadah limbah medis setelah dikosongkan dan akan digunakan

lagi, TPS aman jauh dari jangkauan anak-anak, binatang serta pihak tidak

berkepentingan, petugas juga mengunci TPS setelah mengumpulkan limbah medis

agar aman dari yang tidak berkepentingan. Kegiatan yang belum dilaksanakan yaitu

seluruh Puskesmas di Kota Jambi belum memiliki izin TPS limbah medis yang

diterbitkan oleh Dinas Lingkungan Hidup, selain itu belum semua Puskesmas

memberikan label pada wadah/ kantong limbah. Semua Puskesmas belum memiliki

ruang penyimpanan bersuhu rendah. Penyimpanan limbah medis padat yang tidak

menggunakan ruang bersuhu rendah paling lama selama 2 hari sejak limbah

dihasilkan, namun di Puskesmas Kota Jambi lama penyimpanan tanpa ruang bersuhu

rendah bisa lebih dari satu bulan.

Pelaksanaan kegiatan tahapan pengangkutan yang sudah dilaksanakan

petugas Puskesmas sesuai dengan aturan didapatkan sebesar 86% yaitu untuk

pelaksanaan pengangkutan petugas sudah menggunakan alat angkut limbah/ troli ke

TPS limbah, alat angkut wadah/ troli kuat, kokoh, dan tidak bocor, wadah/ troli diisi

¾ limbah dan dalam keadaan tertutup rapat, mencuci dan mendesinfeksi alat angkut/

troli setelah dipakai, pengangkutan limbah medis ke TPS dilakukan setiap hari,

18
menggunakan perlengkapan alat pelindung diri (APD) untuk proses pengangkutan.

Limabh medis yang sudah terkumpul selanjutnya akan diambil oleh pihak ke 3.

Untuk jadwal pengambilan tergantung dari transporter pihak rekanan tersebut, dapat

dilakukan satu bulan sekali bahkan sampai tiga bulan. Pengangkutan yang dilakukan

oleh pihak rekanan belum sesuai dengan peraturan PermenLHK No 56 Tahun 2015,

pengangkutan seharusnya tidak lebih dari dua hari setelah limbah medis disimpan di

TPS Puskesmas. Hal ini tidak bisa dilaksanakan oleh pihak rekanan karena biaya

operasional yang menjadi lebih besar.

Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa masalah pengelolaan limbah medis di Puskesmas Kota

Jambi. Pada tahapan pengurangan dan pemilahan belum berjalan sesuai dengan

peraturan dimana di Puskesmas masi ditemukannya tumpukan bahan/obat kadaluarsa.

Pelabelan pada wadah/ tong limbah medis padat belum dilakukan dengan baik

sehingga masih ditemukan limbah medis yang tercampur atau tidak pada tempatnya.

Tahapan penyimpanan belum berjalan sesuai dengan peraturan dimana Puskesmas di

Kota Jambi belum memiliki izin bangunan tempat penyimpanan limbah sementara

(TPS) yang diterbitkan dari dinas lingkungan hidup, selain itu belum dilakukan

pelabelan pada kantong atau wadah limbah medis oleh petugas. Penyimpanan limbah

medis di Puskesmas belum di simpan di ruang penyimpanan bersuhu rendah.

Penyimpanan limbah medis pada TPS lebih dari waktu maksimal yang telah

ditentukan, bahkan sampai berbulan-bulan. tahapan pengangkutan di Puskesmas Kota

19
Jambi belum membuat jadwal petugas dan waktu pengangkutan ke TPS limbah

sehingga limbah tidak diangkut ke TPS setiap hari karena menunggu wadah terisi

penuh terlebih dahulu. Troli atau wadah penampung yang digunakan untuk

mengangkut limbah medis tidak dicuci atau di desinfeksi oleh petugas.

Analisis Masalah

Penyimpanan limbah medis padat yang tidak menggunakan ruang bersuhu

rendah di Puskesmas Kota Jambi dapat lebih dari satu bulan, hal ini berpotensi pada

terjadinya penumpukan limbah medis di TPS. Masih ditemukan limbah medis yang

bercampur dengan limbah non medis. Pada beberapa ruang pelayanan masih terjadi

penumpukan limbah medis karena petugas tidak melakukan pengangkutan setiap hari.

