Anda di halaman 1dari 4

1.

Jelaskan peranan mediasi dalam proses penyelesaian kasus medis

Mediasi merupakan pendekatan non litigasi dalam penyelesaian sengketa yang diakui oleh
hukum positif di Indonesia yang ditempuh melalui pendekatan kekeluargaan, mengedepankan
prinsip kemanusiaan dan keadilan dalam rangka menjaga hubungan baik untuk mengakhiri
sengketa yang ada. Mediasi layak dipilih karena sifatnya yang saling menguntungkan (mutual
winning). Selain itu prosesnya yang tertutup telah mampu menjaga kerahasiaan para pihak
yang bersengketa, dan proses musyawarah untuk pengambilan keputusan bersama, mampu
menempatkan kesetaraan posisi tawar antara pihak pasien dengan dokter atau rumah sakit
yang tersandung sengketa. Kesepakatan bersama yang diperoleh melalui mediasi untuk
mengakhiri sengketa kesehatan, akan dituangkan dalam nota perdamaian ataupun akta
perdamaian yang bersifat final dan binding.

Proses mediasi merupakan salah satu bentuk dari alternative dispute resolution (ADR) atau
alternatif penyelesaian masalah. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
Mediasi itu sendiri dapat dilakukan melalui jalur pengadilan maupun di luar pengadilan
dengan menggunakan mediator yang telah mempunyai sertifikat mediator. Mediator adalah
pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai
kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan
sebuah penyelesaian.

Prinsip Mediasi

a) Kewajiban partisipasi seluruh pihak dalam proses mediasi.

b) Upaya maksimal untuk mencapai mufakat.

c) Penggunaan pendekatan rekturisasi dengan pola best commerciaal practice.

d) Menghormati hak-hak para pihak yang terkait

Peran Mediasi

1. Untuk mengatasi masalah penumpukan perkara.

2. Untuk memperjelas tujuan yang ingin dicapai dari pada mediasi tersebut.

3. Mediator sebagai penengah membantu memperluas akses para pihak dalam menyelesaikan
permasalahan yang dialami
4. Membantu mengurangi terjadinya perceraian
2. Uraikan langkah-langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam penanganan
kasus medis di RS

Pelayanan kesehatan tidak selalu bisa memberikan hasil sebagaimana yang diharap oleh
pasien atau keluarga pasien, kesenjangan inilah yang sering menjadikan ketidakpuasan
sehingga timbul sengketa kesehatan. Sengketa kesehatan jika dilihat dari periodenya bisa
muncul  dalam periode pra perawatan, saat perawatan maupun paska perawatan, begitu juga
kalau kita lihat dari areanya bisa muncul pada ranah kode etik, disiplin kedokteran maupun ,
ranah yuridis.       Pada Lembaga pemberi layanan kesehatan seperti rumah sakit, sengketa
yang terjadi pada pra perawatan dapat terjadi pada saat penerimaan awal (pendaftaran,
Kegawat Daruratan), biasanya terjadi karena pelayanan yang tidak bisa ramah atau    cepat,
waktu menunggu yang lama    berakibat pasien/keluarga merasa diterlantarkan, Pada periode
perawatan biasanya diakibatkan oleh tenaga kesehatan yang tidak bisa memberikan
komunikasi yang efektif karena kesibukan/banyak pasien, ada kecenderungan tidak
menempatkan pasien pada posisi yang simetris tapi lebih pada posisi patron‐ klien, sedang
sengketa pasca perawatan bisa muncul karena pembiayaan yang besar, hasil dari perawatan
yang tidak sesuai dengan harapan atau munculnya efek samping atau resiko medis lainnya.     

 Penyelesaian sengketa ini seharusnya dilakukan secara berjenjang, mengingat profesi tenaga
kesehatan atau lembaga yang menaunginya ini rentan terhadap pembunuhan karakter oleh
media massa atau rentan terhadap pemerasan oleh oknum yang tak bertanggungjawab.
Pada tataran pertama, bila gejala sengketa terbuka mulai muncul (surat ketidakpuasan hanya
ditujukan ke pihak RS), sebaikanya pihak rumah sakit melalui bagian humas segera
melakukan pendeketan guna menjawab atau klarifikasi terhadap permasalahan yang ada
sehingga pihak pengadu/pelapor merasa puas dan terselesaikan permasalahannya. Pada
tataran ke‐2 bila telah meluas (laporan ketidakpuasan pelayanan ditujukan ke RS dan
ditembuskan ke LSM/LPK/Ombudsman) dan melibatkan pihak ke‐3 (kuasa
hukum/LSM/masyarakat) maka diperlukan adanya mediator yang dianggap netral untuk
membantu pneyelesaian sengketanya. Pada tataran ke‐3 jika laporan sengketa kesehatan
sudah meluas pada lembaga peradilan (kepolisian,kejaksaan,pengadilan) maka mutlak
mediator    bersertifikat menjadi sangat diperlukan bila pendekatan penyelesaian sengketa
secara tertutup masih di inginkan oleh pihak Rumah Sakit/ lembaga pemberi layanan
kesehatan/tenaga kesehatan. Bila proses mediasi gagal maka penyelesaian sengketa akan
dilanjutkan melalui proses persidangan di pengadilan (litigasi)
Prosedur dalam jalur litigasi ini sifatnya lebih formal (very formalistic) dan sangat teknis
(very technical). Seperti yang dikatakan J. David Reitzel “there is a long wait for litigants to
get trial”, jangankan untuk mendapat putusan yang berkekuatan hukum tetap, untuk
menyelesaikan pada satu instansi peradilan saja, harus antri menunggu. Prosedur
penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di pengadilan (litigasi), lazimnya dikenal juga
dengan proses persidangan perkara perdata sebagaimana ditentukan berdasarkan hukum acara
perdata (HIR) yang secara sederhana.

Anda mungkin juga menyukai