Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Dosen Pengampu :

Maya Eresteria. S.E., M.Si., Akt,CA,ACPA

Disusun Oleh:

Silvana Nanda Putri (40011420650002)


Olivia Feby Yohana (40011420650005)
Wijaya Prawira Atmaja (40011420650047)
Metha Ayum Maulina (40011420650065)

STR-AKUNTANSI PERPAJAKAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya dengan
berfikir secara sehat.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Maya
Eresteria pada Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maya Eresteria, selaku dosen Mata Kuliah
Etika Bisnis dan Profesi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, mungkin kami melakukan beberapa
kesalahan. Untuk itu, kami sangat terbuka terhadap kritikan dan saran dari berbagai pihak.
Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penulis,

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………….……………….. 1

1.3 Tujuan ……………………..................................................................... 1

BAB II Isi ………………………………………………………………………….. 2

2.1 Pengertian Reformasi …………………………………………………. 2

2.2 Reformasi Tata Kelola dan Akuntabilitas …………………….………. 2

2.3 Kronologi Bencana Enron …………………………………………….. 2

2.4 Kasus Worldcom Terhadap Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi ……... 5

BAB III Penutup …………………………………………………………………... 7

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 7

3.2 Saran ………………………………………………………………....... 7


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah perusahaan dari penggabungan antara penyalur gas alam melalu pipa, InterNorth,
dengan Houston Natural Gas, adalah perusahaan Enron. Enron yang bergerak di bidang industri.
Kasus ini diketahui orang-orang pada Desember 2001 dan menggelinding pada 2002 dan
berimplikasi luas pada pasar keuangan global yang ditandai dengan menurunnya harga saham
secara drastis berbagai bursa efek di dunia. Enron, perusahaan yang menduduki ranking tujuh
dari 500 perusahaan, jatuh bangkrut dan meninggalkan hutang kurang lebih US$ 31.2 milyar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan reformasi?


2. Bagaimakah keadaan akuntabilitas dan reformai tata kelola?
3. Bagaimanakah kronologi bencana Enron?
4. Bagaimanakah prinsip tata kelola perusahaan terhadap kasus Enron?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian reformasi


2. Mengetahui keadaan akuntabilitas dan reformasi tata kelola
3. Mengetahui kronologi kejadian Enron
4. Mengetahui keterkaitan kasus Enron terhadap prinsip tata kelola perusahaan
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Reformasi

Menurut KBBI, reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial,
politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.

2.2 Reformasi Tata Kelola dan Akuntabilitas

Ikhtisar dan timeline acara dan perkembangan multiple besar dihasilkan guncangan krisis
kepercayaan investor korporasi dan etika profesional yang mendukung pasar modal Amerika
Utara dan nilai-nilai kepercayaan yang memungkinkan perdagangan modern. Presiden Bush dan
para pemimpin di seluruh dunia memanggil jawaban dan solusi untuk memastikan kepatuhan
dengan nilai wajar yang publik dapat dukungan dan kepentingan publik yang diminta. Pada
akhirnya, perusahaan pemerintahan dan profesi akuntansi yang ditunjukkan perlu reformasi
untuk memulihkan kepercayaan dan kredibilitas yang diperlukan untuk pasar keuangan untuk
bekerja secara efektif.

2.3 Kronologi Bencana Enron

Enron adalah perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada 1985. Bisnis inti
Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang luas bahkan
sampai bidang lain yang tidak terkait industri energi.

Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non-
energy dan kegiatan bisnis keuangan. Kasus ini mulai terungkap pada Desember 2001 dan
menggelinding pada 2002 dan berimplikasi luas pada pasar keuangan global yang ditandai
dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di dunia. Enron, perusahaan
yang menduduki ranking tujuh dari 500 perusahaan terkemuka dan merupakan perusahaan energi
terbesar di Amerika Serikat. Tetapi, ia jatuh bangkrut dan meninggalkan hutang kurang lebih
US$ 31.2 milyar.