Untuk penyimpanan limbah medis padat disemua Puskesmas Kota Jambi belum

memiliki ruang penyimpanan bersuhu rendah seperti yang diatur dalam PermenLHK

No 56 Tahun 2015. Pelabelan pada wadah/ tong limbah medis padat belum dilakukan

dengan baik sehingga masih ditemukan limbah medis yang bercampur atau tidak pada

tempatnya. Dari hasil observasi belum ada Puskesmas yang membuat jadwal petugas

yang bertugas mengumpulkan dan mengangkut setiap harinya dan juga belum

membuat jadwal waktu pengangkutan limbah medis dari sumber penghasil ke TPS,

hal ini berpotensi membuat terjadi penumpukan limbah medis diruangan, dan dapat

terjadi penyebaran infeksi. Selain itu, troli atau wadah penampung yang telah

digunakan untuk pengangkutan limbah tidak dicuci atau di desinfeksi oleh petugas.

Pengangkutan yang dilakukan oleh rekanan tidak sesuai aturan. Rekanan melakukan

20
pengangkutan seharusnya tidak lebih dari dua hari setelah limbah medis disimpan di

TPS Puskesmas. Hal ini tidak bisa dilaksanakan oleh pihak rekanan karena biaya

operasional menjadi lebih besar. Masih ditemukannya tumpukan bahan/ obat

kadaluarsa. Semua Puskesmas di Kota Jambi belum memiliki izin tempat

penyimpanan limbah medis yang diterbitkan oleh Dinas Lingkungan Hidup.

Prioritas Masalah

Prioritas masalah yang terjadi di Puskesmas Kota Jambi dapat ditentukan

dengan diagram fishbone atau yang lebih dikenal dengan Ishikawa. Diagram fishbone

merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi dan secara

grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan

suatu permasalahan. Permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari

diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab

permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya.

1. Mother nature / environtment (Ligkungan)

a. Penumpukan limbah medis pada TPS lebih dari 1 bulan

b. Penumpukan limbah di ruangan karena limbah tidak diuang setiap

hari.

2. Methods (Metode)

a. Wadah/ tong limbah medis belum diberi label

b. Troli untuk mengangkut limbah tidak dicuci setelah selesai

pengangkutan

c. Pengangkutan limbah dari ruangan menunggu wadah penuh

21
d. Penumpukan obat kadaluarsa

3. Manpower (Sumber Daya Manusia)

a. Kurangnya kesadaran nakes tentang bahaya limbah infeksius

4. Machine and Equipment (Mesin dan Peralatan)

a. TPS tidak memiliki izin

b. Belum memiliki TPS bersuhu rendah

5. Money (Dana)

a. Limbah medis dilakukan pengangkutan dari TPS 3 bulan sekali

akibat kurangnya biaya operasional

Gambar 3.1. Analisis Fishbone Kasus 1

22
Alternatif Pemecahan masalah

Upaya yang dapat dilakukan agar pengelolaan limbah medis di Puskesmas

Kota Jambi dapat terselenggara dengan baik adalah dengan melakukan beberapa

perbaikan yaitu Puskesmas membuat usulan permintaan bahan/ obat sesuai dengan

kebutuhan dan pengecekan kesesuaian pada saat penerimaan bahan/ obat. Petugas

segera melakukan pelabelan pada tiap wadah sesuai dengan jenis limbah. pengurusan

surat izin legalisasi dan kelengkapan administrasi untuk TPS ke Dinas Lingkungan

Hidup. Puskesmas membuat permintaan ke dinas terkait agar limbah medis di

Puskesmas bisa disimpan di ruang bersuhu rendah. Petugas membuat jadwal dan

waktu pengangkutan limbah ke TPS agar tidak terjadi penumpukan dan melebihi

batas waktu penyimpanan limbah. Petugas mengingatkan dan menegaskan kembali

SOP dari tiap tahapan pengelolaan limbah medis padat.

