Anda di halaman 1dari 13

Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

EFEKTIFITAS BLADDER TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN


MENGONTROL ELIMINASI URINE PADA PASIEN POST OPERASI
SECTIO CAESARE DI RS ADVENT MEDAN 2019

*Nurliaty, Aspiati
E-mail: nurliaty.tri@yahoo.com
*
Dosen Akademi Keperawatan Darmo

Abstrak

Pendahuluan. Secsio sesarea dengan anestesi spinal dapat menimbulkan resiko


inkontinensia urine. Untuk mencegah terjadinya inkontinensia urine pada ibu post
seksio sesarea dapat dicegah dengan melakukan intervensi bladder Training yang
dimulai 8 jam setelah operasi.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain Quasi eksperimen
yang bertujuan untuk mengetahui “efektifitas bladder training terhadap
kemampuan mengontrol eliminasi urine pada pasien post seksio sesarea di RSU
Advent Tahun 2019”. Populasi dalan penelitian ini adalah seluruh pasien post
seksio sesarea dengan anestesi spinal dari bulan Mei sampai bulan Juni 2019 yang
berjumlah 74 orang. Pengambilan sampel dengan teknik Simple Random
Sampling sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 26 orang yang dibagi atas
2 kelompok yaitu 13 kelompok kontrol dan 13 kelompok intervensi. Data
dianalisa dengan uji statistic chi-square pada α 0,05. \
Hasil. Hasil penelitian dengan chi- square didapatkan p = 0,018 yang berarti ada
perbedaan yang signifikan kemampuan mengontrol eliminasi urine antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah dilakukan tindakan bladder
training.
Kesimpulan. Hasil penelitian ini menyarankan bladder training dilakukan mulai
8 jam post seksio dan efektif untuk mencegah terjadinya inkontinensia urine pada
ibu post seksio sesarea, sehingga sangat disarankan kepada pelayanan
keperawatan maternitas dapat menerapkan intervensi ini.

Kata kunci: Bladder Training, eliminasi urin, section caesare

Pendahuluan
Eliminasi urine merupakan proses didindingnya meningkat diatas nilai
pengosongan kandung kemih (blass) yang ambang, yang kemudian mencetuskan
berhubungan erat dengan kontraksi otot – langkah kedua yaitu timbul refleks saraf
otot pada kandung kemih yang berada yang disebut refleks eliminasi urine
dibawah kendali otak, sehingga waktu dan (refleks berkemih) yang berusaha
tempatnya untuk eliminasi sesuai dengan mengosongkan kandung kemih.
respon yang diatur oleh otak. Eliminasi Kandung kemih dipersarafi
urine dimulai dari kandung kemih secara saraf sakral dua (S-2) dan sacral tiga
progresif terisi sampai tegangan (S-3). Saraf sensori dari kandung

1
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

kemih dikirim ke medula spinalis S-2 penyakit lain, yang menyebabkan


sampai S-4 kemudian diteruskan ke kebocoran atau keluarnya urine
pusat eliminasi urine pada susunan tanpa di sengaja (Yin & Jacobson,
saraf pusat. Pada saat destrusor 2017).
berkontraksi spinter interna berelaksasi Faktor risiko yang
dan spinter eksternal dibawah kontol menyebabkan peningkatan insiden
kesadaran akan berperan, apakah mau inkontinensia urine pada perempuan
eliminasi atau ditahan. Normal diantaranya adalah usia dan jumlah
eliminasi urine sehari 5 kali. persalinan per vaginam yang pernah
Gangguan eliminasi urine dialami sebelumnya. Faktor risiko
sangat beragam dengan etiologi yang lain yang diperkirakan merupakan
berbeda, termasuk jika adanya penyebab gangguan ini adalah
kerusakan medulla spinalis sebagai infeksi saluran kemih, menopause,
akibat traumatik pada tulang belakang pembedahan urogenital, penyakit
yang sering terjadi pada pasien operasi kronis, penggunaan berbagai obat dan
dengan anestesi spinal. Keadaan ini operasi seksio sesarea dengan anestesi
mempengaruhi otot- otot yang spinal (Smeltzer & Bare, 2018).
dipersyarafi oleh bagian segmen Seksio sesarea adalah
medulla yang ada di bawah tingkat lesi merupakan proses lahirnya janin
menjadi paralisis, komplet, fleksi dan melalui insisi dinding abdomen
refleks-refleksnya tidak ada. Hal ini (laparotomi) dan dinding uterus
menjadi pemicu terjadinya (histerektomi) (Cuningham, 2015).
inkontinensia urine pada pasien Seksio sesarea merupakan tindakan
(Brunner & Suddarth, 2016). operatif yang bertujuan menyelamatkan
Inkontinensia urine janin dan ibu, dengan prosedur utama
merupakan masalah yang dialami yang harus dilakukan adalah anestesi
pada lebih dari 13 juta penduduk pada ibu (Hecker, 2018). Berbagai
Amerika yang 85% diantaranya jenis anestesi yang dikenal didunia
adalah perempuan. Inkontinensia urine kedokteran, tetapi yang lazim
dapat terjadi sebagai akibat dari digunakan adalah anestesi spinal
beberapa abnormalitas fungsi traktus karena anestesi spinal lebih mudah
urinarius bagian bawah atau karena dilakukan, blokade sarafnya

2
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

meyakinkan, dan kemungkinan kandung kemih dengan melakukan


toksisitas tidak ada karena dosis yang pengontrolan dalam pengeluaran urin
rendah, dan karena adanya blokade (Ellis & Nowlis, 2017). Rackley
saraf sakral yang sempurna, perasaan (2016) melaporkan bahwa efektifitas
tidak enak seperti pada anestesi bladder training rata - rata pada pasien
epidural tidak ada. dengan inkontinensia campuran yang
Anestesi spinal merupakan dapat disembuhkan menjadi 12%,
teknik anestesi regional yang baik dimana terjadi peningkatan rata - rata
untuk tindakan-tindakan bedah, 75% setelah 6 bulan.
obstetrik, operasi bagian bawah Penelitian lain mengenai
abdomen dan ekstremitas bawah. “Dampak Bladder training
Teknik ini baik sekali bagi penderita- Menggunakan Modifikasi Cara
penderita yang mempunyai kelainan Kozier Pada Pasien Pasca Bedah
paru-paru, diabetes melitus, penyakit Ortopedi yang Terpasang Kateter
hati yang difus dan kegagalan fungsi Urine di Ruang Rawat Bedah RSCM
ginjal, sehubungan dengan gangguan Jakarta” oleh Bayhakki (2017),
metabolisme dan ekskresi dari obat- didapatkan hasil tidak ada perbedaan
obatan. pada pola berkemih (p=1,00) dan
Penatalaksanaan dalam keluhan berkemih (p=1,00) antara
penanganan masalah eliminasi urine kelompok treatment dan kelompok
(inkontinensia urine) pada pasien post kontrol dan ada perbedaan yang
operasi seksio sesarea dengan anestesi signifikan antara lama waktu
spinal adalah tindakan- tindakan kelompok treatment dan kelompok
keperawatan yang bersifat non kontrol (p=0,05).
farmakologis, termasuk tindakan Penelitian Bety Kristinawati
bladder training yang harus dilakukan (2019), pada 42 orang penderita
perawat sebelum kateter pasien dilepas inkontinensia urine dengan kateter
(Black & Hawks, 2015; Kozier & Erb, terpasang, setelah menjalani bladder
2015; Hickey, 2018; Fillingham & training 11 orang (26,2 %) tetap
Dauglas, 2018) mengalami inkontinensia urine
Bladder training merupakan sementara 31 orang (73,8 %)
latihan yang dilakukan pada mengalami pola eliminasi urine secara

3
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

normal. Rumusan Masalah


Hasil studi awal, yang diperoleh Berdasarkan latar belakang
dari Medical Record RSU Advent diatas maka yang menjadi rumusan
Medan pada tanggal 2 Desember 2010 masalah penelitian ini adalah
didapat data sebagai berikut : pada bagaimanakah kefektifitasan Bladder
tahun 2018 jumlah pasien melahirkan Training terhadap kemampuan
dengan cara seksio sesarea sebanyak mengontrol eliminasi urine pada pasien
552 orang dan pada tahun 2019 post operasi seksio sesarea dengan
sebanyak 442 orang dengan anestesi spinal di RSU Advent Medan
menggunakan anestesi spinal. Peneliti Tahun 2019.
mengadakan wawancara tanggal 4 Dalam penelitian ini populasi
Desember di RSU Advent Medan, pada yang digunakan adalah semua pasien
4 orang pasien post operasi seksio post operasi seksio sesarea dengan
sesarea dengan spinal anestesi anestesi spinal di RSU Advent Medan
mengatakan bahwa keluhan utama dari bulan Mei sampai bulan Juni
yaitu seringnya keluar urine tanpa 2019. Pengambilan sampel dilakukan
mereka sadari setelah kateter dilepas. dengan menggunakan simple random
Dari laporan perawat yang dinas sampling.
diruang kebidanan, mengatakan bahwa
tindakan bladder training tidak pernah Hasil Penelitian
dilaksanakan untuk mengatasi masalah Penelitian ini untuk mengetahui
tersebut. efektifitas bladder training terhadap
Berdasarkan hal tersebut diatas kemampuan mengontrol eliminasi
maka peneliti ingin mengetahui lebih urine pada pasien post seksio sesarea di
lanjut bagaimana efektifitas Bladder lantai IV RSU Advent Tahun 2019.
Training terhadap kemampuan Pengumpulan data dimulai tanggal 02
mengontrol eliminasi urine pada pasien Mei sampai 30 juni 2019. Jumlah
post seksio sesarea dengan anestesi responden yang berpatisispasi dalam
spinal di RSU Advent Tahun 2019. penelitian ini sebanyak 26 pasien post
seksio sesarea. Jumlah responden
kelompok intervensi 13 orang dan
responden kelompok kontrol 13 orang.

4
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Distribusi Responden Berdasarkan 7,4, sedangkan rata – rata usia


Usia Pada Kelompok Kontrol Dan
kelompok intervensi adalah 31,62
Kelompok Intervensi Bladder Taining
Di Lt I RSU Advent Medan Medan Tahun dengan SD 4,9. Analisis statistic
2019 (n = 26)
lebih lanjut menunjukkan tidak ada
Tabel 1. Distribusi Responden perbedaan yang signifikan rata- rata
Berdasarkan rata-rata usia
usia antara kelompok kontrol dan
Kelompok Mean SD Minimum –
Maksimum kelompok intervensi bladder training

Kontrol 31.31 7.4 19 – 45 (Pvalue = 0,888)


Intervensi 31.62 4.9 22 – 39
Distribusi Responden Berdasarkan
Tabel 1 diatas menunjukkan Paritas Pada Kelompok Kontrol Dan
bahwa rata- rata usia kelompok kontrol Kelompok Intervensi Bladder Training
Di RSU Advent Medan Medan 2019 (n
31,31 Tahun dengan Standart Deviasi = 26)
7,4 tahun, sedangkan responden
Tabel 3. Distribusi Responden
termuda 19 tahun dan responden tertua Berdasarkan Paritas Kontrol dan
45 tahun. Sementara rata – rata usia Intervensi
Kelompok Paritas Frekue Persentase
kelompok intervensi 31,62 tahun nsi
dengan Standar Deviasi 4,9 tahun, Kontrol Paritas : 3 23.1
1
dimana responden termuda 22 tahun Paritas : 4 30.8
2
dan responden tertua 39 tahun. Paritas : 3 23.1
3
Hasil uji Statistik Usia Responden Pada Paritas : 1 7.7
Kelompok Kontrol Dan Kelompok 4
Paritas : 2 15.3
Intervensi Bladder Training Di Lt I
5
RSU Advent Medan Medan 2019 (n =
Total 13 100
26)
Intervensi Paritas : 3 23.1
Tabel 2. Hasil Uji Statistik 1
Kelompo Mea S S T P Paritas : 5 38.4
k n D E Valu 2
e Paritas : 1 7.7
Kontrol 31.3 7. 2. 0.1 0.88 3
1 4 1 4 8 Paritas : 3 23.1
Interven 31.6 4. 1. 4
si 2 9 4 Paritas : 1 7.7
5
Tabel 2. diatas menunjukkan Total 13 100
bahwa rata – rata usia kelompok
kontrol adalah 31,31 Tahun dengan SD

5
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa paritas antara kelompok kontrol dan


responden yang mayoritas pada kelompok intervensi bladder training
kelompok kontrol adalah responden (P value = 0,655)
dengan paritas 2 sebanyak 4 orang
Hasil uji Statistik Perbedaan
(30,8 %). Sedangkan pada kelompok
Kemampuan Mengontrol Eliminasi
intervensi mayoritas respondennya Urine Setelah Dilakukan Bladder
Training Pada Kelompok Kontrol Dan
dengan paritas ke 2 sebanyak 5 orang
Kelompok Intervensi Di Lt IV RSU
(38,4%). Advent Tahun 2019 (n = 26)

Tabel 5. Hasil uji Statistik Perbedaan


Hasil uji Statistik Paritas Responden
Kemampuan Kontrol dan Intervensi
Pada Kelompok Kontrol Dan Kemampua N X2 D P
Kelompok Intervensi Bladder Training Kelomp n f value
Di Lt I RSU Advent Medan Medan ok Mengontrol
Berkemih
2019 (n = 26) Bisa Tid
Men ak
gont Bisa
rol Men
Tabel 5. Uji Statistik Paritas Kontrol gont
dan Intervensi rol
Paritas Responden n X D P Kontrol 4 9 13 5.57 1 0.018
Kelo 2
f V Intervensi 10 3 13 1
mpo P P P P P a Total 14 12 26
k a a a a a l
r r r r r u Tabel .5. diatas menunjukkan
1 2 3 4 5 e
bahwa pada kelompok kontrol
Kont 3 4 3 1 2 1 2. 4 0 mayoritas respondennya tidak bisa
rol 3 44 .
Interve 3 5 1 3 1 1 4 6 mengontrol eliminasi urine yaitu
nsi 3
5
Total 6 9 4 4 3 2
5 sebanyak 9 orang dan yang bisa hanya
6
4 orang. Sementara pada kelompok
Tabel 5. diatas menunjukkan intervensi mayoritas respondennya
bahwa responden yang mayoritas pada dapat mengontrol eliminasi urine yaitu
kelompok kontrol adalah responden sebanyak 10 orang dan yang tidak bisa
dengan paritas 2 sebanyak 4 orang. hanya 3 orang. Hasil analisis lebih
Sedangkan pada kelompok intervensi lanjut dengan menggunakan uji X2,
mayoritas respondennya dengan paritas maka didapatkan bahwa ada perbedaan
ke 2 sebanyak 5 orang. Analisis yang signifikan kemampuan
statistic lebih lanjut menunjukkan tidak mengontrol eliminasi urine antara
ada perbedaan yang signifikan jumlah kelompok kontrol dan kelompok

6
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

intervensi setelah dilakukan tindakan anestesi spinal di lantai I RSU Advent


bladder training dimana (P value = Tahun 2019.
0,018) Perbedaan kemampuan
mengontrol eliminasi urine antara
Pembahasan kelompok intervensi dengan kelompok
Penelitian efektifitas bladder kontrol pada penelitian ini mendukung
training ini dilakukan dengan Jumlah hasil penelitian Cockburn dan
responden 26 orang, yang termasuk Chiarelli (2016) yang menyatakan
dalam kelompok kontrol sebanyak 13 bahwa bertujuan bladder training
orang dan yang termasuk dalam efektif untuk mempertahankan
kelompok intervensi 13 orang. Setelah kontinensia yang normal. Proporsi
dilakukan tindakan bladder training kejadian inkontinensia urine pada
sebanyak 4 siklus pada kelompok wanita yang dilakukan bladder training
intervensi didapatkan hasil, 10 orang lebih rendah (31%) dibandingkan
mampu mengontrol eliminasi urine dan wanita yang tidak dilakukan (38,4% )
3 orang tidak mampu mengontrol dari 676 responden.
eliminasi urine, sementara pada Ford Martin (2016) yang
kelompok kontrol yang tidak dilakukan meneliti pengaruh bladder training
tindakan bladder training didapatkan terhadap inkontinensia urin. Penelitian
hasil 3 orang mampu mengontrol dan 9 ini menyatakan bahwa latihan bladder
orang tidak mampu mengontrol training yang dilakukan secara dini
eliminasi urine setelah off - kateter. pada pasien dengan kateter terpasang
Hasil analisa data lebih lanjut dapat menurunkan keluhan
dengan menggunakan uji X2 inkontiensia. Pernyataan yang sama
didapatkan nilai p adalah 0,018 (p juga disampaikan oleh Northrup
value: 0,018 < α:0,05) yang (dalam Craven & Hirnle) bahwa
mempunyai makna bahwa ada wanita yang melakukan bladder
perbedaan kemampuan mengontrol training secara konsisten dan benar
eliminasi urine antara kelompok hasilnya akan sangat memuaskan dan
intervensi dan kelompok kontrol pada dapat mengatasi masalah inkontinensia
pasien post seksio sesarea dengan urin.