Dalam kasus Enron, diketahui terjadi perilaku moral hazard, diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta dollar AS, padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan untuk mempertahankan
saham agar tetap diminati para investor. Kasus ini melibatkan orang dalam gedung putih,
termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis dan data dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle) dikemukakan sebagai berikut :

1. Board of Director (Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, dan Direktur Non-Eksekutif)


membiarkan kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan
mengizinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di
akses pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis
tidak sehat sebelum hal itu terungkap ke public.
2. Enron merupakan perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total
atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executive Enron (Kepala Internal Audit) semula adalah partner
KAP Andersen yang ditunjuk sebagai akuntan public perusahaan.
b. Direktur Keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staff Akuntan Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal 2001 partner KAP Andersen melakukan evaluasi pada kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko
tinggi terkait praktek akuntansi dan bisnis Enron. Dari hasil evaluasi, diputuskan untuk
tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Seorang Eksekutif Enron dilaporkan mempertanyakan praktek akuntansi perusahaan
yang tiak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran terkait hal tersebut kepada CEO dan
partner KAP Andersen di pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hokum
perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran itu tetapi tidak
memperkenankan penasehat hokum untuk mempertanyakan pertimbangan yang
melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi penasehat hukum itu
menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal serius yang perlu diperhatikan.
5. 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Pada laporan
itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100
juta dibanding periode sebelumnya. Kenneth Lay, CEO Enron, menyebutkan Enron
memberi prospek yang sangat baik secara berkesinambungan. Ia tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting
charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada
periode itu rugi $644 juta. Kemudian, para analisis dan reporter mencari tahu tentang
beban $1 miliar itu. Ternyata, berasal dari transaksi yang dilakukan perusahaan yang
didirikan CFO Enron.
6. Pada 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan
dan memecat 5.000 pegawai. Saat itu terungkap ada hutang perusahaan yang tidak
dilaporkan lebih dari satu milyar dollar. Dengan pengungkapan ini, nilai investasi dan
laba yang ditahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh melakukan criminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron.
8. Dana pension Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
Sementara itu, harga saham Enron terus menurun sampai hamper tidak ada nilainya.
9. KAP Andersen dihentikan sebagai auditor Enron pada pertengahan Juni 2002.
Sementara, KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan audit oleh Enron telah
berakhir saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. Kenneth Lay, CEO Enron, mengundurkan diri pada 2 Januari 2002, tetapi masih
dipertahankan posisinya di Dewa Direktur perusahaan. Pada 4 Februari, Mr. Lay
mengundurkan diri dari Dewan Direktur perusahaan.
11. Pada 28 Februari 2002, KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 juta US dollar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika.
13. Pada 14 Maret 2002, Departemen Kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan menghambat proses pradilan karena menghancurkan dokumen
yang sedang diselidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekuensi negatif atas kasus Enron berupa kehilangan
klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain, dan pengungkapan
yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Pada 22 Maret 2002, Paul Volkeer, mantan Ketua Federal Reserve, direkrut untuk
merevisi praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan
agar manajemen yang ada dihentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai Paul
Volkeer untuk menyusun manajemen baru mereka.
16. Pada 26 Maret 2002, Joseph Berandino, CEO Andersen, mengundurkan diri.
17. Pada 8 April 2002, David Duncan, seorang partner KAP Andersen, bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan menghambat proses
peradilan dan setuju menjadi saksi kunci pengadilan kasus KAP Andersen dan Enron.
18. Pada 9 April 2002, Jeffrey McMahon, Presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang
berlaku eksekutif 1 Juni 2002, mengumumkan pengunduran dirinya.
19. Pada 15 Juni 2002, juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
menghambat proses peradilan.

Ada beberapa indikator utama atas kronologis kasus Enron di atas. Indikator tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :

1. Special Purpose Vehicle (SPV/SPE) dan Laporan Konsolidasi


Suatu perusahaan harus menentukan apakah mengerjakan suatu pekerjaan sendiri
atau menyewa pihak orang lain (outsourcing). Aset yang digunakan dengan menyewa
tidak perlu dimasukkan ke neraca. Hal ini disebut off-balance-sheet financing atau
pendanaan di luar neraca. Contohnya sewa guna usaha.
Perusahaan dapat mendirikan perusahaan kecil yang terpisah, bertugas melayani
kebutuhan outsourcing ini. Perusahaan kecil ini disebut SPE. Untuk akuntansi, SPE
merupakan perusahaan terpisah dan independen, sehingga tidak perlu dikonsolidasi
dengan perusahaan induknya. Berkaitan dengan Enron, beberapa SPE dibentuk tidak
independen karena dimiliki dan dikelola CFO Enron.
2. Conflict of Interest
KAP Arthur Andersen mengaudit Enron sejak 1985 dan selalu memberi opini
wajar tanpa syarat sampai tahun 2000. Arthur Andersen juga memberi jasa konsultasi
mengenai pembentukan SPE tersebut. Dengan berperan sebagai auditor merangkap
konsultan managemen, Andersen menerima fee double, yaitu konsultasi menerima US$
27 juta dan dari jasa audit mendapat US$ 25 juta.
3. Ethical Issue
KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak
menjadi bagian dari kertas kerja audir formal. Selain itu, jika Arthur Andersen memenuhi
panggilan pengadilan berkaitan dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada
dokumen dimusnahkan. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak
kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai munculnya panggilan pengdilan.
Walaupun penghancuran dokumen itu sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini
dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur.

Berdasarkan pemapasaran kasus Enron di atas, maka ada beberapa pihak luar perusahaan
yang ikut bertanggung jawab atas kasus ini, diantaranya :

1. Auditor
Arthur Andersen, satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar, adalah akuntan
yang disewa dan dibayar Enron. Tugas Andersen adalah memeriksa dan memberi
kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted
accounting practice). Andersen menyediakan kosnultasi untuk Enron, dimana ini
melebihi wewenang akuntan publik dan mengalami konflik kepentingan akibat
pembayaran besar Enron, sebesar $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta biaya konsultasi.
2. Konsultan Hukum
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson dan Elkins juga disewa Enron.
Mereka bertanggung jawab menyediakan opini hukum atas trategi, struktur, dan legalitas
umum atas semua yang dilakukan Enron. Seperti Andersen, ketika ditanyakan mengapa
tidak ikut menghalangi ide dan aktifitas ilegal Enron, mereka menjelaskan bahwa Enron
tidak memberi informasi lengkap terkait kepemilikan di SPEs.
3. Regulator
Enron sebagai perusahaan yang berdagang di pasar energy diawasi oleh FERC
(Federal Energy Regulatory Commission), tetapi FERC tidak mengawasi secara
mendalam. Hal ini dikarenakan Enron berdagang listrik tidak di satu negara, antar negara.
4. Pasar Ekuitas
Sebagai perusahaan public, Enron harus mengikuti peraturan SEC. Tetapi dalam
pengawasannya, SEC tidak menginvestigasi secara mendalam atau mengkonfirmasi
ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan testimony yang dibuat lembaga lain,
seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE, mengharuskan Enron
memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya
melakukan verifikasi firsthand.
5. Pasar Hutang
Enron menginginkan sebuah nilai rating. Untuk itu, Enron membayar Standard &
Poors serta Moody’s untuk memberi nilai rating. Rating dibutukan untuk sekuritas hutang
perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Masalahnya, perusahaan rating
itu hanya menganalisis sebatas pada data yang diberikan Enron kepada mereka, yaitu
operasional dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating
harus memeriksa total hutang perusahaan atau tidak, khususnya terkait SPEs.

Dari kasus itu, secara kasat mata kasus itu teribat pelanggaran terhadap 5 Prinsip Etika
Profesi, yaitu :

 Adanya pelanggaran prinsip tanggung jawab. Yaitu pihak Arthur Andersen sebagai
akuntan publik tidak dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap jasa
professional seorang akuntan.
 Adanya pelanggaran pada prinsip kepentingan publik. Yaitu perusahaan kurang
memegang teguh kepercayaan masyarakat.
 Adanya pelanggaran pada prinsip obyektivitas. Seharusnya tiap anggota harus menjaga
obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan pemenuhan kewajibannya.
 Adanya pelanggaran pada prinsip integritas. Enron menerbitkan laporan keuangan yang
bukan merupakan hasil aktual yang terjadi, namun laporan keuangan dibuat dan
menunjukkan laba yang besar agar terlihat bagus oleh klien dan pasar.
 Adanya pelanggaran prinsip professional. Perusahaan seharusnya konsisten pada reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang menjatuhkan perusahaan, tetapi CEO dan
CFO perusahaan membiarkan kegiatan bisnis tertentu melangar etika dan mengijinkan
terjadinya transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa diakses insider trading.

2.4 Kasus Enron Terhadap Prinsip Tata Kelola Perusahaan

Kegagalan Enron, dan KAP Arthur-Andersen merupakan pemicu tentang harapan baru
dalam tata kelola dan akuntabilitas di Amerika. Para politisi Amerika menciptakan kerangka tata
kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act untuk memulihkan
kepercayaan masyarakat. Pelanggaran pada Good Coorporate Government di kasus Enron
terlihat jelas, seperti berikut ini :
1. Enron melanggar prinsip keterbukaan. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan
dituntut menyediakan informasi yang cukup akurat tepat waktu kepada segenap
stakeholders-nya. Pada kasus ini, CEO Enron, Kenneth Lay, tidak menjelaskan secara
rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus sebesar $1 milyar yang sesungguhnya
menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta.
2. Enron melanggar prinsip pertanggungjawaban. Enron seakan sengaja memberikan dana
pensiun yang sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham. Ini menyebabkan harga
saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya dan pegawai pun ikut
menanggung kerugiannya.
3. Adanya pelanggaran prinsip kemandirian. Enron melakukan outsourcing secara total atas
fungsi internal audit perusahaan sehingga konflik kepentingan terjadi dengan mudah.
4. Adanya pelanggaran pada prinsip kewajaran. Pada kasus Enron, perusahaan
mengizinkan transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa diakses pihak dalam
perusahaan (inside trading).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Enron dan KAP Arthur Andersen dapat dikatakan sudah melanggar kode etik yang
seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya, bukan unuk dilanggar. Pelanggaran
itu memang memberikan keuntungan diawal, tetapi jika diteruskan ia justru menjatuhkan
kredibilitas dan menghancurkan Enron serta KAP Arthur Andersen. KAP seharusnya bersikap
independen karena perbuatannya membuat keduanya mendapat kehancuran dimana Enron
bangkrut dan meninggalkan hutang milyaran dollar. Sedangkan KAP Arthur Andersen sendiri
kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan publik.

Dari kasus ini, perilaku moral hazard pun sudah terjadi. Perilaku moral hazard diantaranya
yaitu manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan disaat perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham mereka tetap
diminati para investor. Hal ini adalah contoh pelanggaran etika profesi auditor yang terjadi di
Amerika Serikat.

3.2 Saran

Suatu perilaku atau praktik yang dilandasi ketidakbaikan, akan berakhir mendapat
ketidakbaikan pula, termasuk kemadharatan bagi banyak pihak. Untuk itu, sebaiknya lakukanlah
hal-hal baik dan tidak menentang aturan. Kita harus tau apa hal yang baik, apa hal yang buruk,
serta mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi, baik dalam hubungan
dengan kolega, klien, ataupun public.
DAFTAR PUSTAKA

kbbi.web.id/reformasi

nielam-tugas.blogspot.com/2012/10/kasus-enron.html

cescbergas.blogspot.com/2012/11/8-prinsip-etika-profesi-dalam-akuntansi.html

asdarmunandar.blogspot.com/2012/03/tata-kelola-etis-dan-akuntabilitas.html

heidysweet88.blogspot.com/2009/11/etika-profesi-akuntansi-kasus-enron.html

amaliamel2.blogspot.com/2012/10/kasus-enron.html

asnamaulida.wordpress.com/2013/02/19/enron-and-worldcom/

uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/

scribd.com/doc.29073146/Kasus-Enron-Corporation

mikhaanitaria.blogspot.com/2010/11/good-corporate-governance-gcg_8760.html

anastasiamonita.blogspot.com/2012/10/skandal-perusahaan-enron.html

Anda mungkin juga menyukai