Tabel. 3.1. Alternatif Pemecahan Masalah

No Penyebab masalah Alternatif pemecahan masalah


1 Penumpukan obat kadaluarsa Puskesmas membuat usulan permintaan
bahan/ obat sesuai dengan kebutuhan dan
pengecekan kesesuaian pada saat
penerimaan bahan/ obat
2 Wadah tidak diberikan label Petugas segera melakukan pelabelan pada
sehingga limbah medis dan non- tiap wadah sesuai dengan jenis limbah.
medis dapat tercampur
3 TPS tidak memiliki izin Pengurusan surat izin legalisasi dan
kelengkapan administrasi untuk TPS ke
Dinas Lingkungan Hidup.

23
4 Pengangkutan limbah medis dari Puskesmas membuat permintaan ke dinas
TPS dilakukan 3 bulan sekali terkait agar limbah medis di Puskesmas
bisa disimpan di ruang bersuhu rendah
sehingga dapat menyimpan limbah lebih
lama
5 Penumpukan limbah diruangan Petugas membuat jadwal dan waktu
akibat menunggu wadah penuh pengangkutan limbah ke TPS agar tidak
terjadi penumpukan dan melebihi batas
waktu penyimpanan limbah
6 Kurangnya kesadaran nakes tentang Petugas mengingatkan dan menegaskan
bahaya limbah infeksius kembali SOP dari tiap tahapan
pengelolaan limbah medis padat.

Kasus 2

24
Sumber jurnal diperoleh melalui bukti publikasi yang didapat dari google
scholar. hierarchy of evidence yang digunakan adalah Observational Study. Teknik
pengumpulan data diperoleh dari wawancara mendalam dan pengamatan langsung
kepata 11 informan dari Puskesma Pangi Kabupaten Parigi Moutong. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Mirawati dkk (2019) mengenai Analisis Sistim
Pengelolaan Limbah Medis Padat B3 di Puskesmas Pangi Kabupaten Parigi Moutong
bahwa pengelolaan limbah medis di Puskesma Pangi secara keseluruhan belum sesuai
dengan PermenLHK No 56 tahun 2015 mengenai tata cara dan teknis pengelolaan
limbah B3 di Fasyankes.15

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah B3


salah satunya yaitu menghindari penggunaan alat kesehatan yang mengandung B3.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh mirawati dalam
penelitian ini didapatkan bahwa petugas pelayanan mengaku masih memakai tensi
meter air raksa yang disediakan oleh puskesmas.15

Kunci pengelolaan limbah medis di fasilitas pelayanan kesehatan secara


efektif adalah pemisahan dan identifikasi, hal ini merupakan tanggung jawab dari
penghasil limbah. Cara yang paling tepat untuk mengidentifikasi kategori limbah
adalah dengan melakukan pemilahan atau pemisahan limbah berdasarkan kode warna
pada kantong warna di tong sampah atau wadah limbah medis. Pada Puskesmas Pangi
hanya disediakan dua tong sampah yang diberi label tetapi tidak diberikan kode
warna yang sesuai standar.15

Puskesmas Pangi hanya menyediakan tempat penyimpanan sementara limbah


benda tajam, dan tidak menyediakan tempat penyimpanan limbah medis serta non
medis. Limbah tersebut setelah diambil dari sumbernya langsung diangkut dan
dibuang ada bak sampah yang berada di belakang Puskesmas tanpa melakukan proses
penyimpanan sementara. Pada proses pengumpulan limbah, limbah medis yang
dikumpulkan dari masing-masing unit pelayanan dikumpulkan disuatu tempat
tertutup dan terbuka tanpa mengganti kembali kantong pada wadah pembuangan
limbah medis. 15

25
Pada proses pengangkutan limbah medis, Puskesmas Pangi belum
menyediakan alat pengangkut limbah seperti container ataupun troli pengangkut
limbah. Limbah medis yang dikumpulkan tadi disatukan dalam sebuah wadah terbuka
yang berukuran agak besar dan langsung membuangnya pada bak sampah yang
berada dibelakang puskesmas. Pengangkutan limbah medis seharusnya menggunakan
container khusus yang kuat dan tidak bocor atau menggunakan kereta dorong untuk
mencegah kontaminasi atau infeksi yang ditularkan oleh agen pembawa penyakit
yang ada pada limbah medis.15

Proses akhir penanganan limbah medis di Puskesmas Pangi dibuang dalam


bak sampah yang berukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 1,5 m dan setelah penuh
kemudian dilakukan pembakaran biasa dengan tidak memisahkan antara sampah
medis maupun non medis. Untuk benda tajam seperti jarum suntik dilakukan dengan
cara menggali lubang dan menimbun limbah tajam tersebut.15

Pengelolaan limbah medis merupakan proses yang dapat membahayakan bagi


petugas yang melakukannya, karna pada saat pemilahan atau pengangkutan limbah
medis tersebut petugas dapat tertusuk atau terpapar limbah infeksius. Puskesmas
Pangi belum menyediakan alat pelindung diri untuk petugas yang melakukan
pengelolaan limbah di Puskesmas. Hal ini terjadi akibat keterbatasan anggaran yang
ada di puskesmas.15

Indentifikasi masalah

Kendala yang terjadi pada Puskesmas Kota Pangi yaitu belum dijalankannya
tahapan pengurangan, salah satunya adalah masih menggunakan tensi meter yang
menggunakan air raksa. Puskesmas Pangi hanya menyediakan dua tong sampah yang
diberikan label namun tidak diberikan kode warna yang sesuai standar. Selain itu
Puskesmas Pangi hanya menyediakan tempat penyimpanan sementara limbah benda
tajam dan tidak menyediakan tempat penyimpanan limbah medis dan non medis.
Pada proses pengumpulan limbah, limbah medis yang dikumpulkan dari masing-

26
masing unit pelayanan dikumpulkan disuatu tempat tertutup dan terbuka tanpa
mengganti kembali kantong pada wadah limbah medis. Limbah yang telah diambil
dari sumbernya diangkut dan dibuang pada bak sampah yang berada di belakang
Puskesmas tanpa melakukan proses penyimpanan sementara. Pada proses
pengangkutan limbah medis, Puskesmas Pangi belum menyediakan alat pengangkut
limbah seperti container ataupun troli pengangkut limbah. Proses akhir penanganan
limbah medis di Puskesmas Pangi dibuang dalam bak sampah, setelah penuh
kemudian dilakukan pembakaran biasa dengan tidak memisahkan antara sampah
medis maupun non medis. Untuk benda tajam seperti jarum suntik dilakukan dengan
cara menggali lubang dan menimbun limbah tajam tersebut. Puskesmas belum
menyediakan alat pelindung diri untuk petugas yang melakukan pengelolaan limbah
di Puskesmas.

Analisis masalah

Puskesmas Parigi masih menyediakan alat kesehatan yang mengandung B3

yaitu tensi air raksa. Terdapat wadah limbah medis yang masih tidak mempunyai

tutup pada masing-masing unit pelayanan puskesmas. Puskesmas belum memberikan

label atau kode warna pada wadah pembuangan limbah. Proses pengumpulan limbah

medis dari masing-masing unit pelayanan dilakukan tanpa mengganti kantong yang

berada pada wadah limbah B3. Proses akhir dari penanganan limbah B3 di Puskesmas

Pangi dilakukan dengan cara pembakaran biasa di halaman belakang Puskesmas dan

untuk limbah tajam dilakukan penguburan. Pembakaran dan penguburan dilakukan

akibat Puskesmas Pangi belum memiliki fasilitas Incenerator. Puskesmas Pangi

belum menyediakan APD untuk pengelola limbah B3 di puskesmas. Hal ini karena

keterbatasan anggaran yang ada di Puskesmas.

27
Prioritas masalah

Prioritas masalah yang terjadi di Puskesmas Pangi dapat dilakukan dengan

diagram fishbone atau yang lebih dikenal dengan Ishikawa.

