M enjelang perpiasahan dengan Nabi Musa as, Nbabi Khadir as, memeberi
nasihat,”HAI MUSA, JANAGANLAH TERLALU BANAYAK BICARA,
DAN JANAGAN PERGI TANPA PERLU, DAN JANGAN BANYAK TERTAWA JUGA JANGAN MENERTAWAKAN ORANG BERBUATSALAH, DAN TANGISILAH DOSA-DOSA YANG TELAH KAMU PERBUAT, HAI PUTRA ALI ‘IMRAN.” ( tANBIGHUL_ gHAFILIN: 192-193) tertawa, tentu saja, bukanlah sesuatu yang dilarang siapa saja boleh tertawa selagi ingin. Dengan tertawa menunjukan, bahwa seseorang sedang dalam keadaan senang. Bahkan tertawa bisa menjadi ilham bagi seorang penulis untuk membuat sebuah buku.
Akan tetapi, tertawa menghina oleh Nabi Meledak-meledak oleh
sebab rasa suka, geli Khadir as. Tertawa dengan cara apalagi yang dihindari seperti itu Memgeluarkan suara dalam pengertian seseorang, ini akan lain mengandung unsur ceritanya.
s ubahalanallah, tidak didapati dalam ajaran diluar Islam yang mengatur tata hidup sedemikian rupa, hingga masalah kecil seperti tertawa.
Menurut Yahya Mu’adz Razy Sebagaimana Dikutuip Al-Faqih
Empat hal yang menjadi obat bagi orang yang terbiasa tertawa : 1. Ingat akan dosa-dosa yang telah diperbuat selama ini. 2. Sibuk dengan bekerja (memenuhi nafkah) untuk diri dan keluarga 3. Ingat bahwa jatah umur yang ada tinggal sedikir, dan akan datang kehidupan baru di akhirat. 4. Memperhatikan setiap musibah yang menimpah, baik diri keluarga maupun orang lain.