Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

III. PENUTUP
Daftar Isi ................................................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................21
3.2 Saran ..............................................................................................................................................21
I. PENDAHULUAN
Daftar Pustaka......................................................................................................................................21
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................................2
Daftar Gambar .....................................................................................................................................22
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan .........................................................................................................2
Daftar Tabel..........................................................................................................................................22
1.3 Batasan Masalah ..............................................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................................................................2

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Struktur Gedung bagian Atas………… ..............................................................................3
2.1.1 Definisi Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan........................................................................3
2.2 Komponen Struktur Gedung bagian Atas.........................................................................................3
2.2.1 Pondasi ..........................................................................................................................................3
2.2.2 Kolom ............................................................................................................................................6
2.2.2.1 Prinsip-Prinsip Kolom .................................................................................................................6
2.2.3 Balok…………….. ..............................................................................................................................9
2.2.4 Plat Lantai…...................................................................................................................................9
2.2.4.1 Sistem Plat Satu Arah................................................................................................................11
2.2.4.2 Sistem Plat Dua Arah................................................................................................................11
2.2.5 Tangga………………………………………………………………………………………………………...............................11
2.2.6 Dinding Geser……………………………………………………………………………………………...............................13
2.2.7 Atap….………………………………………………………………………………………………………...............................14
2.2.7.1 Fungsi dan Bagian Atap.............................................................................................................14
2.2.7.2 Komponen Atap…………………………………....................................................................................14
2.2.7.3 Tipe Kuda-kuda dan Bentuk Kuda-Kuda...................................................................................15
2.3 Beban pada bangunan bertingkat.…………………………………….……………………………………....................16
2.4 Gambar Potongan dan Detail Potongan dari Denah Skematik……………….…………………………………..18

1|P ag e
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Batasan Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur Pada penulisan ini, pembahasan dibatasi pada analisa struktur gedung bagian atas,
bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan komponen-komponen struktur dan beban-beban yang bekerja pada struktur atas gedung.
tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas adalah struktur bangunan yang berada di
atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki 1.4 Sistematika Penulisan

fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan terhadap
1. Bab 1 pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah
keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan
serta sistematika penulisan makalah.
struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan
2. Bab 2 berisikan uraian pembahasan (isi)
(serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan (durability) (Hartono, 1999).
3. Bab 3 penutup
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban hidup (live
load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi bahan perhitungan awal
dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada
setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan analisis struktur untuk mengetahui
besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur
(Gideon dan Takim, 1993).
Pada perencanaan struktur atas ini harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar
yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu Standar Tata Cara
Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan Indonesia
untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983,
dan lain-lain (Istimawan, 1999).

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah :


1. Menganalisa struktur gedung bagian atas.
2. Mengetahui komponen-komponen struktur atas gedung
3. Mengetahui beban-beban yang bekerja pada struktur atas gedung

2|P ag e
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Struktur Gedung Bagian Atas konstruksi pada bangunan berlantai berada pada:
a) Super Struktur berupa tangga, dinding, plafond. Fungsi system konstruksi yang beraada
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas pada bagian super struktur adalah menyalurkan gaya-gaya ke system struktur bangunan.
muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok,dinding geser dan tangga, b) Upper Struktur berupa atap, listplank, talang air. Fungsi system konstruksi yang berada
yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting. pada bagian up struktur adalah penerima beban secara langsung. Beban yang diterima
berupa beban angin dan hal ini terjadi pada system konstruksi atap, sedangkan listplank
2.1.1. Definisi Sistem Struktur dan Konstruksi pada Bangunan berfungsi sebagai penrima beban angin dari arah samping atap sedangkan talang air
berfungsi sebagai penyalur air hujan pada atap dan talang air juga dapat berfungsi
a. Sistem Struktur sebagai pembentuk atap.
Defenisi sederhana mengenai system struktur dalam hubungannya dengan bangunan
ialah bahwa struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban akibat penggunaan dan 2.2 Komponen-Komponen Struktur Gedung Bagian Atas

atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. Struktur dapat juga didefenisikan sebagai suatu
2.2.1. Pondasi
entitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi
unsur-unsur pokokyang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya karakter keseluruhan Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang termasuk dalam sub struktur
mendominasi interelasi bagian -bagiannya. Secara singkat system struktur pada bangunan bangunan. Pondasi berfungsi sebagai penerima beban dari bangunan kemudian beban tersebut
merupakan bagian utama yang mendukung bangunan agar dapat berdiri kokoh. dialirkan ke dalam tanah di bawah bangunan tersebut. Pondasi adalah bagian terendah dari
Sistem struktur pada bangunan berlantai dapat ditempatkan pada bagian: bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya.
a) Sub Struktur berupa pondasi yang diberada pada bagian bawah pondasi atau Terdapat klasifikasi pondasi, yaitu:
didalam tanah, fungsi pondasi sebagai penerima gaya yang akan disalurkan ketanah. 1. Pondasi Dangkal
b) Super Struktur berupa kolom, balok, plat lantai. Bagian ini berada pada bagian badan Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bebannya secara langsung. Pondasi
bangunan yang mana fungsinya sebagai penyalur gaya di dalam bangunan. dangkal biasanya dipergunakan pada bangunan sederhana/bangunan yang tidak berlantai serta
c) Up Struktur berupa kuda-kuda yang berfungsi sebagai penopang material penutup yaitu pada bangunan 2 lantai. Jenis pondasi dangkal pada bangunan terbagia atas dua jenis, yaitu:
atap dan kuda-kuda juga berguna sebagai penyalur beban dari atap. a. Pondasi Batu (Pondasi Garis)
b. Sistem Konstruksi Pondasi batu/garis biasa juga disebut sebagai pondasi memanjang. Pondasi batu/garis
Defenisi system konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang adalah jenis pondasi yang mendukung dinding secara memanjang atau digunakan untuk
menempel pada system struktur utama, sedangkan fungsi dari system konstruksi adalah elemen mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat. Pondasi batu/garis memiliki kedalaman 1 –
yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban secara langsung. Penempatan system 1,5 meter. Pondasi ini tidak dipergunakan pada struktur vertical/bangunan tinggi.

3|P ag e
Pondasi sumuran biasa juga disebut dengan nama pier foundation, adalah pondasi yang
merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dengan pondasi tiang, pondasi ini
b. Pondasi Plat Kaki (Pondasi Foot-Plate)
dipergunakan bila tanah dasar yang kuat dan terletak pada kedalaman yang relative dalam.
Pondasi plat kaki biasa juga disebut sebagai pondasi telapak. Pondasi telapak adalah
pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom. Pondasi telapak memiliki kedalaman 1,5 –
2 meter, bias dipakai untuk bangunan vertical. Pondasi ini haeus bertumpu pada tanah keras
atau pada tiang pancang.

2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yag meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batu yang terletak relative jauh dari permukaan. Adapun jenis-jenis pondasi
dalam, yaitu:
a. Pondasi Rakit

Pondasi rakit biasa juga disebut raft foundation, adalah pondasi yang digunakan
untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan
kolom-kolom jaraknya yang sedemikian dekat di semua arahnya. Prinsip penepatan
pondasi rakit adalahpondasi ini sebaiknya mendapatkan daya dukung yang besar dan
memperluas bidang sentuh tanah dengan pondasi.

b. Pondasi Sumuran

4|P ag e
c. Pondasi Caisson e. Pondasi Tiang
Pondasi caisson merupakan pondasi dengan bentuk persegi empat dan dasar dari pondasi Pondasi tiang biasa juga disebut dengan nama pile foundation yang
caisson diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras untuk memikul beban struktur. Pondasi
ini juga biasa dipakai/dipergunakan pada bangunan yang berada pada daerah/site yang berair.

digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya,
dan tanah keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Dan juga bila pondasi bangunan
terletak pada tanah timbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada
timbunan akan dipengaruhi oleh penurunan yang besar. Pondasi tiang bentuknya hampir sama
dengan pondasi sumuran akan tetapi pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih
panjang serta lebih padat.

d. Pondasi Sarang Laba-Laba


Pondasi sarang laba-laba merupakan pondasi kotak terbalik, dimana pada bagian bawah
kotak tidak tertutup. Kotak yang kosong diisi dengan tanah atau pasir + batu.Plat lantai terdiri
dari beberapa kotak kecil yang sama, dimana setiap sudut kotak ditempatkan tiang. Tiang dalam
kotak dihubungkan dengan bidang diagonal. Seluruh dinding pondasi merupakan dinding beton
bertulang dan tingginya sama dengan dinding luar. Ruang kosong dalam kotak setiga diisi
dengan tanah atau pasir + batu sebelum diadakan pengecoran pada lantai dasar.

5|P ag e
2.2.2. Kolom 2.2.2.1. Prinsip Desain Kolom

Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan dimensi
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-beban kolom
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban berlebihan, maka kolom
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas pikul-
seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang beban batas tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu elemen
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan yang disebut elemen
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan elemen tekan pendek. Perilaku elemen
hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. tekan panjang terhadap beban tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang mempertahankan bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada saat beban
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk menjadi
paling tidak tiga kali dimensi lateral. seperti tergambar.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton menerima beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan menyebabkan elemen struktur
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu adalah
tekan dan gaya tarik pada bangunan. besar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang sudah
mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena tekuk adalah suatu ragam
kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh
aksi beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai material.
Pada saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk berkaitan dengan
kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai kekakukan kecil lebih mudah
mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai kekakuan besar. Semakin panjang suatu
elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.

6|P ag e
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur tekan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20,
panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : dengan tulangan pokok 8 d12 mm, danbegel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton
1 .Panjang Kolom diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cmmaksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
b. Kolom Praktis
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat panjang
elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban tekuk adalah yang berhubungan Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding
dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan ukuran penampang). agardinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudutsudut).Dimensi kolom praktis 15/15 dengantulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
2. Kekakuan
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan distribusinya. beton bertulang yaitu :
Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu menekuk pada arah seperti
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang
yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun bentuk berpenampang simetris (misalnya
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
bujursangkar atau lingkaran) tidak mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat.
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan
Ukuran distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
dinyatakan dengan momen inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur 2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai
pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul-
heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan
beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan
kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah
ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk.
terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
Mengekang (menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan.
terwujud.
Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas pikul-beban
elemen tekan. Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya 3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1. Merupakan komponen struktur tekan
material, bukan tekuk. yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama diberi batang tulangan pokok memanjang.
dan kolom praktis.
a. Kolom Utama

Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah
3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitubesar, dan apabila jarak
antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan

7|P ag e
Konsep pembebanan  Tidak rijid / tidak kaku → sendi atau engsel

Beban : atap, lantai, tingkat dan beban berguna Hubungan dengan Pondasi

A. Kolom Bahan Beton / bertulang

 Hubungan rijid ( dicor / dibuat sekaligus)

Kolom  Hubungan tidak rijid ( sebagai elemen pracetak)

B. Kolom bahan baja


pondas
i  Rijid ( hubungan dilas atau baut )
 Tidak rijid ( hubungan dibaut)
jenis – jenis gaya yang membebani sebuah kolom :