1. Mother Nature (Lingkungan)

a. Pengolahan limbah medis. dilakukan dengan pembakaran biasa

b. Wadah limbah medis tidak tertutup

2. Methods (Metode)

a. Pembuangan limbah medis dan non medis yang sudah terpisah

kenyataannya masih tercampur.

b. Tidak mengganti kembali kantong pada wadah limbah medis

c. Tidak memberikan kode warna pada wadah limbah

d. Tidak menggunakan APD saat pengelolaan limbah

3. Manpower (Sumber daya manusia)

a. Kurangnya kesadaran nakes tentang bahaya limbah medis

b. Petugas kebersihan masih membakar sampah

4. Machine and equipment (sarana dan prasarana)

a. Puskesmas belum memiliki incinerator

b. Tidak memiliki container atau troli pengangkut limbah

c. Tidak memiliki tensi digital

5. Money

a. Keterbatasan anggaran pengelolaan limbah di Puskesmas

28
Gambar 3.2. Analisis Diagram Fishbone Kasus 2

Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 3.2 Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab masalah Alternatif pemecahan masalah
1 Tidak memiliki tensi digital dan Puskesmas membuat usulan permintaan
troli pengangkut limbah penggantian tensi air raksa ke tensi digital
dan troli pengankut limbah
2 Wadah tidak diberikan label kode Petugas segera melakukan pelabelan pada
warna tiap wadah sesuai dengan jenis limbah.
3 Tidak mengganti kantong pada Petugas segera melakukan penggantian
wadah limbah di unit-unit kantong tiap wadah setelah melakukan
pelayanan saat pengumpulan pengumpulan limbah.
limbah.
4 Petugas tidak menggunakan APD Menyediakan APD untuk pengelolaan
saat pengelolaan limbah limbah medis seperti masker, sarung
tangan tebal, dll

29
5 Pembuangan limbah medis yang Membuat SOP pengelolaan limbah medis
sudah terpisah pada akhirnya masih dan non medis dan di lakukan pemantauan
tercampur dengan limbah non berkala
medis
6 Pengolahan limbah medis dengan Melakukan kerjasama dengan rumah sakit
cara pembakaran biasa akibat yang memiliki incinerator atau perusahaan
Puskesmas tidak memiliki pemusnah limbah medis untuk dilakukan
incinerator pemusnahan sesuai aturan Permen LHK
No 56 tahun 2015
7 Kurangnya kesadaran nakes tentang Petugas mengingatkan dan menegaskan
bahaya limbah infeksius kembali SOP dari tiap tahapan
pengelolaan limbah medis padat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mirawati dkk tentang Analisis


Sistim Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas Pangi Kabupaten Parigi
Moutong pada tahun 2019 menyatakan bahwa proses pengelolaan limbah medis di
Puskesmas Pangi belum sesuai dengan ketentuan yaitu peraturan Menteri LHK No 56
Tahun 2015. Kondisi ini mirip dengan yang terjadi di Puskesmas Pangi Kabupaten
Parigi Moutong. Kendala yang terjadi pada Puskesmas Kota Pangi yaitu belum
dijalankannya tahapan pengurangan, salah satunya adalah masih menggunakan tensi
meter yang menggunakan air raksa. Cara yang tepat untuk mengidentifikasi kategori
limbah adalah dengan melakukan pemilahan atau pemisahan berdasarkan kode
warna. Puskesmas Pangi hanya menyediakan dua tong sampah yang diberikan label
namun tidak diberikan kode warna yang sesuai standar. Selain itu Puskesmas Pangi
hanya menyediakan tempat penyimpanan sementara limbah benda tajam dan tidak
menyediakan tempat penyimpanan lmbah medis dan non medis. Limbah yang telah
diambil dari sumbernya diangkut dan dibuang pada bak sampah yang berada di
belakang Puskesmas tanpa melakukan proses penyimpanan sementara. Proses akhir
pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Pangi yaitu melalui pembakaran.15

30
BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan kedua kasus yang diangkat dari peneliatan yang dilakukan oleh Emil dkk

mengenai analisis pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Kota Jambi, dan

penelitian Mirawati dkk tentang Analisis sistim pengelolaan limbah medis padat di

Puskesmas Pangi Kabupaten Moutong, pengelolaan limbah medis B3 di kedua

puskesmas ini belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup No 56 tahun 2015. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor disebabkan

oleh beberapa faktor seperti Mother Nature/Environment (Lingkungan) penumpukan

limbah diruangan dan di TPS melewati batas waktu yang ditetapkan, pembakaran

limbah medis yang dapat berbahaya pada lingkungan sekitar, dan wadah limbah

medis di unit pelayanan yang tidak tertutup yang dapat menyebarkan agen infeksi.

Methods (Metode) wadah tidak diberikan label sehingga limbah medis dan non-medis

dapat tercampur, troli/ wadah tidak dicuci atau didesinfeksi, pengangkutan limbah

dari rungan menunggu wadah penuh, penumpukan obat kadaluarsa, kantong limbah

yang tidak diganti, dan tidak menggunakan APD yang dapat membahayakan petugas

pengelola limbah medis. Manpower (Sumber Daya Manusia) yaitu kurangnya

kesadaran nakes tentang bahaya limbah infeksius, Machines and equipment (mesin

dan peralatan) seperti TPS yang tidak memiliki izin dan tidak terdapat TPS bersuhu

rendah, puskesmas masih menggunakan tensi air raksa, dan tidak adanya troli

31
pengangkutan limbah yang kuat dan kokoh, dan Money (Keuangan) berupa

kurangnya dana operasional dan anggaran Puskesmas untuk pengelolaan limbah.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang


Puskesmas.
2. Nor S. Pelaksanaan Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Long Kali
kabupaten Paser. eJournal Ilmu Pemerintahan. 2017; 5(1): 305-314
3. Putra HMM, Catur T. Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas
Cikarang bekasi. Jurnal Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan. 2020;
7(1): 26-34
4. Teddy P. Permasalahan Limbah Medis Covid 19 Di Indonesia. Info Singkat.
2020;8(9): 13-18
5. Kristianti W. Herwinta, Susmeneli H, Rahayu EP, Sitohang N. Penglolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) Medis Padat. Higeia. 2021; 5(3):
426-440
6. Elpizon, Agus S, Bieng B. Kajian Pengelolaan Limbah Medis di 12 Poli
Umum Puskesmas Kota Bengkulu. NATURALI- Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 2020; 9(1): 157-167
7. Annisa FM, Irvan A, Titing N. Pengetahuan dan Sikap Tenaga Kesehatan
Terhadap Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Salah Satu Rumah Sakit Di
Kota Bandung. JSK. 2017; 3(2): 84-89
8. Alvionita AP. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal kesehatan
lingkungan. 2018; 10(3) 291-298
9. Rosihan A. Pengelolaan Limbah Medis pelayanan kesehatan. Banjarmasin:
Lambung Mangkurat University Press. 2018: 58-59
10. Fadilah N. Studi Pengelolaan Limbah B3 pada Puskesmas di Kabupaten
Sleman. UII. 2018.
11. Anonim. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56
Tahun 2019 Tetang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
12. Masruddin, Beny Y, Surahma AM, Suci IS. Pengelolaan Limbah B3 Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Medis Padat di Puskesmas X. PREPOTIF Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2021; 5(1): 378-386
13. Elsa Y, Desi WK. Pengelolaan Limbah B3 Medis Rumah Sakit Di Sumatera
Barat Pada Masa Pandemi Covid 19. Jurnal Ekologi kesehatan. 2020:
19(3); 148-160.
14. Emil, Jalius, Suandi. Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas
Kota Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan. 2021; 4(1): 44-53
15. Mirawati, Budiman, Tasya Z. Analisis Sistim Pengelolaan Limbah Medis
Padat Di Puskesmas Pangi Kabupaten Parigi Moutong. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palu. 2020: 1-8.

33
34

Anda mungkin juga menyukai