Anda di halaman 1dari 21

MODUL PRAKTEK HUKUM PIDANA

(KPH 411)

MODUL 1
Pengertian Praktek Hukum Pidana Dan Sistem Peradilan Pidana Indonesia

DISUSUN OLEH
Endik Wahyudi, SH,MH

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 22
Pengertian Praktek Hukum Pidana Dan Sistem Peradilan Pidana Indonesia

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mahasiswa mampu menguraikan dan mejelaskan apa itu hukum acara
pidana.
2. Mahasiswa mampu menguraikan bagaimana mekanisme bekerjanya sistem
paradilan pidana di indonesia.
3. Mahasiswa mampu menganalisa bagaimana penerapan hukum acara pidana
dalam sistem peradilan yang senyatanya.

B. Uraian dan Contoh

1. Pendahuluan
Mengawali bab ini perlu kiranya terlebih dahulu kita memahami kembali
apa itu hukum acara pidana, Undang-undang tidak memberikan pengertian resmi
mengenai hukum acara pidana, yang ada adalah berbagi pengertian mengenai
bagian-bgian tertentu dari hukum acara pidana, misalnya penyelidikan,
Penyidikan, penangkapan dan lain sebagainya.
Mulyatno menyebutkan bahwa Hukum Acara Pidana adalah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang memberikan dasar-dasar
dan aturan-aturan yang menentukan dengan cara apa dan prosedur macam apa,
ancaman pidana yang ada pada suatu perbuatan pidana dapat dilaksanakan apabila
ada sangkaan bahwa orang telah melakukan perbuatan pidana. 1
Maka dari itu, pengertian hukum acara pidana hingga saat ini bertumpu
pada pengertian dari para ahli hukum, yang memberikan pengertian hukum acara
pidana sebagai suatu rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana badan
pemerintahan yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus
bertindak guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana

1
Mulyatno,Azas-azas Hukum Pidana, Jogyakarta, Bina Pustaka.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 22
(Wirjono P, 1977). Moeljatno (1979) juga yang memberikan batasan tentang
pengertian hukum formal (hukum acara), sebagai hukum yang mengatur tata cara
pelaksanaan hukum materiil (hukum pidana). Sementara hukum acara pidana
(hukum pidana formal) adalah hukum yang mengatur tata cara
melaksanakan/mempertahankan hukum pidana materiil.2
Intinya adalah Keseluruhan aturan hukum yang berkaitan dengan
penyelenggaraan peradilan pidana serta prosedur penyelesaian perkara pidana
meliputi proses pelaporan dan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan dan pelaksanaan putusan pidana.
Dari pengertin diatas muncullah skema sebagai berikut:

Sumber: diolah oleh penulis

2
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP), buku informasi, komisi
pemberantasan korupsi (KPK). Hal 6

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 22
Selanjutnya perlu kiranya kita mengetahu dan memahami apa fungsi
daripada hukum acara pidana, secara umum fungsi hukum acara pida ada dua,
yaitu:3
1. Fungsi represif
2. Fungsi Preventif
Fungsi represif dimaknai bahwa fungsi Hukum acara pidana adalah
melaksanakan dan menegakkan hukum pidana. artinya jika ada perbuatan yang
tergolong sebagai perbuatan pidana maka perbuatan tersebut harus diproses agar
ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam hukum pidana dapat diterapkan.
Sedangkan fungsi preventif diartikan untuk mencegah dan mengurangi
tingkat kejahatan. fungsi ini dapat dilihat ketika sistem peradilan pidana dapat
berjalan dengan baik dan ada kepastian hukumnya, maka orang akan berpikir
kalau akan melakukan tindak pidana.
Sedangkan kalau kita melihat dalam pedoman pelaksanaan Hukum Acara
Pidana di sana di jelaskan bahwa Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk
mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil,
ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan
untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan melakukan suatu
pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari
pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan
dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan. 4
jika memperhatikan rumusan di atas maka tujuan hukum pidana dapat
dikatakan bahwa tujuan hukum acara pidana meliputi tiga hal yaitu:
1. mencari dan mendapatkan kebenaran
2. melakukan penuntutan
3. melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan
4. namun dari ketiga hal tersebut dapat pula ditambahkan yangkeempat
yaitu melaksanakan (Eksekusi) putusan hakim