C. Kolom bahan kayu


 gaya normal / vertical
 Tidak rijid ( hubungan dipaku, baut dan dipasak)
 gaya lateral / horizontal Hubungan Dengan Balok Kayu

 momen ( akibat eksentris gaya ) A. Kolom dan balok bahan beton / bertulang

 puntir • Hubungan elemen kaku sempurna (beton bertulang dengan cor ditempat)

catatan • Bila terjadi hubungan tidak kaku (beton pra cetak ) Kolom dan balok bahan baja
A. Kerja sama dengan pondasi yang paling ideal adalah bila kolom hanya
Sambungan dengan
meneruskan beban yang tegak lurus dengan titik pusat bumi (sesuai
dengan gravitasi bumi). • Las (hubungan kayu)
B. Bahaya tekuk dapat tejadi akibat ukuran kolom terlalu langsing /
• Baut (hubungan kaku/tidak kaku)
kecil bila dibandingkan dengan tinggi kolom.
C. Ada sebutan kolom non structural karena dianggap tidak memikul, C. Kolom dan Balok bahan kayu Sambungan dengan :
tapi hanya berfungsi menjadi pengaku / pengikat dinding atau
• Pasak / baji
elemen pengisi lainnya.
Hubungan Kolom dengan Elemen Struktural lain: • paku

 Pada struktur rangka, hubungan dapat terjadi


• gigi khusus untuk gaya tekan

 Rajid / kaku → jepit • baut merupakan sambungan yang paling kurang efektif memikul beban Catatan :

8|P ag e
• Profil C ini hanya digunakanuntuk bangunan ringan / sederhana d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya harus dipasang
tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang
• Bisa berbentuk menutup.
tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada
2.2.3. Balok jenis baja keras.

e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari
30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak
sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang
tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.

2.2.4. Plat Lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai
tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan

b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung

c. Bahan konstruksi dan plat lantai


Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 1974)
struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah
sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban. a. Pelat kaku
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural rigidity), dan
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I – 2 hal. 91 sebagai berikut :
memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam (lentur dan puntir) dan
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi balok harus gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang
dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih. teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.

b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan untuk balok b. Membran

tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan pemasangan Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral dengan

tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus. gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati dengan jaringan
kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
diabaikan.

9|P ag e
c. Pelat flexibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul beban luar dengan
gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial.
Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan
bebannya menguntungkan.
d. Pelat tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi kontinu
tiga dimensi
Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari : b. Plat Lantai Beton
a. Plat Lantai Kayu Dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik
Ukuran Lebar papan umumnya 20-30cm. Tebal papan ukuran 2-3cm, dengan jarak balok- dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat
balok pendukung antara 60-80cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12, 8/14, 10/14. Untuk pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan hitungan plat lantai dan beton bertulang, harus
bentangan 3-3,5cm. Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SNI I Beton 1991.
ditopang oleh balok beton. Bahan kayu yang dipaki harus mempunyai berat jenis antara 0,6-0,8
Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
(t/m3) atau dari jenis kayu kelas II.
Keuntungannya : a. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedangkan untuk plat atap
1. Harga relative murah, berarti biaya bangunan rendah sekurangkurangnya7cm
2. Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai b. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja lunak atau baja sedang
3. Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran fondasi c. Pada plat lantai yang tebalnya > 25cm harus dipasang tulangan rangkap atas bawah
Kerugiannya : d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari 20cm atau dua
kalitebal plat lantai, dipilih yang terkecil
1. Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan ringan
e. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm, untuk melindungi
2. Bukan peredam suara yang baik
bajadari karat, korosi atau kebakaran
3. Sifat bahan “permeable” ( rembes air ), jadi tidak dapat dibuat KM/WC di lantai atas
f. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1semen : 2pasir : 3kerikil + air, bila untuk
4. Mudah terbakar, jadi tidak dapat membuat dapur dilantai atas
lapiskedap air dibuat dari campuran 1semen : 1 ½ pasir : 2 ½ kerikil + air secukupnya.
5. Tidak dapat dipasang keramik
6. Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas
7. Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-ubah.

10 | P a g e
2.2.4.1. Sistem Pelat Satu Arah

Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum dan dasar
adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar). Dimana permukaan pelat itu dibatasi
oleh dua balok yang bersebelahan pada sisi dan dua gelagar pada kedua ujung. Pelat satu arah
adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar dari pada lebarnya, maka hampir semua
beban lantai menuju ke balok-balok dan sebagian kecil saja yang akan menyakur secara langsung
ke gelagar.
Kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai pelat satu arah dengan tulangan utama
sejajar dengan gelagar atau sisi pendek dan tulangan susut atau suhu sejajar dengan balok-balok
atau sisi panjangnya. Permukaan yang melendut dari sistem pelat satu arah mempunyai
kelengkungan tunggal. Sistem pelat satu arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus,
Plat-lantai beton dapat dibuat menerus/menjadi satu dengan plat luifel dengan balok asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi.
penumpu sebagai pembatasnya.
2.2.4.2. Sistem Pelat Dua Arah
c. Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil yang Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus, asal

kemudian dicampur semenyang berukuran 90cm x 80cm. plat lantai yumen ini masih jarang perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis pelat lantai dua arah jika

digunakan karena termasuk bahan bangunan yang baru dan yumen ini buatan dari Pabrik Semen perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek kurang dari dua

Gresik. Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat balok
pendukung, akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Permukaan
Cara Pemasangan Yumen :
lendutan pelat mempunyai kelengkungan ganda.
Sebelum dipasangi yumen, dack yang akan dibuat dipasangi kayu bangkirai 5/7 dengan panjang
2.2.5. Tangga
yangsudah diatur dengan jarak 40cm. Kayu yang berjejer tersebut ditumpangi ring balk dan dicor,
setelah itu lembaran yumen dipasang berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu dibaut. Kemudian Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan anak
diatas yumen baru diberi rabat beton (1pc : 2ps : 3kr), setelah kering dipasang keramik, kalau tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga mempunyai
dilihat dari bawah, kayu tersebut tampak seperti utuh. Untuk itu kayu tersebut bisa dipakai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal, tangga dengan
sebagai kayu ekspos (bisa dipolitur). bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh
balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga melayang (Free Standing Stairs).

11 | P a g e
Konstruksi tangga kayu, untuk bangunan sederhana dan semi permanen. Pertimbangan : a. Tangga Plat
material kayu ringan, mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi Tangga dengan faktor pendukung berupa plat (biasanya berupa plat beton bertulang).
dengan variasi profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui oleh beban- Diatas tangga plat tangga yang miring ini terdapat anak tangga.
beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi serta konstruksi tangga b. Tangga Balok
kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas Tangga dengan struktur pendukung berupa balok (dapat berupa balok beton bertulang,
dan cahaya. kayu atau baja profil)

c. Tangga kantilever
Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus. Ukuran tebal adalah dari 3 - 4 cm, ukuran lebar
Anak-anak tangga berupa kantilever yang terjepit salah satu ujungnya di dalam dinding
dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda.
atau balok.
Umumnya konstruksi tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh tanpa
sambungan. Persyaratan pembuatan tangga adalah sebagai berikut :

1. Lebar tangga dan bordes memenuhi kebutuhan


Bagian-Bagian struktur tangga :
2. Panjang tangga cukup, sehingga dapat memberikan aantrede optrede yang proporsional, aman
a. Ibu Tangga
dan nyaman.
Bagian konstruksi pokok yang berfungsi mendukung anak tangga. Ibu tangga dapat
3. Sandaran yang cukup kuat dan aman
merupakan konstruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunannya.
4. Memenuhi persyaratan struktural.

Bordes :
Bordes biasa juga disebut Landing. Merupakan bagian dari tangga sebagai tempat
beristirahat menuju arah tangga berikutnya. Bordes juga berfungsi sebagai pengubah arah
tangga. Umumnya, keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15. Kenyamanan bordes juga
perlu diperhatikan, untuk lebarnya harus diusahakan sama dengan lebar tangga.

Baluster :
Merupakan penyangga pegangan tangga, biasanya bentuknya mengarah vertical.
Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi, beton, juga baja. Terkadang juga saya pernah
melihat material baluster menggunakan kaca. Untuk keamanan dan kenyamanan pengguna
tangga, usahakan jarak antar baluster tidak terlalu jauh, terutama untuk keamanan anak
kecil.Untuk ukuran ketinggian baluster, standarnya kurang lebih antara 90-100 cm.

Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :

12 | P a g e
A + 2.O = 57 – 65 cm. Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2006 (Purwono et al., 2007), perencanaan geser pada dinding
A + 2.O = 62 cm structural untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat
A + 2x19 = 62 cm beban gempa. Namun, dalam prakteknya masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain
Maka A = 62 - 38 = 24 cm dinding geser berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebab kan masih disyaratkannya konsep desain
kapasitas untuk perencanaan dinding geser dalam berbagai proyek gedung tinggi di Indonesia.
Jadi panjang langkah datar ( antrede ) = 24 cm. jika tangga tersebut dibuat tangga lurus Menurut konsep desain kapasitas, kuat geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum
maka panjang ruang yang di butuhkan untuk tangga yaitu : 19 x 24 = 456 cm, belum terhitung
yang paling mungkin terjadi di dasar dinding.
awal naik tangga dan akhir tangga.
Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka pemikul
Oleh karena itu lebih hemat bila menggunakan tangga bordes dengan dua lengan maka :
momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah
· Banyaknya langkah naik n (A) = buah. ½ x 380/19 =10n
dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002),
· n langkah datar (O) = 10 – 1 = 9 buah.
dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi
· Panjang tangga seluruhnya menjadi 9 x 24 = 216 cm.
utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada
· Panjang bordes = 80 cm, entrance tangga = 74 cm. dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui
· Panjang ruangan untuk tangga menjadi kurang lebih 370 cm. pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.
2.2.6. Dinding Geser Penempatan dinding geser ada 2 macam :

1. Dinding geser sebagai dinding tunggal


Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang langsing
vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser berbentuk persegi 2. Dinding geser yang disusun membentuk core (inti).
panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya diletakkan di sekeliling
lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam
Jenis dinding geser berdasarkan variasi susunan dinding geser dalam denah dibagi atas :
bangunan.
Usaha untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur dinding geser, 1. Dinding geser sebagai dinding eksterior
diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi. Dengan pemberian profil sebagai
2. Dinding geser sebagai dinding interior
tambahan untuk pengaku dalam menahan gaya lateral. Dinding geser dengan penambahan profil
memberikan hasil kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan penampang dinding geser biasa 3. Dinding geser simetri
dengan selisih beda 100% yang bisa dilihat pada diagram interaksi momen (Mn) dan beban
4. Dinding geser asimetri
axial(Pn). Perbedaan tersebut didapat dengan menarik garis linear pada diagram tersebut.
Didapat momen pada dinding geser tanpa profil sebesar Mn = 25000 KNm, sedangkan momen 5. Dinding geser penuh selebar bangunan

pada dinding geser dengan profil sebesar Mn =50000 KNm.


6. Dinding geser hanya sebagian dari lebar bangunan
Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa
akan terserap oleh dinding geser tersebut. Menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

13 | P a g e
2.2.7. Atap bawah penutup atap yang
memikul beban penutup dan
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan
pengaruh cuaca
penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
 Konstruksi penutup atau
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan
pelapis atap berfungsi
konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah satu
sebagai kulit pelindung kuda-
bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka
kuda dan elemen bangunan
atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu /
dibawahnya
baja yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.
2.2.6.3. Kuda – kuda
2.2.7.1. Fungsi dan Bagian Atap
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang berfungsi untuk
Fungsi
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk
Mencegah terhadap pengaruh : pada atapnya. Kuda – kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Umumnya kuda-
kuda terbuat dari :
· Angin
· Kuda-kuda kayu
· Bobot sendiri

Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.


· Curah hujan

· Kuda-kuda bambu
· Melindungi ruang bawah, manusia
serta elemen bangunan dari Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10 m.
pengaruh cuaca
· Kuda-kuda baja
· Hujan
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapar mendukung beban atap
· Sinar cahaya matahari sampai beban atap sampai dengan bentang 75 m, seperti pada hanggar pesawat, stadion
olahraga, bangunan pabrik, dan lain-lain.
· Sinar panas matahari

· Kuda-kuda dari beton bertulang


· Petir dan bunga api penerbangan

Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.


2.2.7.2. Komponen Atap
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu membentuk
 Konstruksi (kuda-kuda) di
segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa

14 | P a g e
tembok diusahakan tidak menerima gaya horizontal maupun momen,a. karena tembok hanya Bentang 3-4 Meter
mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 sampai dengan 4 meter, bahannya
beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu
dari kayu, atau beton bertulang.
berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang
pada saat memasang/memperbaiki atap).

2.2.7.3. Tipe Kuda-Kuda dan Bentuk Kuda-Kuda

a. Tipe Kuda-Kuda

b. Bentang 4-8 Meter

Untuk bentang sekitar 4 sampai dengan 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.

b. Bentuk-bentuk Kuda-kuda

Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda berdasarkan bentangc. kuda-kuda dan jenis Bentang 9-16 Meter

bahannya, yaitu : Untuk bentang 9 sampai dengan 16 meter, bahan dari baj (double angle).

15 | P a g e
g. Kuda-Kuda dalam Penerapan

h. Kuda-Kuda Sistem Knock Down

Kuda-kuda sistem knock down merupakan terobosan baru untuk mendirikan rumah
d. Bentang 20 Meter instan. Bentuk kuda-kuda sangat sederhana dan terbuat dari papan. Tipe kuda-kuda tersebut
diperkenalkan dalam rangka pendirian rumah untuk korban bencana alam yang terjadi di aceh
Bentang maksimal sekitar 20 meter, bahan dari baja (double angle) dan kuda-kuda atap
tanggal 26 desember 2004 dan dikenal dengan rumah tipe RI-A.
sebagai loteng, bahan dari kayu.

Kuda-Kuda Baja Profil Siku 2.3 Beban-beban Pada Struktur Bangunan Bertingkat

Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah bekerjanya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu : (PPI, 1983)
1. Beban Vertikal (Gravitasi)
a. Beban mati (Dead Load)
Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya (PPI, 1983).
Kuda-Kuda Gabel Profil WF
Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang senantiasa bekerja sepanjang waktu
selama bangunan tersebut ada atau sepanjang umur bangunan. Pada perhitungan berat sendiri
ini, seorang analisis struktur tidak mungkin dapat menghitung secara tepat seluruh elemen yang
ada dalam konstruksi, seperti berat plafond, pipa-pipa ducting, dan lain-lain. Oleh karena itu,
dalam menghitung berat sendiri konstruksi ini dapat meleset sekitar 15 % - 20 % (Soetoyo, 2000).

16 | P a g e
b. Beban Hidup (Live Load) 5. Beban Horizontal (Lateral)
Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, a. Beban Gempa (Earthquake)
yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Sedangkan pada atap, beban hidup termasuk air Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan
hujan yang menggenang (Benny, 1996). akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa. Pertama kali di Indonesia ketetapan perencanaan
Beban gravitasi pada bangunan yang berupa beban mati dan beban hidup ini akan gempa untuk bangunan dimasukkan dalam Peraturan Muatan Indonesia 1970, lalu peraturan ini
diterima oleh lantai dan atap bangunan, kemudian didistribusikan ke balok anak dan balok induk. diperbaharui dengan diterbitkannya Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk
Setelah itu akan diteruskan ke kolom dan ke pondasi. Gedung 1983.
Bentuk pendistribusian beban dari plat terhadap balok dalam bentuk trapesium maupun Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan Gempa, yaitu : (Soetoyo, 2000)
segitiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini. · Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis).

Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh gempa pada struktur dianggap
sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat
gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk bangunan struktur yang beraturan dengan ketinggian
tidak lebih dari 40 m.

· Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).

· Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan. Perhitungan
gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari :

§ Analisa Ragam Spektrum Respons


Analisa Ragam Spektrum Respons adalah Suatu cara analisa dinamik struktur, dimana suatu
model dari matematik struktur diberlakukan suatu spektrum respons gempa rencana, dan
berdasarkan itu ditentukan respons struktur terhadap gempa rencana tersebut.
§ Analisa Respons Riwayat Waktu
Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa dinamik struktur, dimana suatu model
matematik dari struktur dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil pencatatan atau
gempa-gempa tiruan terhadap riwayat waktu dari respons struktur ditentukan.
b. Beban Angin (Wind Load)

Gambar : Distribusi Beban Pada Balok. Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya
selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak lurus
pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau (Benny, 1996).

17 | P a g e
c. Tekanan Tanah dan Air Tanah a. Potongan Memanjang
Selain beban-beban tersebut diatas, masih ada beban lain yang perlu diperhitungkan,
yaitu : (Soetoyo, 2000)
1. Beban Temperatur
Beban akibat temperatur ini perlu diperhitungkan jika letak bangunannya berada di
daerah yang perbedaan temperaturnya sangat tinggi.
2. Beban Konstruksi (Construction Load)
Beban konstruksi ini timbul pada saat pelaksanaan pembangunan fisik gedung.
2.4 Gambar Potongan dan Detail Potongan Denah Skematik

18 | P a g e
b. Detail Pondasi d. Detail Plat Lantai 2

e. Detail Kolom/Balok dengan Atap


c. Detail Hubungan Pondasi-Sloof/Balok

19 | P a g e
f. Detail Sambungan Atap g. Detail Tangga

20 | P a g e
BAB 3 DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
3.1 Kesimpulan http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/11/struktur-kolom.html
1. Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas muka http://www.scribd.com/doc/53250428/10/Struktur-Atas
tanah (SNI 2002) http://ml.scribd.com/doc/13000401/200212-SNI-0328472002-Beton
2. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat/lantai, balok,dinding geser dan tangga, yang masing- http://etd.eprints.ums.ac.id/8126/1/D100040035.pdf
masing mempunyai peran yang sangat penting. http://etd.eprints.ums.ac.id/14362/2/BAB_I.pdf
3. Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah bekerjanya dapat dibagi http://eprints.undip.ac.id/27157/1/Membangun_rumah_2_lantai_(_IX_).pdf
menjadi dua, yaitu : A.G Tamrin.2008. Teknik Konstruksi Bangunan Gedung jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
a. Beban Vertikal (Gravitasi) Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional
 Beban mati (Dead Load)
 Beban hidup (Live Load)
 Beban Air Hujan
b. Beban Horizontal (Lateral)
 Beban Gempa (Earthquake)
 Beban angin (Wind Load)
 Tekanan Tanah dan Air Tanah

3.2 Saran
1. Dalam pembuatan suatu gedung, selain memperhatikan faktor struktur bagian bawah, juga
harus memperhatikan struktur gedung bagian bawah.
2. Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan terhadap
keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (strenght),
kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan (durability).

21 | P a g e
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

2.4.1. Potongan Denah Skematik…..................................................................................................18 2.2.7.1. Fungsi dan Bagian Atap…….................................................................................................14


2.4.2. Detail Pondasi………………........................................................................................................19 2.2.7.2. Komponen Atap………………..................................................................................................14
2.4.3. Detail Hubungan Pondasi-Sloof/Balo……...............................................................................19
2.4.4. Detail Plat Lantai 2……………….................................................................................................19
2.4.5. Detail Kolom/Balok dengan Atap ….......................................................................................19
2.4.6. Detail Sambungan Atap….......................................................................................................20
2.4.6. Detail Sambungan Tangga…...................................................................................................20

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai