Disusun Oleh:
KELOMPOK 5 INTEGRASI D
2022
PEMBIMBING :
Irma Binarti, drg., MARS
0
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan
merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
hari, Puskesmas menghasilkan limbah medis padat dari kegiatan pada poliklinik ibu dan
anak (KIA), poliklinik umum, posyandu, poliklinik gigi, apotik dan laboratorium.3
diatur dalam peraturan pemerintah peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan
Nomor 56 tahun 2019 tetang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan. 4 Menurut data dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, hanya 6,89%, Puskesmas yang melakukan
pengelolaan limbah medis sesuai dengan standar atau aturan yang berlaku, 47% Puskesmas
yang telah terakreditasi, namun masih banyak yang belum melakukan pengelolaan limbah
medis yang sesuai standar.5 Hal ini menunjukkan pengelolaan limbah medis padat pada
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. 1 Menurut Depkes RI
tahun 2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang knp diulang? bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang
3
Adapun tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas yang
tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas pasal 2
bermutu.
4. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik
4
bertujuan untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan
Menurut pasal 5 Permenkes Nomor 43 tahun 2019, Puskesmas memiliki dua fungsi
utama yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama yang mengedepankan upaya pencegahan promotif dan
preventif untuk mencapai tujuan pembangunan di bidang kesehatan yaitu meraih derajat
bidang kesehehatan
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
manusia Puskesmas
5
h. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga, kelompok dan
dan spiritual
penanggulangan penyakit
preventif
pelayanan kesehatan
manusia Puskesmas
h. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan
Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari suatu layanan kesehatan, termasuk
semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan
laboratorium.8 Limbah tersebut dapat berbentuk padat, cair, maupun gas. 9 limbah medis di
Indonesia tergolong ke dalam limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). 4 Pengelolaan
Jenis-jenis limbah medis padat yang dapat dihasilkan dari suatu layanan kesehatan
wanita,
pemeliharaan tanaman.
7
5. Sampah radiologi : fixer dan developer
Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan akan menghasilkan limbah baik limbah non
domestik/ limbah non infeksius dan limbah yang dikategorikan sebagai sisa buangan dari
kegiatan pelayanan kesehatan dan tindakan medis yang masuk dalam kategori limbah B3. 10
Limbah medis Puskesmas berasal dari pelayanan gawat darurat, pelayanan kefarmasian,
pelayanan laboratorium, pelayanan persalinan, poli gigi, poli kesehatan ibu dan anak, ruang
rawat inap.10,3
a. Limbah infeksius benda tajam : jarum suntik, jarum lancet, pisau bedah,
ampul, vial
handscoen, dan botol plastik bekas ludah pasien TBC, botol obat.
laboratorium.
Pengurangan
8
Tata cara pengurangan limbah B3 yang tertera dalam PermenLHK nomor 56 tahun 2015
yaitu11:
1. Pengurangan (reduce).
c. Menerapkan sistem “pertama masuk pertama keluar” (FIFO, first in first out)
d. Melakukan pengadaan produk atau bahan kimia dalam jumlah yang kecil
dibandingkan membeli sekaligus dalam jumlah besar, terutama untuk bahan yang
ditentukan
f. Selalu memastikan tanggal kadaluarsa seluruh produk pada saat diantar oleh
Penggunaan kembali tidak hanya dengan mencari penggunaan lain dari suatu produk,
tetapi yang paling penting yaitu menggunakan kembali suatu produk berulang-ulang
turut meningkatkan standar desinfeksi dan sterilisasi terhadap peralatan atau material
kesehatan yang dapat digunakan kembali antara lain: scalpel, dan botol atau kemasan
dari kaca.11 Setelah digunakan peralatan tersebut harus dikumpulkan, dicuci dan
disterilisasi menggunakan peralatan atau metode yang telah disetujui atau memiliki izin
seperti autoklaf.11
3. Daur ulang
Beberapa material yang dapat didaurulang antara lain bahan organik, plastik, kertas, kaca
dan logam.11 Daur ulang terhadap material berbahan plastik umumnya dilakukan
terhadap jenis plastik berbahan dasar Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) dan High
plastik, kertas, sarung tangan sekali pakai, dan jarum suntik tidak dapat digunakan
kembali atau dilakukan daur ulang.11 Daur ulang limbah medis akan menghindari
4. Pengomposan
Pengomposan merupakan salah satu cara penting untuk mengurangi limbah sepetti
makanan buangan, limbah dapur, karton bekas, dan limbah taman. 11 Ketika
pengomposan dilakukan maka membutuhkan lahan yang cukup serta jauh dari ruang
perawatan fasilitas pelayanan kesehatan dan daerah yang dapat diakses masyarakat. 11
10
Teknik pengomposan dapat dilakukan dari cara yang sederhana melalui penumpukan
limbah yang tidak teraerasi hingga dengan teknik pengomposan menggunakan cacing.11
Penyimpanan
penggunaan warna pada setiap kemasan dan/ atau wadah limbah sesuai dengan karakteristik
limbah dan diberikan simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan (Tabel 2.1). Limbah
harus disimpan dalam kemasan dengan simbol dan label yang jelas. 11 Cara yang paling tepat
untuk memilah limbah adalah sesuai warna kemasan dan label, dan simbolnya (tabel 1). 11
Table 2.1. Kelompok, kode warna simbol dan wadah/ kemasan limbah medis11
11
Tempat pembuangan/ pewadahan yang digunakan berupa bak sampah yang tertutup,
mudah dibersihkan, tidak bocor dan merupakan bak sampah injak, dan disertai kantong
plastik yang warnanya sesuai dengan kategori limbah. 10,12 Wadah diberikan simbol dan label
limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah limbah B3 sesuai kategori/ kelompok
limbah.11 Limbah benda tajam harus dikumpulkan bersama, baik yang telah terkontaminasi
atau tidak.11 Wadah yang digunakan harus tahan terhadap tusukan atau goresan, umumnya
terbuat dari logam, plastik padat atau dari kotak karton (gambar 2.1). 11 Limbah farmasi
dalam jumlah sedikit dapat dikumpulkan bersama limbah infeksius, jika dalam jumlah yang
B3 dapat dilakukan dengan baik apabila limbah B3 telah dilakukan pemilahan yang baik dan
benar, termasuk memasukkan limbah B3 kedalam wadah atau kemasan yang sesuai, dengan
12
Lama penyimpanan limbah B3 menurut PermenLHK Nomor 56 tahun 2015 yaitu11:
1. 2 hari pada temperatur lebih besar dari 0 o C sejak limbah dihasilkan. Tempat
2. 90 hari pada temperature sama dengan atau lebih kecil dari 0 o C sejak limbah
dihasilkan. Ruang penyimpanan limbah bersuhu rendah dapat dilihat pada gambar
2.3.
Gambar 2.2. Contoh tempat penyimpanan limbah B3 dalam ruangan yang dilengkapi dengan
pembatas akses.
13
Gambar 2.3. Contoh tempat penyimpanan limbah B3 bersuhu rendah.
Untuk kategori limbah B3 bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, radioaktif,
2. Untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg disimpan paling lama 180
bangunan utama.
Pengangkutan
setiap pergantian petugas jaga.11 Kantong limbah harus ditutup atau diikat secara kuat
apabila telah terisi ¾ dari volume maksimalnya. 11 Pengangkutan internal dilakukan dengan
alat angkut beroda menuju tempat penyimpanan sementara.11 Personil yang melakukan
pengangkutan limbah harus dilengkapi dengan pakaian yang memenuhi standar K3.11
menggunakan kendaraan roda tiga dengan box tertutup yang dilengkapi dengan simbol-
Pegolahan
dengan menggunakan alat autoklaf yang dilengkapi dengan mesin pencacah atau
14
menggunakan incinerator.11,13 Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan oleh penghasil limbah
atau pihak lain yang berizin yang dapat melakukan pengolahan limbah B3.11
Gambar pengolahan ?
PEMILAHAN
Rumah limbah adalah tempat penyimpanan limbah medis padat yang mempunyai
sistem pendingin/ refrigerasi dengan suhu ≤ 0 o C. fungsi dari rumah limbah adalah sebagai
temat penyimpanan limbah medis yang mempunyai sistem pendingin dan mampu
menyimpan seluruh limbah medis padat yang dihasilkan dari seluruh Puskesmas di Kota
Jambi. Rumah limbah B3 ini juga berfungsi sebagai depo pemindahan dan tempat
Gambar ?
15
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
Berdasarkan laporan penelitian Emil dkk (2021) mengenai analisis pengelolaan limbah
medis padat di Puskesmas Kota Jambi, pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat
di Kota Jambi belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan menteri lingkungan hidup dan
kehutanan No 56 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah
16
dan untuk penilaian pengelolaan Puskesmas di Kota Jambi masuk dalam kategori
cukup.14
pengamatan dari Emil dkk, tahap pengurangan dan pemilahan di Puskesma Kota
Jambi 80% dari kegiatan tahapan telah dilaksanakan oleh Puskesmas Kota Jambi
alat digital, selain itu telah dilakukan pemisahan antara limbah medis dan non medis,
puskesmas telah menyediakan wadah limbah medis benda tajam, penempatan wadah
terlihat dan terjangkau serta aman, puskesmas juga telah menyediakan wadah limbah
bahan kimia, logam berat dan limbah farmasi. Kegiatan yang belum sesuai pada
tahapan ini yaitu masih ditemukan penyimpanan barang atau bahan obat, jarum
memiliki lantai kokoh, kedap air dan drainase yang baik, TPS memiliki sumber air
17
wadah penampung limbah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, dan kedap air, di
TPS juga tersedia alat kebersihan & APD saat melakukan penyimpanan, petugas
terisi, melakukan penutupan secara rapat setelah kantong/ wadah terisi, mencuci dan
melakukan desinfeksi wadah limbah medis setelah dikosongkan dan akan digunakan
lagi, TPS aman jauh dari jangkauan anak-anak, binatang serta pihak tidak
agar aman dari yang tidak berkepentingan. Kegiatan yang belum dilaksanakan yaitu
seluruh Puskesmas di Kota Jambi belum memiliki izin TPS limbah medis yang
diterbitkan oleh Dinas Lingkungan Hidup, selain itu belum semua Puskesmas
memberikan label pada wadah/ kantong limbah. Semua Puskesmas belum memiliki
ruang penyimpanan bersuhu rendah. Penyimpanan limbah medis padat yang tidak
menggunakan ruang bersuhu rendah paling lama selama 2 hari sejak limbah
dihasilkan, namun di Puskesmas Kota Jambi lama penyimpanan tanpa ruang bersuhu
petugas Puskesmas sesuai dengan aturan didapatkan sebesar 86% yaitu untuk
TPS limbah, alat angkut wadah/ troli kuat, kokoh, dan tidak bocor, wadah/ troli diisi
¾ limbah dan dalam keadaan tertutup rapat, mencuci dan mendesinfeksi alat angkut/
troli setelah dipakai, pengangkutan limbah medis ke TPS dilakukan setiap hari,
18
menggunakan perlengkapan alat pelindung diri (APD) untuk proses pengangkutan.
Limabh medis yang sudah terkumpul selanjutnya akan diambil oleh pihak ke 3.
Untuk jadwal pengambilan tergantung dari transporter pihak rekanan tersebut, dapat
dilakukan satu bulan sekali bahkan sampai tiga bulan. Pengangkutan yang dilakukan
oleh pihak rekanan belum sesuai dengan peraturan PermenLHK No 56 Tahun 2015,
pengangkutan seharusnya tidak lebih dari dua hari setelah limbah medis disimpan di
TPS Puskesmas. Hal ini tidak bisa dilaksanakan oleh pihak rekanan karena biaya
Identifikasi Masalah
Jambi. Pada tahapan pengurangan dan pemilahan belum berjalan sesuai dengan
Pelabelan pada wadah/ tong limbah medis padat belum dilakukan dengan baik
sehingga masih ditemukan limbah medis yang tercampur atau tidak pada tempatnya.
Kota Jambi belum memiliki izin bangunan tempat penyimpanan limbah sementara
(TPS) yang diterbitkan dari dinas lingkungan hidup, selain itu belum dilakukan
pelabelan pada kantong atau wadah limbah medis oleh petugas. Penyimpanan limbah
Penyimpanan limbah medis pada TPS lebih dari waktu maksimal yang telah
19
Jambi belum membuat jadwal petugas dan waktu pengangkutan ke TPS limbah
sehingga limbah tidak diangkut ke TPS setiap hari karena menunggu wadah terisi
penuh terlebih dahulu. Troli atau wadah penampung yang digunakan untuk
Analisis Masalah
rendah di Puskesmas Kota Jambi dapat lebih dari satu bulan, hal ini berpotensi pada
terjadinya penumpukan limbah medis di TPS. Masih ditemukan limbah medis yang
bercampur dengan limbah non medis. Pada beberapa ruang pelayanan masih terjadi
penumpukan limbah medis karena petugas tidak melakukan pengangkutan setiap hari.
Untuk penyimpanan limbah medis padat disemua Puskesmas Kota Jambi belum
memiliki ruang penyimpanan bersuhu rendah seperti yang diatur dalam PermenLHK
No 56 Tahun 2015. Pelabelan pada wadah/ tong limbah medis padat belum dilakukan
dengan baik sehingga masih ditemukan limbah medis yang bercampur atau tidak pada
tempatnya. Dari hasil observasi belum ada Puskesmas yang membuat jadwal petugas
yang bertugas mengumpulkan dan mengangkut setiap harinya dan juga belum
membuat jadwal waktu pengangkutan limbah medis dari sumber penghasil ke TPS,
hal ini berpotensi membuat terjadi penumpukan limbah medis diruangan, dan dapat
terjadi penyebaran infeksi. Selain itu, troli atau wadah penampung yang telah
digunakan untuk pengangkutan limbah tidak dicuci atau di desinfeksi oleh petugas.
Pengangkutan yang dilakukan oleh rekanan tidak sesuai aturan. Rekanan melakukan
20
pengangkutan seharusnya tidak lebih dari dua hari setelah limbah medis disimpan di
TPS Puskesmas. Hal ini tidak bisa dilaksanakan oleh pihak rekanan karena biaya
Prioritas Masalah
dengan diagram fishbone atau yang lebih dikenal dengan Ishikawa. Diagram fishbone
diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab
hari.
2. Methods (Metode)
pengangkutan
21
d. Penumpukan obat kadaluarsa
5. Money (Dana)
22
Alternatif Pemecahan masalah
Kota Jambi dapat terselenggara dengan baik adalah dengan melakukan beberapa
perbaikan yaitu Puskesmas membuat usulan permintaan bahan/ obat sesuai dengan
kebutuhan dan pengecekan kesesuaian pada saat penerimaan bahan/ obat. Petugas
segera melakukan pelabelan pada tiap wadah sesuai dengan jenis limbah. pengurusan
surat izin legalisasi dan kelengkapan administrasi untuk TPS ke Dinas Lingkungan
Puskesmas bisa disimpan di ruang bersuhu rendah. Petugas membuat jadwal dan
waktu pengangkutan limbah ke TPS agar tidak terjadi penumpukan dan melebihi
23
4 Pengangkutan limbah medis dari Puskesmas membuat permintaan ke dinas
TPS dilakukan 3 bulan sekali terkait agar limbah medis di Puskesmas
bisa disimpan di ruang bersuhu rendah
sehingga dapat menyimpan limbah lebih
lama
5 Penumpukan limbah diruangan Petugas membuat jadwal dan waktu
akibat menunggu wadah penuh pengangkutan limbah ke TPS agar tidak
terjadi penumpukan dan melebihi batas
waktu penyimpanan limbah
6 Kurangnya kesadaran nakes tentang Petugas mengingatkan dan menegaskan
bahaya limbah infeksius kembali SOP dari tiap tahapan
pengelolaan limbah medis padat.
Kasus 2
24
Sumber jurnal diperoleh melalui bukti publikasi yang didapat dari google
scholar. hierarchy of evidence yang digunakan adalah Observational Study. Teknik
pengumpulan data diperoleh dari wawancara mendalam dan pengamatan langsung
kepata 11 informan dari Puskesma Pangi Kabupaten Parigi Moutong. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Mirawati dkk (2019) mengenai Analisis Sistim
Pengelolaan Limbah Medis Padat B3 di Puskesmas Pangi Kabupaten Parigi Moutong
bahwa pengelolaan limbah medis di Puskesma Pangi secara keseluruhan belum sesuai
dengan PermenLHK No 56 tahun 2015 mengenai tata cara dan teknis pengelolaan
limbah B3 di Fasyankes.15
25
Pada proses pengangkutan limbah medis, Puskesmas Pangi belum
menyediakan alat pengangkut limbah seperti container ataupun troli pengangkut
limbah. Limbah medis yang dikumpulkan tadi disatukan dalam sebuah wadah terbuka
yang berukuran agak besar dan langsung membuangnya pada bak sampah yang
berada dibelakang puskesmas. Pengangkutan limbah medis seharusnya menggunakan
container khusus yang kuat dan tidak bocor atau menggunakan kereta dorong untuk
mencegah kontaminasi atau infeksi yang ditularkan oleh agen pembawa penyakit
yang ada pada limbah medis.15
Indentifikasi masalah
Kendala yang terjadi pada Puskesmas Kota Pangi yaitu belum dijalankannya
tahapan pengurangan, salah satunya adalah masih menggunakan tensi meter yang
menggunakan air raksa. Puskesmas Pangi hanya menyediakan dua tong sampah yang
diberikan label namun tidak diberikan kode warna yang sesuai standar. Selain itu
Puskesmas Pangi hanya menyediakan tempat penyimpanan sementara limbah benda
tajam dan tidak menyediakan tempat penyimpanan limbah medis dan non medis.
Pada proses pengumpulan limbah, limbah medis yang dikumpulkan dari masing-
26
masing unit pelayanan dikumpulkan disuatu tempat tertutup dan terbuka tanpa
mengganti kembali kantong pada wadah limbah medis. Limbah yang telah diambil
dari sumbernya diangkut dan dibuang pada bak sampah yang berada di belakang
Puskesmas tanpa melakukan proses penyimpanan sementara. Pada proses
pengangkutan limbah medis, Puskesmas Pangi belum menyediakan alat pengangkut
limbah seperti container ataupun troli pengangkut limbah. Proses akhir penanganan
limbah medis di Puskesmas Pangi dibuang dalam bak sampah, setelah penuh
kemudian dilakukan pembakaran biasa dengan tidak memisahkan antara sampah
medis maupun non medis. Untuk benda tajam seperti jarum suntik dilakukan dengan
cara menggali lubang dan menimbun limbah tajam tersebut. Puskesmas belum
menyediakan alat pelindung diri untuk petugas yang melakukan pengelolaan limbah
di Puskesmas.
Analisis masalah
yaitu tensi air raksa. Terdapat wadah limbah medis yang masih tidak mempunyai
label atau kode warna pada wadah pembuangan limbah. Proses pengumpulan limbah
medis dari masing-masing unit pelayanan dilakukan tanpa mengganti kantong yang
berada pada wadah limbah B3. Proses akhir dari penanganan limbah B3 di Puskesmas
Pangi dilakukan dengan cara pembakaran biasa di halaman belakang Puskesmas dan
belum menyediakan APD untuk pengelola limbah B3 di puskesmas. Hal ini karena
27
Prioritas masalah
2. Methods (Metode)
5. Money
28
Gambar 3.2. Analisis Diagram Fishbone Kasus 2
29
5 Pembuangan limbah medis yang Membuat SOP pengelolaan limbah medis
sudah terpisah pada akhirnya masih dan non medis dan di lakukan pemantauan
tercampur dengan limbah non berkala
medis
6 Pengolahan limbah medis dengan Melakukan kerjasama dengan rumah sakit
cara pembakaran biasa akibat yang memiliki incinerator atau perusahaan
Puskesmas tidak memiliki pemusnah limbah medis untuk dilakukan
incinerator pemusnahan sesuai aturan Permen LHK
No 56 tahun 2015
7 Kurangnya kesadaran nakes tentang Petugas mengingatkan dan menegaskan
bahaya limbah infeksius kembali SOP dari tiap tahapan
pengelolaan limbah medis padat.
30
BAB 4
KESIMPULAN
Berdasarkan kedua kasus yang diangkat dari peneliatan yang dilakukan oleh Emil dkk
mengenai analisis pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Kota Jambi, dan
penelitian Mirawati dkk tentang Analisis sistim pengelolaan limbah medis padat di
Hidup No 56 tahun 2015. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor disebabkan
limbah diruangan dan di TPS melewati batas waktu yang ditetapkan, pembakaran
limbah medis yang dapat berbahaya pada lingkungan sekitar, dan wadah limbah
medis di unit pelayanan yang tidak tertutup yang dapat menyebarkan agen infeksi.
Methods (Metode) wadah tidak diberikan label sehingga limbah medis dan non-medis
dapat tercampur, troli/ wadah tidak dicuci atau didesinfeksi, pengangkutan limbah
dari rungan menunggu wadah penuh, penumpukan obat kadaluarsa, kantong limbah
yang tidak diganti, dan tidak menggunakan APD yang dapat membahayakan petugas
kesadaran nakes tentang bahaya limbah infeksius, Machines and equipment (mesin
dan peralatan) seperti TPS yang tidak memiliki izin dan tidak terdapat TPS bersuhu
rendah, puskesmas masih menggunakan tensi air raksa, dan tidak adanya troli
31
pengangkutan limbah yang kuat dan kokoh, dan Money (Keuangan) berupa
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34