3
Endik wahyudi, Di ambil dari PPT mata kuliah praktek hukum pidana

4
Lihat dalam pedoman pelaksanaan KUHAP, Departemen Kehakiman Republik
Indonesia : Jakarta., 1982

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 22
Selain Pedoman Pelaksanaan KUHAP tahun 1982 di atas yang merumuskan
tujuan KUHAP, landasan atau garis-garis tujuan yang hendak dicapai KUHAP
termaktub dalam konsiderans huruf c KUHAP, yaitu supaya masyarakat
menghayati hak dan kewajibannya, dan untuk meningkatkan pembinaan sikap
para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-
masing menuju tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan
martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya negara
hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Oleh Yahya harap penjelasan konsideran diatas dapat di perinci manjadi
sebagai berikut:5
1. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat, artinya menjadikan setiap
anggota masyarakat mengetahui apa hak yang diberikan hukum dan
undang-undang kepadanya serta apa pula kewajiban yang dibebankan
hukum kepada dirinya.
2. Meningkatkan sikap mental aparat penegak hukum, yaitu:
a. meningkatkan pembinaan ketertiban aparat penegak hukum sesuai
dengan fungsi dan wewenang masing-masing.
b. peningkatan kecerdasan & keterampilan teknis para aparat penegak
hukum.
c. pejabat penegak hukum yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta bermoral perikemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Tegaknya hukum dan keadilan di tengahtengah kehidupan masyarakat
bangsa, yaitu:
a. menegakkan hukum yang berlandaskan sumber Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan segala hukum dan perundang-undangan
yang tidak bertentangan dengan sumber hukum dan nilai-nilai
kesadaran yang hidup dalam masyarakat.
b. menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila
dan UndangUndang Dasar 1945 serta segala nilainilai yang terdapat

5
Harahap, M. Yahya. (2008). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan
Penuntu tan). Jakarta: Sinar Grafka

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 22
pada hukum dan perundang-undangan yang lain, yang nilainya
aspiratif dengan nilai dan rasa keadilan masyarakat.
c. agar tidak bergeser dari KUHAP yang telah ditentukan sebagai
pedoman tata cara pelaksanaan dan asas-asas prinsip hukumnya.
4. Melindungi harkat dan martabat manusia, artinya manusia sebagai
hamba Tuhan dan sebagai makhluk yang sama derajatnya de-ngan
manusia lain, harus ditempatkan pada keluruhan harkat dan
martabatnya.
5. Menegakkan ketertiban dan kepastian hukum, maksudnya arti dan
tujuan kehidupan masyarakat ialah mencari dan mewujudkan
ketenteraman atau ketertiban yaitu kehidupan bersama antara sesama
anggota masyarakat yang dituntut dan dibina dalam ikatan yang teratur
dan layak, sehingga lalu lintas tata pergaulan masyarakat yang
bersangkutan berjalan dengan tertib dan lancar.
Setelah mengetahui dan memahami apa yang menjadi tujuan daripada
hukum acara pidana perlu kiranya juga disampaikan asas-asas yang melandasi
hukum acara pidana di indonesia, diantaranya adalah:6
1. Asas kebenaran materiil
bahwa pada pemeriksaan perkara pidana lebih mementingkan kepada
penemuan kebenaran materiil, yakni kebenaran yang sungguh sungguh
sesuai dengan kenyataan.
prinsip ini terlihat dalam proses persidangan, bahwa walaupun pelaku
sudah mengakui kesalahannya namun belum cukup dijadikan alasan
untuk menjatuhkan alasan. beda dengan di amerika.
2. Asas Peradilan Cepat, sederhana dan biaya murah
peradilan cepat artinya. dalam melaksanakan peradilan diharapkan dapat
diselenggarakann sesederhana mungkin dan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Sederhana mengandung arti bahwa agar dalam
penyelenggaraan peradilan dilakukan dengan cara simple singkat dan
tidak berbelit-belit. Biaya murah berarti, penyelenggaraan peradilan
ditekan sedemikian rupaagar terjangkau bagi pencari keadilan, hal ini
6
Moelyatno. Hukum Acara Pidana, Bagian Pertama, Seksi Kepidanaan. Yogyakarta: Fakultas
Hukum UGM.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 22
ada didalam Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan
Kehakiman pada pasal 2 ayat (4).
3. Asas Praduga Tak Bersalah (Presumtion of inocene)
Asas praduga tak bersalah ini menghendaki agar setiap orang yang
terlibat dalam perkara pidana harus dianggap belum bersalah sebelum
adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. pada semua
tingkatan berlaku hal yang sama, implementasinya dapat ditunjukan
ketika tersangka dihadirkan disidang pengadilan dilakukan dengan tidak
diborgol. prinsip ini dipatuhi karena telah tertuang dalam UU No. 48
tahun 2009 pasal 8 yang menyatakan “ setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan dituntut dan dihadapkan didepan pengadilan wajib
dianggap tidak bersalah sebelum ad putusan yang menyatakan
kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
4. Asas Inquisitoir dan Accusatoir
asas Inquisitoir adalah asas yang menjelaskan bahwa setiap
pemeriksaan yang dilakukan harus dengan cara rahasia dan tertutup. asas
ini menempatkan tersangka sebagai obyek pemeriksaan tanpa
memperoleh hak sama sekali. seperti Bantuan hukum dan ketemu
dengan keluarganya.
asas accusatoir menunjukkan bahwa seorang tersangka/terdakwa yang
diperiksa bukan menjadi obyek tetapi sebagai subyek. asas ini
memperlihatkan pemerinsaan dilakukan secara terbuka untuk umum.
dimana setiap orang dapat menghadirinya.
5. Asas hadirnya terdakwa, artinya pengadilan memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara pidana dengan hadirnya terdakwa (Pasal 12 ayat (1)
UU No. 48 Tahun 2009).
6. Asas pemeriksaan terbuka untuk umum, artinya pengadilan dalam
pemeriksaan perkara terbuka untuk umum. Jadi, setiap orang
diperbolehkan hadir dan mendegarkan pemeriksaan di persidangan
(Pasal 13 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 22
7. Asas wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum dakwaan, serta hak-
haknya ter-masuk hak menghubungi dan meminta bantuan penasihat
hukum.
8. Asas pembacaan putusan, yaitu semua putusan pengadilan hanya sah
dan mempunyai kekuataan hukum apabila diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum (Pasal 13 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009).
9. Asas putusan harus disertai alasan-alasan, artinya segala putusan
pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut,
memuat pula pasal tertentu dan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili (Pasal 50 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).
10. Asas tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila
pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang,
mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung
jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya
(Pasal 10 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).7

3. Sistem Peradilan Pidana Di indonesia


Secara Istilah sistem peradilan pidana (criminal justice system) menunjukan
mekanisme kerja dalam penanggulangan kejahatan yang menggunakan dasar
pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah pendekatan yang menggunakan
segenap unsur yang terlbat di dalamnya sebagai suatu kesatuan dan saling
berhubungan (interelasi) dan saling mempengaruhi satu sama lain. Melalui
pendekatan ini kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan
merupakan unsur penting dan berkaitan satu sama lain.8
Menurut Mardjono Reksodiputro Sistem peradilan pidana adalah sistem
pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga-lembaga kepolisian. Kejaksaan,
pengadilan dan permasyarakatan terpidana.9 Dikemukakan pula bahwa sistem
peradilan pidana ( criminal justice system) adalah sistem dalam suatu masyarakat

7
buku informasi, komisi pemberantasan korupsi (KPK), op.cit hlm 6

8
Pujiono, Rekonstruksi Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Magister, Semarang, 2012, hlm 18

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 22
untuk menanggulangi kejahatan Menanggulangi diartikan sebagai mengendalikan
kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi masyarakat.10 Pengendalian
kejahatan agar masih dalam batas toleransi masyarakat tidak berarti memberikan
toleransi terhadap suatu tindak kejahatan tertentu atau membiarkannya untuk
terjadi. Toleransi tersebut sebagai suatu kesadaran bahwa kejahatan akan tetap ada
selama masih ada manusia di dalam masyarakat. Jadi, dimana ada masyarakat
pasti tetap akan ada kejahatan.11
Sedangkan Muladi menjelaskan bahwa Sistem peradilan pidana merupakan
suatu jaringan (network) peradilan yang menggunakan hukum pidana sebagai
sarana utamanya, baik hukum pidana materiil, hukum pidana formil maupun
hukum pelaksnaan pidana. Namun demikian kelembagaan substansial ini harus
dilihat dalam kerangka atau konteks sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila
dilandasi hanya untuk kepentingan kepastian hukum saja akan membawa kepada
ketidakadilan.12
Barda Nawawie Arie dalam sebuah kuliah menjelaskan bahwa, sistem
peradilan pidana (SPP) adalah:13
a. sistem penegakan hukum pidana (SPHP).
b. Sistem "penegakan hukum" à"sistem kekuasaan/kewenangan
menegakkan hukum".
c. Kekuasaan/kewenangan menegakkan hukum --> identik dengan
"kekuasaan kehakiman".
d. Oleh karena itu, SPP atau SPHP à identik dengan "Sistem
Kekuasaan Kehakiman di bidang Hukum Pidana" (SKK-HP).

9
Luhut M.P. Pangaribua, Hukum Acara Pidana, Surat Resmi Advokat di Pangadilan, Praperadilan,
Kasasi, dan peninjauan kembali, papas sinar sinanti, Depok, 2017, hlm 16

10
Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Melihat Kepada Kejahatan Dan
Penegakan Hukum Dalam Batas – Batas Toleransi), Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, 1993,
Hlm. 1

11
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana(Criminal Justice System) Perspektif
Eksistensialisme Dan Abolisionalisme, Penerbit Bina Cipta, Jakarta, 1996, Hlm. 15

12
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 1995, Hlm. Viii hlm 18

13
Materi kuliah (PPT), sistem peradilan pidana. Slide ke 125

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 22
Selanjutnya Barda juga menjelaskan bahwa untuk tercapainya suatau sitem
pidana yang ideal harus ada hal-hal yang krusial yang perlu diperhatikan
diantaranya:
1. menjamin keamanan warga masyarakat (“the savety of citizens”)
2. dapat menjamin keadilan (“ensuring justice”),
3. dapat menumbuhkan kepercayaan dan respek masyarakat (“public trust
and respect”),
4. Peradilan yang jujur, bertanggung jawab, etis, dan effisien (“a fair,
responsible, ethical and efficient criminal justice system”).
Menurut Barda sistem peradilam pidana (SPP) yang sehat “sangat
diperlukan”, karena merupakan:14
a. bagian integral dari kebijakan membangun kepercayaan dan respek
masyarakat (public trust and respect);
b. bagian integral dari kebijakan pengembangan sistem pemerintahan yang
baik (good governance); dan
c. bagian integral dari kebijakan meningkatkan kualitas lingkungan (quality
of life) dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).
Susunan dan organisasi sistem peradilan indonesia secara konstitusional
dapat dapat di lihat dalam ketentuan pasal 24 UUD NRI tahun 1945dan undang-
undang orhanik yang mengatur kekuasaan kehakiman. Kedudukan mahkamah
agung sebagai puncak dari empat lingkungan peradilan membawa konsekuwensi
sistem satu atap (one roof sistem) dalam penyelenggaraan sistem peradilan di
indonesia. Oleh karena itu pembinaan yudisial maupun susunan organisasi,
administrasi, administrasi kepegawean dan maslah keuangan badan peradilan
yang di bawahnya di bawah mahakamah agung. Perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 1 ilustasi sistem kekuasaan negara:

14
ibid

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 22
Keterangan Gambar:
1. kekuasaan Legislati adalah atau disebut juga dengan Lembaga legislatif, badan
legislatif, legislatif, atau legislatur adalah badan deliberatif pemerintah dengan
kuasa membuat hukum. Legislatif dikenal dengan beberapa nama,
yaitu parlemen, kongres, dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen,
legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif. Dalam Sistem
Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama dan bebas dari
eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga
memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan
anggaran dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadang kala menulis
perjanjian dan memutuskan perang.15
2. Eksekutif adalah salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan
bertanggung jawab untuk menerapkan hukum. Contoh paling umum dalam

15
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_legislatif#:~:text=Lembaga%20legislatif%2C%20badan
%20legislatif%2C%20legislatif,pemerintah%20dengan%20kuasa%20membuat
%20hukum.&text=Sebagai%20tambahan%20atas%20menetapkan%20hukum,anggaran%20dan
%20pengeluaran%20uang%20lainnya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 22
sebuah cabang eksekutif disebut ketua pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk
kepada administrasi, dalam sistem presiden, atau sebagai pemerintah,
dalam sistem parlementer.16
3. Kekuasaan Yudikatif merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh warga
masyarakat dalam melakukan pengawasan pada pelaksanaan Undang-Undang
yaitu melalui wakil-wakil yang telah ditunjuk dalam badan Mahkamah Agung
(MA). dalam pengertian lainnya, kekuasaan Yudikatif ialah kekuasaan yang
mampu mengadakan peradilan yang digunakan untuk menegakkan hukum serta
keadilan.
Menurut Pasal 24 ayat 2 di dalam UUD 1945, yang memiliki kekuasaan
kehakiman ialah Mahkamah Agung serta lembaga lainya yang berada dibawah
lingkup peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata
usaha negara, serta Mahkamah Konstitusi.
Kekuasaan Yudikatif memiliki wewenang dalam menjelaskan isi Undang-
Undang ataupun memberi hukuman pada setiap pelanggaran atasnya. Lembaga
Yudikatif di negara Indonesia memiliki fungsi sebagai penyelenggara
kekuasaan kehakiman. Di Indonesia terdapat tiga badan yang berwenang dalam
menyelenggarakan kekuasaan tersebut, yaitu, Mahkamah Konstitusi,
Mahkamah Agung, serta Mahkaman Komisi Yudisial.17

Gambar 2 merupakan struktur kekuasaan Yudikatif di indonesia.

16
https://www.google.com/search?safe=strict&ei=gQxfX-
XqNMrprQGBhKOICw&q=kekuasaan+eksekutif&oq=kekuasaan+legislatif&gs_lcp=CgZwc3ktY
WIQARgAMgQIABBHMgQIABBHMgQIABBHMgQIABBHMgQIABBHMgQIABBHMgQIA
BBHMgQIABBHUABYAGCfJ2gAcAF4AIABAIgBAJIBAJgBAKoBB2d3cy13aXrIAQjAAQE
&sclient=psy-ab

17
https://belajargiat.id/kekuasaan-yudikatif/#:~:text=Kekuasaan%20Yudikatif%20merupakan
%20kekuasaan%20yang,badan%20Mahkamah%20Agung%20(MA).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 22
Penjelasan Gambar:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 22
Tentang Mahkamah Agung, Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga
tinggi yang memegang kekuasaan kehakiman di dalam negara Republik
Indonesia. Dalam trias politika, MA mewakili kekuasan yudikatif. Sesuai dengan
UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan
oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung
membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara.
Sedangkan Tugas dan Wewenang adalah:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh Undang-Undang
b. Mengajukan tiga orang anggota Hakim Konstitusi
c. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan
rehabilitasi
Selanjutnya ungsi dari mahkah agung adalah sebagai berikut:
a. Dari konteks peradilan
1) Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung
merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh
wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
2) Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan
terakhir
 permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28,
29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14
Tahun 1985)
 semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
 semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal
asing dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 22
berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78
Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
3) Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu
wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan
dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan
ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari
tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985).
b. Fungsi Pengawasan
1) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan
yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan
Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal
10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun
1970).
2) Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan : (a) terhadap
pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan
Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal
yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan,
teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan
Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985). (b) Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985)
c. Fungsi Mengatur
1) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 22
yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan
hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
(Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-
undang No.14 Tahun 1985)
2) Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana
dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur
Undang-undang.
d. Fungsi nasehat
1) Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara
lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala
Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35
Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk
memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara
selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
2) Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam
rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
(Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung).
Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia.
Sesuai dengan UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 22
Kewajiban dan wewenang
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang
Mahkamah Konstitusi adalah:
1) Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
Pemilihan Umu
2) Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD 1945.
Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk
masa jabatan tiga tahun. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan Hakim
Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-
masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah lima
tahun, dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Peradilan Umum
a. Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai
Pengadilan Tingkat Banding terhadap perkara-perkara yang diputus oleh
Pengadilan Negeri. Pengadilan Tinggi selaku salah satu kekuasaan
kehakiman di lingkungan peradilan umum mempunyai tugas dan
kewenangan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1986 Tentang Peradilam Umum, dalam pasal 51 menyatakan : (1)  a.
Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan
perkara perdata di Tingkat Banding. (2)  b. Pengadilan Tinggi juga
bertugas dan berwenang mengadili di Tingkat Pertama dan terakhir

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 22
sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah
hukumnya.
b. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri (biasa disingkat: PN) merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota
kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan
Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.
Daerah hukum Pengadilan Negeri meliputi wilayah Kota atau Kabupaten.
Susunan Pengadilan Negeri terdiri dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil
Ketua PN), Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita.
Pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum yaitu:
1. Pengadilan anak ( UU no.3 tahun 1997)
2. Pengadilan niaga ( UU no. 37 tahun 2004)
3. Pengadilan HAM ( UU no. 26 tahun 2000)
4. Pengadilan tindak pidana korupsi ( UU no. 30 tahun 2002)
5. Pengadilan hubungan industrial ( UU no. 2 tahun 2004)
6.  Pengadilan pajak ( UU no.14 tahun 2002)

B. Latihan

1. Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara yang masuk dalah ranah
kekuasaan lembaga apa?
a. Eksekutif
b. Legislati
c. Yudikatif
2. Di bawah ini adalah asas-asas yang berlaku dalam hukum acara pidana,
kecuali?
a. Persidangan Terbuka Untuk Umum
b. Kehadiran Tersangka/Atau terdakwa dalam
pemeriksaan
c. Tiada Pidana Tanpa Kesalahan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
17 / 22
3. Salah satu tugas Mahkamah Konstitusi adalah?
a. Memeriksa perkara koneksitas
b. Memeriksa dan memutus pembubaran partai politik
c. Memeriksa dan memutus perkara kasasi demi kepentingan hukum
4. Salah satu ungsi Mahkamah Agung adalah?
a. Fungsi pengawasan
b. Fungsi anggaran
c. Fungsi supervisi
5. Istilah “criminal justice system” di maknai juga dengan?
a. Sistem kekuasaan mengadili
b. Sistem peradilan pidana
c. Sistem kekuasaan negara
C. Kunci Jawaban
1. C
2. C
3. B
4. A
5. B

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
18 / 22
D. Daftar Pustaka

Mulyatno,Azas-azas Hukum Pidana, Jogyakarta, Bina Pustaka.

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP), buku


informasi, komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Lihat dalam pedoman pelaksanaan KUHAP, Departemen Kehakiman Republik


Indonesia : Jakarta., 1982

Harahap, M. Yahya. (2008). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP


(Penyidikan dan Penuntu tan). Jakarta: Sinar Grafka

Moelyatno. Hukum Acara Pidana, Bagian Pertama, Seksi Kepidanaan.


Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM.

buku informasi, komisi pemberantasan korupsi (KPK), op.cit hlm 6

Pujiono, Rekonstruksi Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Magister, Semarang,


2012, hlm 18

Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Melihat Kepada


Kejahatan Dan Penegakan Hukum Dalam Batas – Batas Toleransi), Fakultas
Hukum Unversitas Indonesia, 1993, Hlm. 1

Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana(Criminal Justice System) Perspektif


Eksistensialisme Dan Abolisionalisme, Penerbit Bina Cipta, Jakarta, 1996, Hlm.
15

Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas


Diponegoro, Semarang, 1995, Hlm. Viii hlm 18

https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_legislatif#:~:text=Lembaga%20legislatif
%2C%20badan%20legislatif%2C%20legislatif,pemerintah%20dengan%20kuasa
%20membuat%20hukum.&text=Sebagai%20tambahan%20atas%20menetapkan
%20hukum,anggaran%20dan%20pengeluaran%20uang%20lainnya.

https://www.google.com/search?safe=strict&ei=gQxfX-
XqNMrprQGBhKOICw&q=kekuasaan+eksekutif&oq=kekuasaan+legislatif&gs_l
cp=CgZwc3ktYWIQARgAMgQIABBHMgQIABBHMgQIABBHMgQIABBHM
gQIABBHMgQIABBHMgQIABBHMgQIABBHUABYAGCfJ2gAcAF4AIABA
IgBAJIBAJgBAKoBB2d3cy13aXrIAQjAAQE&sclient=psy-ab

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
19 / 22
https://belajargiat.id/kekuasaan-yudikatif/#:~:text=Kekuasaan%20Yudikatif
%20merupakan%20kekuasaan%20yang,badan%20Mahkamah%20Agung
%20(MA).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
20 / 22

Anda mungkin juga menyukai