7
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Bladder training merupakan dengan inkontinensia urin yang


salah satu upaya untuk menangani dilakukan bladder training dan yang
inkontinensia urin dengan cara tidak dilakukan bladder training
mengembalikan fungsi kandung kemih menunjukkan ada perbedaan yang
yang mengalami gangguan ke keadaan signifikan. Tetapi kombinasi Kegel’s
normal atau ke fungsi optimal exercise dan bladder training yang
(Australian Government, Departement dilakukan pada 125 wanita yang dibagi
of Health And Ageing, 2018). menjadi dua kelompok yang ditraining
Ditambahkan oleh pendapat Hickey dan latihan secara mandiri
(2018) bahwa dengan bladder training menunjukkan hasil yang sangat
pasien dibantu untuk belajar menahan memuaskan dan signifikan secara
atau menghambat sensasi urgensi, dan statistik. Secara kualitatif juga
berkemih sesuai dengan jadual yang diperoleh data meningkatnya persepsi
sudah ditentukan dengan tujuan responden tentang peningkatan
meningkatkan interval antar waktu kualitas hidup.
pengosongan kandung kemih ataupun Selain mencegah dan mengatasi
mengurangi frekuensi berkemih selama inkontinensia urine pada periode pasca
terjaga sampai dengan waktu tidur, seksio dan postpartum , Kegel’s
meningkatkan jumlah urin yang dapat exercise dan bladder training juga
ditahan oleh kandung kemih, dan dapat dijadikan intervensi preventif
meningkatkan kontrol terhadap urge dan kuratif terhadap inkontinensia
incontinence (Verals, 2018 ; Potter & urine pada kehamilan. Smith, al.(2019)
Perry,2017). meneliti keefektifan latihan Kegel’s
Bladder training dapat exercise dan bladder training terhadap
menurunkan kejadian inkontinensia inkontinensia pada prenatal dan
urin, tetapi lebih efektif bila postnatal pada 6181 wanita yang
dikombinasikan dengan therapi lain diambil secara random (intervensi :
seperti Kegel’s exercises. Hal ini 3040, kontrol: 3141). Dari hasil
diungkapkan oleh Wallace (2016) penelitian ini diperoleh data bahwa
dalam penelitiannya tentang efek kejadian inkontinensia urin pada akhir
bladder training terhadap inkontinensia kehamilan pada kelompok intervensi
urin yang membandingkan wanita lebih rendah dibandingkan kelompok

8
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

kontrol. Dalam penelitian ini juga tahun dengan rentang usia 18 sampai
ditemukan bahwa semakin intensif 47 tahun, juga didukung oleh penelitian
latihan dilakukan maka efeknya juga Neilsen, Essary dan Stoehr (2019)
semakin besar. Hal ini sesuai dengan dimana rata-rata usia ibu post seksio
teori bahwa Kegel’s exercise dan sesarea dalam penelitiannya adalah 29
bladder training memfasilitasi tahun.
penyembuhan perineal dan membantu Sedangkan hasil penelitian
pemulihan vagina, merangsang otot – Hatem, et al. (2017) yang bertujuan
otot perkemihan, memperkuat tonus mengidentifikasi faktor-faktor yang
otot pelvik melalui peningkatan berhubungan dengan inkontinensia urin
sirkulasi dan aktivitas isometrik otot dan kombinasi dengan anal
(Sampselle, 2017 dalam Reeder, 2017). inkontinensia pada wanita primipara di
Simon (dalam Setyowati, 2018) Quebec (Kanada). Usia rata-rata ibu
mengungkapkan bahwa wanita yang postpartum yang diperoleh adalah 27,2
melakukan bladder training dan tahun. Rata-rata usia ibu postpartum
Kegel’s exercise rata-rata 50% tersebut sesuai dengan usia yang
mengalami penurunan episode direkomendasikan WHO untuk
inkontinensia urindan hampir 40% kehamilan dan persalinan yang aman.
mencapai kontinens secara utuh. Usia yang dianggap paling aman
Latihan ini sama efektifnya bila menjalani kehamilan dan persalinan
digunakan untuk mengatasi urge, stress adalah 20 hingga 30 tahun. Tapi sesuai
dan mixed incontinence. dengan kemajuan teknologi usia
Hasil penelitian ini juga sampai 35 tahun masih aman untuk
menunjukkan bahwa rata- rata usia kehamilan dan persalinan (Kerty,2019).
yang menjadi responden adalah 31,31 Usia merupakan salah satu
tahun dan 31,62 tahun. Hasil ini faktor risiko terjadinya inkontinensia
mendukung hasil penelitian Hullfish, et urin. Peningkatan usia akan
al. (2017) yang mengatakan tidak ada menyebabkan penurunan tonus otot
pengaruh yang signifikan antara umur dasar panggul yang dapat
ibu dan kemampuan mengontrol menyebabkan terganggunya kontrol
eliminasi dimana rata-rata usia ibu post otot spingter eksternal uretra dan otot
seksio sesarea yang diteliti adalah 29,2 kandung kemih (Craven &Hirnle,

9
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

2017; Kozier, et al. 2018). Hal inilah Wanita dengan paritas


yang menyebabkan usia menjadi salah multipara mempunyai risiko yang lebih
satu penyebab terjadinya inkontinensia besar mengalami inkontinensia urin.
urin. Hatem, et al. (2017) menyatakan Hal ini sudah dibuktikan oleh hasil
bahwa wanita yang berusia di atas 35 penelitian Bajuadji (2015) yang
tahun mempunyai risiko 2 kali lebih memperoleh data kejadian
tinggi dibandingkan wanita yang inkontinensia urin 64,1 % terjadi pada
berusia di bawah 35 tahun bukan hanya wanita multipara dan hanya7,09 %
terhadap inkontinensia tetapi juga yang terjadi pada wanita primipara. Hal
terhadap komplikasi lain seperti yang sama disampaikan oleh WHO
perdarahan dan prolapsus uteri. Hal ini (2016) bahwa kejadian inkontinensia
didukung oleh hasil penelitian urin lebih tinggi pada wanita multipara
Newman (2015) yang menyatakan daripada wanita primipara.
inkontinensia urin stress lebih besar Paritas merupakan satu faktor
terjadi pada wanita yang berusia 35 – risiko yang dapat menyebabkan
64 tahun. terjadinya inkontinensia urin. Hal ini
Hasil penelitian ini juga disebabkan karena penekanan berat
menunjukkan bahwa tidak ada yang terjadi selama kehamilan dan
pengaruh yang signifikan antara jumlah persalinan yang berulang pada wanita
paritas terhadap kemampuan multipara sehingga kekuatan otot-otot
mengontrol eliminasi urine. Hasil ini dasar panggul menjadi lemah terutama
mendukung hasil penelitian Capelini, et otot kandung kemih, leher kandung
al.(2016) yang mengevaluasi kemih, uretra dan uterus. Selanjutnya
keuntungan bladder training untuk akan meningkatkan risiko terjadinya
mengatasi masalah stress inkontinensia inkontinensia urin (Pilliteri, 2018).
urin. Dalam penelitian ini diperoleh Sampselle (2017, dalam Potter &
data bahwa mayoritas responden yang Perry, 2017) menyatakan walaupun
diteliti mayoritas adalah wanita nullipara dapat mengalami
multipara dengan persalinan inkontinensia urin, tetapi insiden
pervaginam dengan rata-rata paritas inkontinensia urin lebih tinggi pada
2,16 (76,9 %). wanita yang lebih sering melahirkan,
atau semakin meningkat paritas

10
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

semakin tinggi risiko terjadinya meningkatkan elastisitas otot perineum


inkontinensia urin. sehingga ruptur dapat dicegah serta
Hal ini berkaitan dengan meningkatkan kekuatan otot-otot dasar
peningkatan tekanan intraabdominal panggul.
selama kehamilan, dan penekanan
selama persalinan terhadap otot-otot Kesimpulan
dasar panggul yang mengganggu Dari hasil dan pembahasan
fungsi kandung kemih dan injuri yang yang telah diuraikan pada Bab
terjadi pada leher kandung kemih. Bila sebelumnya maka penelitian ini dapat
pada kehamilan pertama mengalami disimpulkan:
inkontinensia urin dan tidak 1. Tidak ada perbedaan yang
ditanggulangi dengan baik maka signifikan rata – rata usia antara
kelemahan otot dasar panggul semakin kelompok kontrol dengan
akibat penekanan selama proses kelompok intervensi bladder
kehamilan. training (p value : 0,888 > α :
Risiko terjadinya inkontinensia 0,05)
pada postpartum akan semakin tinggi. 2. Tidak ada perbedaan yang
Stainton, Strahle, dan Fethney (2015) signifikan rata – rata paritas antara
menemukan bahwa wanita yang kelompok kontrol dan kelompok
mengalami inkontinensia urin pada intervensi bladder training (p
kehamilan pertama mempunyai risiko value : 0,655 > α : 0,05)
4,14 kali mengalami inkontinensia urin 3. Terbukti ada perbedaan yang
setelah melahirkan dan pada kehamilan signifikan kemampuan mengontrol
berikutnya dibandingkan wanita yang eliminasi urine antara kelompok
tidak mengalami inkontinensia urin kontrol dan kelompok intervensi
sebelumnya. Oleh karena itu kejadian setelah dilakukan tindakan bladder
inkontinensia urine sebaiknya dicegah training dimana dengan
sejak kehamilan pertama dengan menggunakan uji X2 didapatkan
mengurangi faktor-faktor penyebab nilai (p) adalah 0,018 (p < α ).
inkontinensia urine serta melakukan
latihan kegel dan bladder training Saran
selama kehamilan yang dapat 1 Bagi RSU Advent Medan

11
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Bagi penentu kebijakan di Rumah Fakultas Kedokteran


Universitas Diponegoro.
Sakit disarankan untuk mulai
mengembangkan protap intervensi Hidayati,Wahyu, 2018. Tesis:
Pengaruh Inisiasi Bladder
keperawatan bladder training bagi
Training Terhadap Residu
pasien post seksio sesarea dengan Urine Pada Pasien Stroke yang
Terpasang Kateter di Ruang B1
dengan gangguan urinasi
RSUP DR. Kariadi Semarang,
2 Bagi Peneliti Selanjutnya Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Bagi peneliti selanjutnya
menggunakan sampel yang lebih Japardi, Iskandar, 2016. Manifestasi
Neurologis Gangguan Miksi,
besar, dan mengontrol faktor yang
Fakultas Kedokteran Bagian
mempengaruhi bladder training. Bedah Universitas Sumatera
utara.

DAFTAR PUSTAKA Liu,David, 2018. Manual Persalinan,


Edisi 3, EGC. Jakarta
Alimul, aziz & Musrfatul Aliyah,
2016. Keterampilan Dasar Moctar, Rustam, 2018. Sinopsis
Praktik Klinik Kebidanan, Obstetri, Jilid 2, Edisi 2, EGC.
Salemba Medica.Jakarta. Jakarta

Arikunto. 2018. Manajemen Nursalam, 2017. Konsep dan


Penelitian, Rineka Cipta. Penerapan Metodologi
Jakarta Penelitian Ilmu Keperawatan,
Salemba Medika. Jakarta
Bulton,Thomas & Collin E,2017.
Anestesiologi, Edisi 10, EGC. Nursalam, 2019. Asuhan
Jakarta Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem
Chapman, Vicky, 2016. Asuhan Perkemihan, Salemba Medika.
Kebidanan, Persalinan dan Jakarta
Kelahiran, Edisi I, EGC.
Jakarta Parker, Kirsten Fanning, 2017.
Urinary incontinence, Anatomy
Crawford, Amy & Faucher.2019. & physiology, Drug therapy,
Urinary incontinence, Older Disease management, Volume
people, Bladder, Studies, 151, Edisi 18. California
Physical therapists, Volume 79,
Edisi 5.USA Pinem, Lina Herida, 2019. Tesis:
Efektifitas Paket Latihan
Hardiyanto,Ismar Tri, 2016. Pengaruh Mandiri (Bladder Training)
Anestesi Spinal Terhadap Terhadap Pencegahan
Hemodinamik Pada Penderita Inkontinensia pada Pasien Post
Dengan Seksio Sesarea, Seksio di RS PMI dan RS Salak

12
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Bogor, Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas
Indonesia.

Program Studi Ilmu Keperawatan


(PSIK) Mutiara Indonesia,
2019. Pedoman Penulisan
Skripsi, Mutiara Indonesia.
Medan

Setiowaty, Retno, 2018. Tesis: Efek


Kombinasi Kegel’s Exercises
dan Bladder Training Dalam
Menurunkan Episode
Inkontinensia Urine pada
Lansia di Panti Wreda Wilayah
Semarang, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas
Indonesia.

Suharyanto, Toto & Abdul Madjid,


2019. Askep Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem
perkemihan, CV.Trans Info
Media. Jakarta

Winkjosastro,Hanifa. 2017. Ilmu


Bedah Kebidanan, Yayasan
Bina Pustaka. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai