Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN EFEKTIVITAS BLADDER TRAINNING DENGAN KEAGLE

EXECISE DAN BLADDER TRAINNING TERHADAP WAKTU BAK


PERTAMA PASCA KATETERISASI URIN PADA PASIEN POST OPERASI
DENGAN GENERAL ANASTESI DI RSUD AMBARAWA

Eva Agustin*), Sri Puguh Kristyawati**), M. Syamsul Arief***)

*)
Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Pembedahan merupakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan


membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani pada umumnya
dilakukan sayatan dan dalam proses pembedahan diperlukan anastesi. Agen anastesi
akan mempengaruhi terhambatnya jaras aferen dan eferen terhadap kontrol eliminasi
urin (BAK). Bladder trainning adalah pelatihan kandung kemih yang mengharuskan
pasien menunda berkemih dengan cara mengeklem selang kateter selama ± 1-2 jam
kemudian dilepas. Latihan keagle exercise bertujuan untuk meningkatkan tonus otot
kandung kemih dan kekuatan otot dasar panggul serta sfingter uretra agar dapat
tertutup dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
efektivitas bladder trainning dengan keagle execise dan bladder trainning terhadap
waktu BAK pertama pasca kateterisasi urin pada pasien post operasi dengan general
anastesi di RSUD ambarawa. Penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan
rancangan post test only control group design. Penelitian ini menggunakan
accidental sampling dengan jumlah sampel 18 responden untuk kelompok perlakuan
bladder trainning dengan keagle exercise dan 18 responden untuk kelompok kontrol
bladder trainning. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mann whitney.
Hasil uji mann whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara
bladder trainning dengan keagle exercise dan bladder trainning dengan nilai p
(0,861≥0,05). Bladder training dengan keagle exercise lebih efektif dengan waktu
tercepat 15 menit. Rekomendasi hasil penelitiaan ini disarankan dapat dijadikan
sebagai salah satu intervensi keperawatan dengan memberikan latihan bladder
training dan keagle exercise dengan memperhatikan adanya faktor perancu lain pada
psien yang terpasang kateter post operasi dengan general anastesi..

Kata kunci : bladder training, keagle exercise, general anastesi, waktu BAK

Perbedaan...(Eva Agustin, Sri Puguh Kristyawati, M. Syamsul Arief)| 1


ABSTRACT

surgery is a treatment that uses invasive procedure by opening or displaying body


parts to administer, generally done with incision and in anesthesia is requires the
process of surgery. The anesthetic agent affects the inhibition of afferent and
efferent patways against the control of urine alimination (BAK). Bladder training is
a training of the bladder that requires patients to postpone urination by clamping the
catheter hose for ± 1-2 hours and then removing it. Keagle exercise aims to increase
bladder muscle tone and pelvic floor muscle strength as well as urethal sphincter to
be properly closed. This research aims to understand effectiveness differences of
blader training with keagle exercise and blader training to first time urinate (BAK)
post urinary chatheterization in post operative patients with general anesthesia in
RSUD Ambarawa. This research uses quasy experiment with post test only control
group design. This research uses accidental sampling with the number of samples
18 respondents for experiment group bladder training with keagle exercise and 18
responents for group control bladder training. The test used in this study is mann
whitney. The mann whitney test results shows there is no significant difference
with keagle exercise and bladder training with p value ((0,861≥0,05). Bladder
training with keagle exercise is more effective with the fastest time of 15 menutes.
Recomenmendation of this research result suggested can be used as one of nursing
intervention by giving bladder training and keagle exercise by considering the
existence of other confounding factor that installed chateter post operation with
general anesthesia.

Key words : bladder training, keagle exercise, general anastesi, urinate time BAK

2 | Jurnal Ilmu Keperatawan dan Kebidanan


PENDAHULUAN terhadap kontrol eliminasi urin (BAK).
Pembedahan adalah semua tindakan Hal ini mengakibatkan lemahnya otot
pengobatan yang menggunakan cara dasar panggul sehingga tidak dapat
invasif dengan membuka atau merasakan bahwa kandung kemih
menampilkan bagian tubuh yang akan penuh dan tidak mampu memulai serta
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini menghambat untuk berkemih.
pada umumnya dilakukan dengan Kemungkinan otot kandung kemih dan
membuka sayatan, setelah bagian yang otot sfingter juga tidak mampu
di tangani tampak, dilakukan tindakan merespon terhadap keinginan berkemih
perbaikan yang diakhiri dengan (Muttaqin & Sari, 2009, hlm.137).
penutupan penjahitan luka
(Sjamsuhidajat & De Jong, 2010,
hlm.331). Melemahnya otot dasar panggul, otot
kandung kemih dan otot sfingter
Tindakan pembedahan dapat terhadap kemampuan berkemih. Hal itu
menimbulkan berbagai keluhan dan perlu dilakukan tindakan pemasangan
gejala. Keluhan dan gejala yang sering kateter urine, bertujuan untuk
adalah nyeri. Pembedahan mengosongkan kandung kemih (Potter
menyebabkan terjadinya perubahan & Perry, 2010, hlm.378). Apabila
kontinuitas jaringan tubuh, sehingga kondisi pasien post op dengan general
untuk menjaga homeostasis, tubuh anastesi sudah memungkinkan
melakukan mekanisme yang bertujuan dilakukan pelepasan kateter dan sudah
sebagai pemulihan pada jaringan tubuh mampu berkemih secara spontan dalam
yang mengalami perlukaan. Oleh karena waktu 2-6 jam, maka kateter urin dapat
itu, setiap pembedahan diperlukan dilepas. Hal tersebut dilakukan setelah
upaya untuk pemberian anestesi tujuan pemasangan tercapai (Potter &
(Sjamsuhidajat & De Jong, 2010, Perry, 2006, hlm.1728).
hlm.314)
Akibat yang dapat ditimbulkan apabila
Salah satu anastesi yang digunakan kateter tidak segera dilepas dapat
dalam pembedahan yaitu general menimbulkan infeksi, trauma pada
anastesi (Potter & Parry, 2010, uretra, dan menurunnya rangsangan
hlm.407). General anastesi adalah suatu berkemih. Sehingga dapat
keadaan yang di tandai dengan mengakibatkan kandung kemih tidak
hilangnya persepsi terhadap semua akan terisi dan berkontraksi, selain itu
sensasi akibat induksi obat (Staf juga dapat mengakibatkan kandung
Pengajar Departemen Farmakologi kemih akan kehilangan tonusnya. Otot
Fakultas Kedokteran Universitas detrussor tidak dapat berkontraksi dan
sriwijaya, 2009, hlm.461). Dalam pasien tidak dapat mengontrol
pemberian general anastesi dapat pengeluaran urinnya (Smelzter & Bare,
menimbulkan beberapa efek samping 2013, hlm.1390).
(Sjamsuhidajat & Jong, 2014, hlm.314).
Intervensi yang dapat dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesulitan dalam
Salah satu efek samping dari general berkemih pasien dianjurkan untuk
anastesi yaitu mempengaruhi melakukan latihan kandung kemih
terhambatnya jaras aferen dan eferen

Perbedaan...(Eva Agustin, Sri Puguh Kristyawati, M. Syamsul Arief)| 3


seperti bladder trainning. Bladder operasi BPH di ruang mawar RSUD Dr.
trainning adalah latihan kandung kemih Soehadi Sragen.
yang bertujuan untuk mengembangkan
tonus otot dan otot sfingter kandung
kemih secara maksimal. Bladder
Hasil dari penelitian tersebut berbeda
trainning dilakukan sebelum kateter
dengan penelitian lain yang dilakukan
urin dilepas dengan cara kateter diklem
oleh Wibowo, Saryono, dan Santoso
selama 2 jam dan di buka selama 5
(2014) yang berjudul “Pengaruh
menit. Bladder Trainning Sebelum Pelepasan
Douwer Kateter Terhadap Pencegahan
Tujuan bladder trainning adalah untuk Inkontinensia Urin Pada Pasien BPH
memperpanjang interval antara urinasi Pasca Operasi Trans Vesica
klien, menstabilkan kandung kemih dan Prostatectomy”, dengan hasil penelitian
menghilangkan urgensi (Suharyanto & menunjukkan p value sebesar 0,091
Majid, 2009, hlm.203). Hal tersebut yaitutidak ada pengaruh bladder
sesuai dengan penelitian yang trainning sebelum pelepasan douwer
dilakukan oleh Shabrini, Ismonah & kateter terhadap pencegahan
Satyanegara (2015) yang berjudul inkontinensia urin pada pasien BPH
“Efektifitas Bladder Trainning Sejak pasca operasi TVP.
Dini Dan Sebelum Pelepasan Kateter
Urin Terhadap Terjadinya Inkontinensia
Urine Pada Pasien Paska Operasi Di Penelitian lain yang dilakukan oleh
SMC RS Telogorejo” dengan nilai p ≤ Utami, Suparni dan Ersila (2014) yang
0.05 terdapat perbedaan yang antara berjudul “ Waktu Pertama Buang Air
bladder trainning sejak dini dengan Kecil (BAK) Pada Ibu Post Partum
bladder training sebelum pelepasan. Yang Dilakukan Bladder Trainning”,
Perbandingan nilai rerata pada bladder hasil penelitian menunjukkan bahwa
trainning sejak dini 10.93, sedangkan seluruh ibu post partum dapat buang air
bladder trainning sebelum pelepasan dengan cepat setelah melahirkan dengan
20.07 hal ini menunjukkan bahwa rata-rata waktu pertama kali buang air
latihan bladder trainning sejak dini kecil (BAK) 2,7 jam post partum.
lebih baik dibandingkan dengan bladder
trainning sebelum pelepasan.
Latihan lain yang dapat dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesulitan dalam
berkemih yaitu dengan latihan keagle
Penelitian yang dilakukan oleh Wiyono,
exercise, latihan keagle exercise dapat
Istyningtyas & Nurhayati (2016) dengan
meningkatkan mobilitas kandung kemih
judul “efektivitas bladder training
dan menurunkan gangguan pemenuhan
terhadap retensi urin pada pasien post
kebutuhan eliminasi urin (Nursalam &
operasi BPH di ruang mawar RSUD Dr.
Baticaca, 2009, hlm.150). Latihan
Soehadi Sragen”, hasil penelitian
keagle exersice yang dilakukan secara
ditemukan nilai p value 0,020 < 0,05.
rutin dapat menguatkan otot-otot
Sehingga H0 ditolak yang artinya
pubococcygeus yang menyangga
terdapat efektivitas bladder training
kandung kemih dan sfingter uretra serta
terhadapretensi urin pada pasien post
meningkatkan kemampuan untuk

4 | Jurnal Ilmu Keperatawan dan Kebidanan


memulai berkemih dan menghentikan METODE PENELITIAN
laju urin (Nursalam & Baticaca, 2009, Penelitian ini merupakan penelitian
hlm.149). Penelitian yang dilakukan kuantitatif dengan menggunakan
oleh Mustofa & Widyaningsih (2009) rancangan penelitian Quasi Eksperiment
dengan judul “Pengaruh latihan Kegel dengan rancangan post test only control
Terhadap Frekuensi lnkontinensia Urine group design, design yaitu satu
Pada Lansia di Panti Wreda Pucang kelompok adalah kelompok perlakuan
Gading Semarang”, hasil penelitian sedangkan kelompok lain adalah
menunjukkan ada pengaruh latihan kelompok kontrol sebagai pembanding.
kegel terhadap frekuensi inkontinensia
urin pada lansia di Panti Wreda Pucang
Gading Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah
Pasien post operasi dengan general pasien yang terpasang kateter urin post
anastesi pasca kateterisasi urine tidak operasi dengan general anastesi. Jumlah
mampu mengontrol BAK dan populasidi RSUD Ambarawa pada
dianjurkan untuk melakukan bladder tahun 2016 sebanyak 601 kasus pasien
trainning dan keagle exersice untuk operasi dengan general anastesi, dengan
membantu memulai BAK pertama pada rata-rata perbulan sebanyak 50 pasien.
pasien post operasi pasca kateterisasi Tehnik pengambilan sampel pada
urin dengan general anastesi. Sehingga penelitian ini menggunakan sampel
dengan intervensi bladder trainning dan penelitian accidental. Jumlah sampel
keagle exercise di harapkan pasien yang diperoleh dalam penelitian ini
pasca kateterisasi urin dapat merespon sebnyak 36 responden, dengan perincian
berkemih secara normal atau spontan 18 sebagai kelompok intervensi dan 18
dengan menahan waktu berekemih. responden sebagai kelompok kontrol.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Alat pengumpulan data dalam penelitian
peneliti pada tanggal 10 Januari 2017 ini adalah jam analog dan lembar
diperoleh hasil dari jumlah pasien yang observasi. Berdasarkan uji normalitas
menjalani pembedahan pasca dengan menggunakan uji Shapiro Wilk
kateterisasi urin dengan general setelah dilatih bladder training
anastesi di RSUD Ambarawa pada didapatkan nilai 0,02 dan setelah dilatih
Tahun 2016 sebanyak 601 pasien bladder training dengan keagle exercise
(Rekam Medis RSUD Ambarawa). didapatkan nilai 0,51 (p≤0,05) artinya
Berdasarkan latar belakang di atas, tidak normal. Karena data berdistribusi
maka peneliti ingin mengetahui tidak normal maka dilakukan transformasi
perbedaan efektifitas bladder trainning data yang didapatkan nilai 0,011 artinya
dan keagle exersice terhadap waktu data masih tetap tidak normal, maka uji
eliminasi BAK pertama pasca selanjutnya adalah Mann Whitney.
kateterisasi urin pada pasien post
operasi dengan general anastesi di
RSUD Ambarawa.

Perbedaan...(Eva Agustin, Sri Puguh Kristyawati, M. Syamsul Arief)| 5


HASIL DAN PEMBAHASAN diketahui bahwa jenis kelamin
1. Gambaran karateristik terbanyak yang terpasang kateter
responden (usia dan jenis adalah perempuan yaitu sebesar 20
kelamin ) responden (55,6%).

Tabel 1
Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan penelitian ini
Berdasarkan Usia Di RSUD menggambarkan bahwa jenis
Ambarawa Tahun 2017 kelamin tidak mempengaruhi waktu
(n = 36) BAK pasien post operasi, faktor
yang mempengaruhi waktu BAK
adalah dosis general anastesi yang
diberikan kepada pasien saat pasien
menjalani operasi, menurut Dobson
(2006, hlm.90) menyatakan bahwa
anastesi dengan dosis yang tinggi
dapat mempengaruhi lamanya waktu
BAK, dikarenakan sistem syaraf
para simpatis akan mengalami
pengeblokan lebih lama, sehingga
mempengaruhi pemulihan waktu
Berdasarkan tabel 4.1 dapat
BAK.
diketahui bahwa usia yang terpasang
kateter paling banyak pada usia 26-
35 tahun sebesar 24 responden
Hasil penelitian ini sesuai dengan
(66,7%). Pada penelitian ini penelitian yang dilakukan Oktaviani
responden termasuk dalam usia dan Fahriani (2014), dalam
dewasa, di mana struktur maupun penelitian “pengaruh bladder
fungsional kandung kemih dan training terhadap fungsi berkemih
sfingter dapat memberikan pada pasien yang terpasang kateter
di ruang rawat inap kelas 3 rsud
rangsangan kontraksi kandung
prof. dr. H. Aloei Saboe kota
kemih lebih baik yang berdampak Gorontalo”. Pada penelitian tersebut
pada kandung kemih cepat kembali menunjukkan jenis kelamin
berkontraksi secara normal perempuan berpengaruh atau
(Maryam, et al., 2008, hlm.45). berhubungan dengan keluhan
bekemih setelah bladder training.
Hasil penelitian ini didukung pada 2. Gambaran respon berkemih
penelitian oleh Yuniarti dan Ari (Waktu BAK)
(2011) tentang “ Efektifitas Bladder
Training pada pasien paska bedah Tabel 2
dengan anastesi umum yang Gambaran Respon Waktu BAK
terpasang kateter urin terhadap (dalam satuan menit) Setelah Dilatih
kemampuan berkemih spontan di Bladder Trainning dan Bladder
RS Telogorejo Semarang” Training Dengan Keagle Exercise
mengatakan bahwa usia Di RSUD Ambarawa Tahun 2017
mempengaruhi waktu berkemih. n=36
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin dapat

6 | Jurnal Ilmu Keperatawan dan Kebidanan


Hasil penelitian ini didukung oleh
Oktaviani dan Fahriani (2014)
dengan judul “Pengaruh Bladder
Training Terhadap Fungsi Berkemih
Pada Pasien Yang Terpasang
Kateter Di Ruang Rawat Inap Bedah
Kelas 3 RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo”, hasil pada
Berdasarkan tabel 4.2 dapat penelitian ini yaitu ada pengaruh
diketahui bahwa pasien yang bladder training terhadap fungsi
terpasang kateter respon waktu berkemih pasien yang terpasang
BAK sesudah dilakukan tindakan kateter.
yaitu paling banyak 20 menit setelah
dilatih bladder training. Respon
Pemberian kombinasi antara bladder
waktu BAK pertama tercepat
trainning dan keagle exercise dapat
adalah 15 menit setelah dilatih
mengontrol waktu BAK karena
bladder trainning dan keagle dan
keagle exercise dapat melatih otot
waktu BAK pertama paling lama
panggul secara aktif yang bertujuan
adalah 120 menit.
untuk meningkatkan kakuatan otot
panggul, keagle exercise dilakukan
Penelitian ini berbanding lurus
setiap kontrakasi 10 kali dengan
dengan teori yang dikemukakan
frekuensi 1 kali sehari sehingga
Kozier, et al., (2010, hlm.392)
memperkuat fungsi sfingter
bahwa agens anastesi akan menekan
eksternal pada kandung kemih
sementara tonus otot kandung
(Sudoyo, et al., 2007, hlm.1395).
kemih, yang biasanya kembali
Keagle exercise yang diterapkan
normal dalam waktu 6-8 jam setelah
saat proses pertengahan proses
pembedahan. Penatalaksanaan yang
berkemih dapat memperkuat fungsi
dapat dilakukan untuk memulihkan
sfingter (Nursalam & Baticaca,
waktu BAK adalah bladder
2009, hlm.151).
trainning dan keagle exercise.
3. Uji Mann Whitney
Pemberian bladder trainning
mengakibatkan mengembangnya Tabel 3
tonus otot dan sfingter kandung Analisa Perbedaan Efektifitas
kemih supaya berfungsi secara Bladder Trainning Dan Keagle
optimal (Suharyanto & Madjid Exercise Terhadap Waktu BAK
(2009, hlm.103). Bladder trainning Pertama (dalam satuan menit) Pasca
dilakukan dengan menetapkan Kateterisasi Urin Pada Pasien Post
waktu untuk berkemih dan bukan Operasi Dengan General Anastesi
sesuai dengan desakan untuk Di RSUD Ambarawa
berkemih (Kozier, et al., 2010,
hlm.873). Tindakan menjepit kateter
selama ±1-2 jam memungkinkan
otot destrusor berkontraksi
sedangkan pelepasan klem
memungkinkan kandung kemih
untuk mengosongkan isinya
(Smeltzer & Bare, 2013, hlm.1390).

Perbedaan...(Eva Agustin, Sri Puguh Kristyawati, M. Syamsul Arief)| 7


saraf transmisi, sehingga pasien
tidak mengalami sensasi nyeri
ketika dilakukan pembedahan. Efek
general anastesi adalah
mempengaruhi terhambatnya jaras
aferen dan eferen terhadap kontrol
waktu BAK. Hal ini mengakibatkan
lemahnya otot dasar panggul
sehingga aktivitas eliminasi urin
(BAK) terhenti atau melambat, dan
tidak dapat merasakan bahwa
kandung kemih penuh dan tidak
Berdasarkan tabel 3 dengan jumlah mampu memulai serta menghambat
responden masing-masing 18 untuk berkemih (Muttaqin & Sari,
responden. Secara statistik dari hasil 2009, hlm.137).
uji Mann Whitney menunjukkan Secara deskriptif dari tabel 4.2 dapat
nilai p = 0,861 (p≥0,05), maka H0 dilihat pada responden bahwa BAK
diterima dan Ha ditolak artinya tidak tercepat yaitu 15 setelah dilatih
ada perbedaan yang bermakna bladder training dengan keagle
antara bladder trainning dan exercise. Sehingga dapat
bladder training dengan keagle disimpulkan bahwa bladder
exercise terhadap waktu BAK trainning dengan keagle exercise
pertama pasca kateterisasi urin pada
lebih efektif terhadap waktu BAK
pasien post operasi dengan general pertama pasca kateterisasi urin pada
anastesi di RSUD Ambarawa. pasien post operasi dengan general
Hasil penelitian ini didukung oleh anastesi.
penelitian oleh Wibowo, Saryono
dan Santosa (2014), tentang
“Pengaruh bladder training: delay Hal tersebut dikarenakan intervensi
urination sebelum pelepasan douwer bladder trainning dan keagle
kateter terhadap pencegahan exercise sama sama bermanfaaat
inkotinensia urin pada pasien BPH merangsang otot destrussor kandung
pasca operasi trans vesica kemih, akan tetapi kombinasi
prostatectomy” menunjukkan p bladder trainning dan keagle
value 0,091 bahwa tidak ada exercise dapat melatih kembali
pengaruh bladder training sebelum tonus otot dan sfingter kandung
pelepasan douwer kateter terhadap kemih secara maksimal. Pada keagle
pencegahan inkotinensia urin pada exercise dapat meningkatkan
pasien BPH pasca operasi TVP. mobilitas kandung kemih dan
menurunkan gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi urin. Latihan
Penelitian ini menunjukkkan bahwa keagle exercise yang dilakukan
tidak ada perbedaan yang bermakna secara rutin dapat minguatkan otot-
setelah dilatih bladder training otot pubococcygeus yang
dengan keagle exercise dan bladder menyangga kandung kemih dan
training. Hal tersebut dapat sfingter uretra serta meningkatkan
disebabkan pada saat proses kemampuan untuk memulai
pembedahan diberikan anastesi, berkemih dan menghentikan laju
tujuan dari anastesi yaitu memblokir

8 | Jurnal Ilmu Keperatawan dan Kebidanan


urin (Nursalam & Baticaca, 2009, trainning dengan mengamati
hlm.150). adanya faktor perancu misal
obat dan membatasi umur,
sedangkan keagle exercise
SIMPULAN dengan meningkatkan frekuensi
Berdasarkan hasil dari penelitian ini latihan dan dengan responden
dapat disimpulkan bahwa kombinasi yang berbeda.
pemberian bladder training dengan
keagle exercise lebih efektif
dibandingkan hanya dengan bladder
training dalam mempercepat BAK DAFTAR PUSTAKA
Dobson, Michael. (2006). Penuntun
pertama post operasi dengan general
praktis anastesi. Jakarta:
anstesi di RSUD Ambarawa. Hal ini EGC
membuktikan bahwa meskipun
perlakuan yang diberikan pada Kozier, B., Erb, G., Berman, A.,
kelompok intervensi maupun Synder, S,J. (2010). Buku
Ajar Fundamental
kelompok kontrol sama sama dapat
Keperawatan Konsep,
mempercepat pemulihan kandung Proses & Praktik Edisi 7
kemih, akan tetapi intervensi Volume 2. Alih Bahasa Esty
kombinasi dari bladder training W, Devi Y, Ana L. Jakarta:
dengan keagle exercise lebih efektif EGC
dalam pemulihan kandung kemih. Maryam, R.S., Ekasari, M.F.,
Rosidawati, Jubaedi, A., &
Batubara, I. (2008).
SARAN Mengenal usia lanjut dan
1. Bagi Pelayanan perawatannya.Jakarta:
Kesehatan/Rumah Sakit salemba medika
Hasil penelitian ini dapat
dijadikan salah satu intervensi Mustofa.,Wahyu Widyaningsih.
pada pasien gangguan berkemih (2009). Pengaruh latihan
yang terpasang kateter post kegel terhadap frekuensi
operasi dengan general inkotinensia urine pada
anastesi. lansia di panti wreda pucang
2. Bagi institusi pendidikan gading semarang
Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan Mutaqqin.A, Kumala.S.(2009).
untuk mahasiswa mengenai Asuhan Keperawatan
metode bladder trainning dan Perioperatif Konsep, Proses,
keagle exeercise terhadap Dan Aplikasi. Jakarta:
respon berkemih pada pasien Salemba Medika
pasca kateterisasi urin post
Nursalam., & Baticaca, F.F. (2009).
operasi dengan general
Asuhan Keperawatan Pada
anastesi.
Pasien Dengan Gangguan
3. Bagi peneliti selanjutnya
System Perkemihan. Jakarta:
Hasil penelitian ini dapat
Salemba Medika
dijadikan sebagai informasi
bagi peneliti selanjutnya yang
Nursalam. (2006). Asuhan
akan meneliti tentang bladder
Keperawatan pada pasien dengan

Perbedaan...(Eva Agustin, Sri Puguh Kristyawati, M. Syamsul Arief)| 9


gangguan system perkemihan. Partum Yang Dilakukan
Jakarta: Salemba Medika Bladder Training
Rekam Medis RSUD Ambarawa Wibowo A, Saryono ,& Santoso D
(2016). Jumlah Pasien Post (2014). Pengaruh bladder
Operasi Dengan General training: delay urination
Anastesi Di RSUD sebelum pelepasan douwer
Ambarawa Pada Tahun kateter terhadap pencegahan
2016 inkontinensia urin pada
Shabrini,L.A, Ismonah & Syamsul, pasien bph pasca operasi
A.S. (2015). Tentang trans vesica prostatectomy
Efektifitas Bladder Training
Sejak Dini Dan Sebelum Wiyono, Istyningtyas & Nurhayati.
Pelepasan Kateter Urin (2016). Efektivitas bladder
Terhadap Terjadinya training terhadap retensi
Inkontinensia Urine Pada urin pada pasien post
Pasien Paska Operasi Di operasi bph di ruang mawar
Smc RS Telogorejo rsud dr. soehadi sragen
Sjamsuhidajat, R & de jong. (2010). Yuniarti dan Sad Ari K (2011).
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Efektifitaas bladder training
2. Jakarta: EGC pada pasien paska bedah
_______. (2014). Buku Ajar Ilmu dengan anastesi umum yang
Bedah. Jakarta: EGC terpasang kateter urin
terhadap kemampuan
Smeltzer ,S, C., & Bare, B.G (2013). berkemih spontan di rs
Keperawatan Medikal Bedah telogorejo semarang
Brunner & Suddart. Edisi 8
Vol.1. Alih Bahasa Agung
Waluyo. Jakarta: EGC

Staf pengajar departemen


farmakologi fakultas
kedokteran universitas
sriwijaya. (2009)

Sudoyo., & Widianti, A.T. (2007).


Catatan Kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika

Suharyanto,T,. & Abdul,M.(2009).


Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan
System Perkemihan. Jakarta:
Cv Trans Info Media
Utami, Hilda Ekasari.,
Suparni.,Wahyu Ersila.
(2014). Tentang Waktu
Pertama Buang Air Kecil
(BAK) Pada Ibu Post
10 | Jurnal Ilmu Keperatawan dan Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai