Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RUANGAN AL FARABI RS ISLAM BANJARMASIN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan


Program Prefesi Ners
Stase Keperawatan Maternitas

OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Agustina Lestari, S.Kep.,Ns) (Dahlia, S.Kep.,Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/sebelum partus, pada pembukaan < 4 cm (fase laten).
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan (Nugraha,2010). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah
spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan
dimulai (William, 2001). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm
danpada multipara kurang dari 5 cm (Mohtar,1998). Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapattanda persalinan dan ditunggu satu
jam belum di mulainya tanda persalinan (Manuaba,2001). Ketuban pecah dini
adalah keluarnya cairan berupa air darivagina setelah kehamilan berusia 22
minggu sebelum prosespersalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilanpreterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilanaterm
(Saifudin,2002).
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD
yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan (Nugraha,2010).
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan
kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress
Syndrome) (Nugraha,2010).

B. Etiologi
Menurut Nugraha (2010), penyebab KPD masih belum diketahui dan
dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor
yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage)
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramniom, gamelli.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi : kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat
disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja
7. Multigraviditas atau pritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. (kedokteran dan
linux,KPD,2008)
8. Faktor lain:
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
d. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C)
Beberapa faktor resiko dari KPD:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu)
8. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis

C. Patofisiologi
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan
menyeluruh membran fetal akibat kontraksi uteri dan peregangan
berulang. Membran yang mengalami ruptur prematur ini tampak
memiliki defek fokal. Daerah dekat tempat pecahnya membran ini
disebut “restricted zone of extreme altered morphology” yang ditandai
dengan adanya pembengkakan dan kerusakan jaringan kolagen fibrilar
pada lapisan kompakta, fibroblast maupun spongiosa. Daerah ini akan
muncul sebelum ketuban pecah dini dan merupakan daerah yang rusak
pertama kali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat
ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membran
sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini
preterm terutama pada pasien risiko tinggi.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban
(Manuaba,1998).
Pathway

Kelainan Kelainan letak Servik yang


infeksi
overdistensi uterus. pada uterus (sungsang) inkompetensi
Misal: trauma, a
hidramniom, gamelli Terjadi
Kontraksi dan tidak ada bagian kanalis
peningkatan
peregangan terendah yang servikalis
aktifitas iL – 1
berulang pd uterus menutupi PAP yang
dan
selalu
prostaglandin
terbuka
Penurunan tekanan terhadap
kolagen pd membran bagian
Kolagenase jaringan
membran bawah terhalangi

Depolimerasi
kolagen pada selaput pembengkakan dan
korion atau amion kerusakan jaringan
kolagen fibrilar pada
lapisan kompakta,
Ketuban tipis, fibroblast dan
lemah dan mudah spongiosa
pecah spontan

Kelainan
menyeluruh
membran fetal

Ketuban pecah dini

Jalan lahir bayi lahir Janin belum cukup janin


terbuka preterm bulan untuk tertekan
dikeluarkan Ancaman
Cairan ketuban keluar terhadap
terus menerus Resiko Pembukaan serviks belum
hipotermi sempurna/belum membuka diri
sendiri/ja
Ruptur membran nin
amniotik Janin sulit
dikeluarkan

Ansietas
Resiko infeksi
maternal
Resiko Resiko
cidera gawat janin

D. Manifestasi Klinis
Menurut Nugraha (2010), tanda dan gejala ketuban pecah dini antara lain :
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Biasanya agak keruh dan bercampur dengan lanugo
(rambut halus pada janin) serta  mengandung verniks caseosa (lemak pada
kulit bayi).
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugraha (2010), pemeriksaan penunjang untuk ketuban pecah dini
yaitu
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi, bau
dan pH nya
b. Cairan yang keluar dari vagina ada kemungkinan air ketuban, urine
atau secret vagina
c. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna, tetap kuning.
d. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5
darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan
Macam-macam penatalaksanaan untuk ketuban pecah dini adalah
(Nugraha,2010) :
1. Konservatif:
a. Rawat dirumah sakit
b. Beri antibiotika: bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisillin
4x500mg atau Gentamycin 1x80mg.
c. Umur kehamilan <32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan
(hal sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).
e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine).
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk
memacu kematangan paru-paru janin.
2. Aktif:
a. Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio
sesaria.
3. Cara induksi: 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5% dimulai 4 tetes
/menit, tiap 1/4 jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.
a. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan Seksio sesaria.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.

G. Pencegahan
1. Melakukan ANC secara rutin (melakukan pemeriksaan USG)
2. Ibu harus curiga jika ada cairan yang keluar secara berlebihan atau sedikit
tetapi terus menerus melalui vagina, biasanya berbau agak amis, warnanya
jernih dan tidak kental. Kemngkinan besar cairan tersebut
keluar/merembes karena selaput ketuban mengalami robekan. Konsultasi
segera untuk memastikan apakah itu cairan ketuban/bukan
3. Lakukan perawatan perineum dan personal hygiene dengan benar
4. Konsumsi zat

H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada ketuban pecah dini antara lain (Nugraha,2010) :
1. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernafasan (RDS : Respiration Dystress
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir
2. Resiko infeksi meningkatkan pada kejadian KPD
3. Selain itu kejadian prolapse atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada
KPD
4. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkatkan pada KPD preterm
5. Hypoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD
preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
6. Partus preterm : persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37
minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba,
1998 : 221).

I. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi maternal b.d selaput ketuban pecah dini
b. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin

J. NURSING CARE PLANNING (NCP)


NIC
Diagnosa NOC (Nursing
No
Keperawatan (Nursing Outcome) Intervention
Clasification)
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Kolaborasi
keperawatan selama 2x24 jam
infeksi maternal 1. Berikan cairan
diharapkan Infeksi maternal tidak
b.d selaput terjadi Kriteria Hasil : parenteral sesuai
Indikator IR ER
ketuban pecah indikasi. Berikan
a. Ibu bebas dari 3 5
dini enema pembersih
tanda- tanda
bila sesuai
infeksi (tidak
indikasi
demam (suhu :
2. Pemeriksaan
36,5-37.5),
spesimen vagina
cairan amnion
3. Berikan drip
jernih, hampir
oksitosin bila
tidak
pembukaan
berwarna, dan
belum sempurna
tidak berbau)
4. Pemberian
b. Leukosit 3 5
antibiotik
normal 6000-
sebelum dan
10.000/mm3
sesudah
persalinan sesuai
Ket :
indikasi
1. Keluhan ekstrem
5. Lakukan induksi
2. Keluhan berat
pada janin bila
3. Keluhan sedang
janin sudah
4. Keluhan ringan
cukup umur
5. Tidak ada keluhan
(persalinan
normal atau
seksio sesaria)

Mandiri
1. Memantau
keadaan umum
klien, seperti
kesadaran klien,
cairan yg keluar
dari vagina klien,
TTV (terutama
suhu)
2. Lakukan
perawatan
perineum dan
personal hygiene
dengan benar
3. Monitoring DJJ
tiap 5-10 menit
4. Evaluasi cairan
yang keluar dari
vagina
2 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan
krisis situasi, keperawatan selama 2x24 jam hubungan
ancaman pada diharapkan Ansietas hilang atau terapeutik atas
diri sendiri/janin terkontrol dengan dasar saling
Kriteria Hasil : percaya dan
Indikator IR ER saling
a. Wajah ibu tidak 3 5 menghargai,
tegang berikan privasi
b. Klien tidak 3 5 dan kepercayaan
gelisah diri klien
c. RR normal 3 5 2. Pantau tingkat
kecemasan yang
dialami klien
3. Anjurkan klien
untuk
mengungkapkan
ketakutan dan
menanyakan
masalah.
4. Bantu klien
mengidentifikasi
penyebab
Ket : kecemasan
1) Keluhan ekstrem
5. Jelaskan pada
2) Keluhan berat
klien dan
3) Keluhan sedang
keluarga tentang
4) Keluhan ringan
kondisi yang
5) Tidak ada keluhan
dialami dan hal
lain yang perlu
diketahui
DAFTAR PUSTAKA

Gopar, Adul.(2009).Ketuban Pecah Dini. Diakses tanggal 11 Maret 2011, dari


adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/ketuban-pecah-dini.pdf
Hidayati, Ratna.(2009).Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis.Jakarta : Salemba Medika.
Moeloek, Farid Ansafa.(2006).Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi.Jakarta : POGI
Nugroho, Taufan.(2010).Kasus Emergency Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Sastrawinata, Sulaiman (Ed).(2004).Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi.Jakarta : EGC.
Wulandari.(2009).Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Masalah Ketuban
Pecah Dini. Diakses tanggal 11 Maret 2012, dari
http://www.scribd.com/doc/52380308/Asuhan-Keperawatan-Ibu-Hamil-
Dengan-Masalah-Ketuban-Pecah-Dini
Yusup, Ahmad A.(2009).Ketuban Pecah Dini 2. Diakses tanggal 11 Maret 2012,
dari www.scribd.com/doc/56065837/Definisi-Ketuban-Pecah-Dini

Anda mungkin juga menyukai