Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR

A-PENGERTIAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatantekanan

darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditasdan angka kematian

( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin,

2007). Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi

sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa muda TD

>140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa bermafaat (Gleadle, 2005).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum,

hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi

didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekananstroke, aneurisma, gagal jantung,

serangan jantung dan kerusakan ginjal (faqih,2007).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluhdarah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkannya ( Sustrani,2006 ).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatantekanan

darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka

kematian  atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam aktu yang lama

(Saraswati,2009).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yan

g ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)


memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak

membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,2007).

Tabel 1 : Tabel Klarifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 tahun

Klasifikasi Tekan Tekanan

an Darah Sistolik/Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi 140-159 atau 90-99

Stadium I

Hipertensi > 160 atau > 100

Stadium II
Besarnya

tekanan darah

selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka

yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding  pembuluh 

darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung.

Angka yang kedua disebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan 

yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam

jantung.

Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi,  sedangkan tekanan

diastolic diukur ketika  jantung mengendur (relaksasi). 

Kedua angka ini sama pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakt
eknya,terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan

adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

B. ETIOLOGI

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial

(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan adakemungkinan

karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang

merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya

hidup dan pola makan yang kurang baik. -aktor makanan yang sangat berpengaruh adalah

kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.

Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua,  maka kemungkinan

menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor- faktor lain yang mendorong terjadinya

hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), polamakan, merokok (M.Adib,2009).

C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu

bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalu isistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan

asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. pada saat bersamaan

dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.

Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi

korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang

kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensi I, yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron olehkorteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler.  Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan

oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktivitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.

Peningkatan aktivitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan

primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh

reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme

pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas.

Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan 

aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar

meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas


pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian

tahanan perifer meningkat.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipotrnsi yaitu kegumukan, yang akan

mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih

untuk memompa darah.  Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang

diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan

tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapatmeningkatkan kadar kortisol dan

meningkatkan sel darah merah serta kekentalandarah berperan dalam menaikan tekanan

darah. Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam

dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah

juga meningkat. Bika penyebabnya adalah feokromositoma, maka

didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormone epinefrin dan

norepinefrin(Ruhyanudin,2007).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat

vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula laras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar darikolum

na medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion

ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon peh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.  Individu  dengan hipertensi  sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisoldan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontrisi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu : sakit kepala,

jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah

lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kril terutama di

malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin 2007).

E. PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat

a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,magnesium,
dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah
tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya
terkendali
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat
respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis seperti :
suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.

2. Terapi dengan obat.

a. Penghambat saraf simpatis


Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga mencegah
naiknya tekanan darah, contohnya : Metildopa 250 mg (medopa,dopamet), klonidin 0,075
& 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 & 0,25 mg(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannyamenurunkan
tekanan darah. Contoh : propanolol 10 mg (inderal, farmadral),atenolol 50,
100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg(concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibito
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh : Faptopril 12,5, 25, 20 mg(capoten,
captensin, tensikap), enalapril 5 & 10 mg (tenase).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDG dan kolesterol total serum
Pembantu memperkirakan risiko kardio vaskuler di masa depan
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi fentrikel kiri

5. Hemoglobin'Hematokri
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis).
Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan
jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral
melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai
disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran
ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ;
perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin
melambat /tertunda (vasokonstriksi)

c. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal dimasa lalu).

e. Makanan dan Cairan


Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan
tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)

f. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur).
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal
optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
g. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.
j. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
Afterloadvasokontriksi.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
c. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral.
d. Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolik pola hidup menotong.
e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan atau daya ingat.

3. Intervensi Keperawatan

Curah jantung atau penurunan resiko tinggi terhadap peningkatan Afterloadvasokontriksi

a. Tujuan :
Penurunan curah jantung tidak terjadi
b. Kriteria hasil
Klien dapat beristirahat dengan tenang
Irama dan frekuensi jantung stabil dalam batas normal (80 100 x / menit dan reguler)
Tekanan darah dalam batas normal (TD <140/90 mmHg, N = 80 -100x/menit, R = 16 22
x/i, S = 36 -37o
c. Intervensi
Observasi tanda-tanda vital tiap hari, terutama tekanan darah.
Rasional : perbandingan dari tekanan yang meningkat adalah gambaran dari keterlibatan
vaskuler
Observasi warna kulit, kelembapan dan suhu
Rasional : hal-hal tersebut mengidentifikasikan adanya dekompensasi/penurunan curah
jantung
Catat adanya edema umum/ tertentu
Rasional : dapat mengidentifikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler
Beri posisi yang nyaman ; meninggikan kepala tempat tidur
Rasional : penurunan resiko peningkatan intrakranial
Anjurkan teknik relaksasi ;tarik napas dalam
Rasional : memberikan kenyamanan dan memaksimalkan ekspansi paru
Kolaborasi Pemberian diuretik Vasodilator Pembatasan cairan dan diet Na
Rasional : mengurangi beban jantung.

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

a. Tujuan
Aktivitas klien tidak terganggu dengan
b. kriteria hasil Peningkatan dalam toleransi aktivitas Tanda vital dalam batas normal
c. Intervensi :
Kaji respon klien terhadap aktivitas
Rasional : menetukan pilihan intervensi selanjutnya
Observasi tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui parameter membantu dan mengkaji respon fisiologi terhadap
aktivitas
Observasi adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.
Rasional : bila terjadi indikator, keletihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
Ajarkan cara penghematan energi
Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.
Rasional : kemajuan aktivitas terhadap mencegah meningkatnya kerja jantung tiba-tiba.

 Gangguan rasa nyaman : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral

a. Tujuan : Klien merasa nyaman


b. Kriteria Hasil:
-Sakit kepala hilang
-Pusing/pening hilang
c. Intervensi :
Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : meminimalkan stimulasi/meningkatkan reabsorpsi
Berikan kompres dingin, ajarkan teknik relaksasi
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memblok respon
simpatis efektif dan menghilangkan sakit kepala.
Beri penjelasan cara untuk meminimalkan aktivitas vasokontrisi
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala.
Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
Rasional : pening/pusing selalu berkaitan dengan sakit kepala
Kolaborasi dalam pemberian analgesikom dan penenang

 Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan metabolik

a. Tujuan: Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh teratasi


b. kriteria hasil: BB ideal sesuai dengan tinggi dan berat badan
c. Intervensi :
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara kegemukan dan hipertensi
Rasional : kegemuakn adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi
Kaji masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional : menetukan pilihan intervensi lebih banyak
Bicarakan/diskusikan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan garam
lemak dan gula sesuai indikasi
Rasional : makanan seperti tinggi garam, lemak dan gula menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan yang menyebabkan predisposisi hipertensi
Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengenai pemasukan hidrasi klien dengan adanya peningkatan/penurunan
Hipertensi
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi diit individu

 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional

a. Tujuan
Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langka untuk menghindari atau
mengubahnya
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.
b. Intervensi :
Kaji keefektifan srategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Rasional : mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi
hipertensi kronik,dan mengitegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-
hari
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang,penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/
menyelesaikan masalah
Rasional : manifestasi mekanisme koping maladaktif mungkin merupakan indikator
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah diastolik.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan ke mungkinan strategi untuk
mengatasinya.
Rasional : pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respon
seseorang terhadap stresor.
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum
dalam rencana pengobatan
Rasional : keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan,
memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen
terapeutik.

 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang


pengetahuan atau daya ingat

a. Intervensi
Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah ginjal dan otak
Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan
mengklarifikasikan istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman bahwa tekanan
darah tinggi dapat terjadi tanpa gejalah ini adalah untuk memungkinkan pasien untuk
melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat
Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik
saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang di inginkan.
Rasional : karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka
dengan penyampaian ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan
untuk melanjutkan pengobatan / medikasi.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat di
ubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton,
merokok dan minum alkohol
Rasional : faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskulert serta ginjal
Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien membuatkan rencana dalam
menghentikan merokok
Rasional : nikotin dapat meningkatkan katekolamin, mengakibatkan peningkatan
frekuensi jantung jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan
meningkatkan beban kerja miokardium.
Sarankan pasien untuk sering mengubah posisi,olah raga kaki saat berbaring
Rasional : menurunkan bendungan vena perifer yang dapat di timbulkan oleh vasodilator
dan duduk/berdiri terlalu lama.

4. Implementasi
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011)
5. Evaluasi
Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
(Ali, 2009)
metode SOAP yaitu :

a.      Data Subyektif
Data Subyektif ( S ) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya
yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b.      Data Obyektif
Data Objektif ( O ) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh
melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium atau diagnostic lain. Catatan medic dan informasi darikeluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan
bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c.       Assesment
Analysis atau assessment ( A ) merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam
pendokumentasian manajemen kebidanan karena keadan pasien yang setiap saat
bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis.
Analysis atau assessment ( A ) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-2, ke-3 dan ke-4 sehingga
mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau
masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera
harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
d.      Planning
Planning atau perencanaan ( P ) adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya
kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam
batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien
mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan
lain antara lain dokter.
Meskipun secara istilah P adalah Planning atau perencanaan saja, namun P
dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi
dan evaluasi. P dalam SOAP meliputi manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi
atau evaluation yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai
keefektifan asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang
telah dicapai dan merupakan focus ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun,
2009).
SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
Adapun SOAP digunakan untuk pendokumentasian karena :
1)      Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang
sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana
asuhan.
2)      Metode ini merupakan penyaringan dari intisari proses penatalaksanaan
kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.
3)      SOAP merupakan urut-urutan yang membantu dalam mengorganisir pikiran dan
memberikan asuhan yang menyeluruh.
(Pusdiknas, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan
oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Doenges, Moorhouse & Geissler. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta.
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius,
2001
Heni Rokhaeni,dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita. EGC: Jakarta.
Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta kedokteran , Ed-3, jilid I. Jakarta:FKUI Media
Aesculapius
Slamet Suyono. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi ketiga. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai