Anda di halaman 1dari 13

2021

KAWASAN
HERITAGE
TERPILIH 180406111 PUTRI WULANDARI

RISET DAN SEMINAR ARSITEKTUR


DAFTAR ISI
01 Latar Belakang Kawasan Terpilih

02 Permasalahan Kawasan Terpilih

03 Fenomena Kawasan Terpilih

Riset dan Seminar


Arsitektur
LATAR BELAKANG
Asahan merupakan suatu wilayah yang terletak di Pantai Timur Sumatera.
Semula wilayahnya hanya meliputi sepanjang aliran Sungai Asahan yaitu dari
Tanjung Balai sampai ke Bandar Pulau dan sepanjang aliran Sungai Silau yaitu
dari Si Rantau sampai ke Bandar Pasir Mandoge. Pemerintahan di wilayah ini
dikendalikan oleh seorang sultan yang berkuasa penuh atas wilayah
kekuasaannya. Perkembangan Asahan dimulai sejak masuknya kekuasaan
Belanda di Sumatera Timur, yang berkeinginan untuk menguasai kerajaan-
kerajaan tradisional yang masih merdeka di wilayah Sumatera Timur.

Pada tahun 1865 Kesultanan Asahan tunduk di bawah kekuasaan Kolonial


Belanda. Tahun 1867 berdasarkan Besluit Gubernur Jendral No. 2 Tahun 1867
tanggal 30 November 1867, Belanda kemudian menjadikan Asahan sebagai
afdeling yang berkedudukan di Tanjung Balai. Afdeling Asahan terdiri dari
beberapa onderafdeling yaitu: Onderafdeling Asahan berkedudukan di Tanjung
Balai, Onderafdeling Batubara berkedudukan di Labuhan Ruku, dan
Onderafdeling Labuhanbatu berkedudukan di Kampung Labuhanbatu.

Riset dan Seminari


Aristektur
LATAR BELAKANG

Pembentukan Afdeling Asahan tentunya


disebabkan oleh beberapa alasan yang sudah
dipertimbangkan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda. Letak strategis Asahan yang
berhadapan langsung dengan Selat Malaka,
adanya Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang
berada tepat di pusat pemerintahan Kesultanan
Afdeling Asahan
Asahan, adanya alasan ekonomi perkebunan mengalami
yang sedang dikembangkan serta beberapa
alasan politik, membuat Belanda merasa penting
perkembangan di bawah
untuk menguasai Asahan. kekuasaan pemerintah
Kehadiran kekuasaan Kolonial Belanda di
Belanda. Hal ini bisa
Asahan telah membawa dampak yang sangat
baik bagi perkembangan Asahan. Sejak dilihat dari banyaknya
dijadikan sebagai Afdeling tahun 1867, wilayah
onderneming-
Asahan meluas sampai ke Labuhanbatu dan
Batubara dengan batas-batas wilayah yang onderneming yang
telah ditetapkan. Dijadikannya Asahan sebagai
afdeling juga berdampak bagi perkembangan
dibuka seperti tanaman
penduduk yang makin beragam. Keberagaman karet dan kelapa sawit.
etnis yang mendiami wilayah Afdeling Asahan
semakin terlihat sejak tahun 1885, tahun
dimana 4 kontrak penanam tembakau pertama
dilakukan di Asahan. Keberagaman populasi ini
meningkat dengan adanya orang-orang Eropa, Riset dan Seminar
Jepang, Tamil, Jawa, Sunda, Banjar, Mandailing, Arsitektur
dan Minangkabau yang memilih tinggal,
bekerja, maupun membuka usaha di sana.
LATAR BELAKANG
Pemerintah Kolonial Belanda juga mulai melakukan penataan dalam sistem
pemerintahan. Setelah Pemerintah Kolonial Belanda berkuasa di wilayah Asahan dan
raja-raja pribumi telah menyepakati kontrak politik kerjasama, maka terdapat dualisme
pemerintahan di Afdeling Asahan dalam hal pembagian wewenang pemerintahan, yaitu
Pemerintahan Kolonial Belanda dan Pemerintahan Swapraja.

Pemerintahan di Afdeling Asahan umumnya tidak jauh berbeda dengan wilayah-wilayah


afdeling pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Kepala pemerintahan Afdeling Asahan
dipimpin oleh seorang asisten residen yang berkedudukan di Tanjung Balai. Seorang asisten
residen biasanya dibantu oleh countroleur yang berkuasa ditiap-tiap onderafdeling. Di bawah
countroleur ada wedana (districtshoofden), memerintah distrik-distrik yang ada di tiap-tiap
onderafdeling. Para wedana tersebut kemudian dibantu oleh ketua atau yang disebut juga dengan
penghulu (penghulu pekan).

Pemerintahan Swapraja di Asahan dipimpin oleh seorang sultan dengan wilayah kekuasaan yang
telah ditetapkan. Seorang sultan biasanya dipilih berdasarkan garis keturunan. Dalam
menjalankan pemerintahannya seorang sultan dibantu oleh pejabat-pejabat kerajaan yang
menduduki jabatan-jabatan tertentu. Pejabat-pejabat pemerintahannya biasanya diduduki oleh
orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan gelar-gelar tertentu sesuai dengan tinggi
rendahnaya jabatan yang diduduki. Mengenai peradilan di wilayah swapraja terdapat peradilan
yang dikenal dengan Kerapatan Besar dan Kerapatan Kecil yang tersebar ditiap-tiap
onderafdeling. Biasanya orang-orang yang diadili hanyalah rakyat kerajaan saja, seperti yang
terdapat pada Staatsblad No.25 A menyebutkan bahwa kekuasaan peradilan mengenai orang-
orang Eropa, Cina, dan Timur Asing lainnya berada ditangan asisten residen. Hal ini
menunjukkan selain orang-orang yang disebutkan sebelumya adalah bagian dari rakyat kerajaan.

Jumlah perkebuanan di wilayah Afdeling Asahan juga semakin meningkat seiring banyaknya
orang-orang Eropa yang menanamkan modalnya di wilayah Asahan. Tahun 1885 merupakan
awal tahun masuknya perkebunan tembakau di Asahan. Tidak diketahui secara pasti perusahaan
apa yang menanamkan modalnya di Asahan, hanya saja 4 kontrak penanaman tembakau telah
disepakati. Sampai tahun 1890-an sudah ada 23 kontrak penanaman tembakau yang telah
dilakukan di Asahan. Pada tahun 1908 sebagian besar konsensi-konsensi perkebunan tembakau
di Afdeling Asahan beralih ke tanaman lain seperti karet. Peralihan jenis tanaman ini disebabkan
oleh karena kondisi tanah dan iklim yang tidak begitu menguntungkan untuk tanaman
tembakau seperti di Deli.

Riset dan Seminar


Arsitektur
LATAR BELAKANG
Selama Pemerintah Kolonial Belanda berkuasa di Afdeling Asahan, banyak pembangunan
yang dilakukan. Pembangunan-pembangunan ini dilakukan demi kepentingan ekonomi
dan politik Belanda. Pembangunan tersebut berupa sarana dan prasarana publik seperti
pendidikan. Pemerintah Belanda juga mengembangkan sarana transportasi rel yang
diperuntukkan mengangkut hasil-hasil perkebunan di wilayah Sumateara Timur. Hingga
pada tahun 1915 jalur kereta api diperluas sampai ke Tanjung Balai. Pengembangan
Pelabuhan Tanjung Balai juga dilakukan seiring dengan beralihnya kendali Pelabuhan
Tanjung Balai yang pada awalnya di kendalikan Kesultanan Asahan beralih ke tangan
Pemerintahan Kolonial Belanda.

Tatanan pemerintahan Afdeling Asahan terus seperti itu, sampai akhirnya terjadi
perubahan ketika Pemerintahan Jepang menggantikan Pemerintahan Kolonial Belanda
yang telah lama berkuasa. Tahun 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang,
menjadikan wilayah-wilayah jajahan Belanda diambil alih oleh Pemerintahan Jepang.
Pada masa Pementahan Hindia Belanda Asahan disebut dengan Afdeling, maka pada masa
Jepang diganti menjadi Asahan Bunsyu. Untuk wilayah yang lebih kecil seperti
Labuhanbatu dan Batubara pada masa Pemerintahan Belanda disebut dengan
onderafdeling, maka pada masa pendudukan jepang penyebutan tersebut diganti menjadi
Fuku Bunsyu.

Riset dan Seminar


Arsitektur
PERMASALAHAN
DAN FENOMENA
4.1 Wilayah
Secara astronomis Afdeling Asahan terletak diantara 3º 27‟ sampai dengan 1º 40‟ Lintang
Utara dan 100º 20‟ sampai dengan 99º 9‟ Bujur Timur. Afdeling Asahan wilayahnya seluas
1.200 Km2.

Adapun batas-batas dari wilayah Afdeling Asahan adalah:


Sebelah Utara :berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Timur :berbatasan dengan Afdeling Bengkalis
Sebelah Selatan :berbatasan dengan Keresidenan Tapanuli
Sebelah Barat :berbatasan dengan Afdeling Simalungun dan Tanah Karo serta Afdeling
Deli dan Serdang

Perlu diingat kembali, bahwa Afdeling Asahan merupakan gabungan dari 3 wilayah yaitu:
Asahan, Labuhanbatu, dan Batubara, masing-masing wilayah tersebut dijadikan sebagai
onderafdeling. Di tiap-tiap onderafdeling, terdapat wilayah langsung kekuasaan sultan
dan wilayah langsung Pemerintah Kolonial Belanda.

wilayah-wilayah langsung Pemerintah Kolonial Belanda tersebut dibentuk menjadi


distrik-distrik yaitu:
Onderafdeling Asahan terdiri dari 3 distrik
1. Distrik Tanjung Balai : berpusat di Tanjung Balai
2. Distrik Kisaran : berpusat di Kisaran
3. Distrik Bandar Pulau : berpusat di Bandar Pulau

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Afdeling Asahan merupakan gabungan
dari tiga wilayah yaitu: Asahan, Labuhanbatu, dan Batubara. Untuk di wilayah Asahan
sendiri, sebelum dijadikan sebagai afdeling wilayahnya hanya meliputi sepanjang aliran
Sungai Asahan yaitu dari Tanjung Balai sampai ke Bandar Pulau dan sepanjang aliran
Sungai Silau yaitu dari Si Rantau sampai ke Bandar Pasir Mandoge. Disepanjang aliran
kedua sungai tersebut terdapat kampung-kampung yang dihuni orang-orang Melayu
maupun orang-orang Batak. Tidak banyak sumber-sumber tertulis yang menjelaskan
nama-nama kampung yang ada di Asahan sebelum Pemerintah Belanda berkuasa di
Asahan namun, yang pasti dari catatan Anderson ada beberapa nama kampung yang
dapat diketahui.

Riset dan Seminar


Arsitektur
PERMASALAHAN
DAN FENOMENA
Wilayah Afdeling Asahan memiliki iklim tropis, hal itu berarti terdiri dari musim hujan
dan musim kemarau. Hanya di daerah dataran tinggi yaitu pedalaman Asahan dan
Labuhanbatu memiliki cuaca yang sejuk bahkan cenderung dingin, serta angin bertiup
sangat kencang di sana. Untuk curah hujan, di wilayah Labuhanbatu rata-rata 3000-4000
mm per-tahunnya. Musim hujan dengan intensitas lebat biasanya terjadi pada bulan
Agustus, September, Oktober, November, Desember, dan Januari.70 Beberapa wilayah di
Asahan merupakan dataran rendah dan berawa-rawa, dan tanahnya berjenis alluvial
muda.

Wilayah Afdeling Asahan banyak dilalui oleh aliran sungai, sungai-sungai tersebut terus
mengalami pendangkalan, akibatnya jika musim hujan tiba lahan-lahan perkebunan dan
pemukiman penduduk akan terkena banjir, aktivitas transportasi juga menjadi terganggu.
Untuk mengatasi masalah ini, tanggul-tanggul semakin diperkuat dan diperbesar untuk
melindungi lahan-lahan perkebunan Eropa juga untuk melindungi pemukiman penduduk.
Pemeliharaan sungai-sungai yang ada seharusnya menjadi tanggung jawab lanskap,
namun perusahaan-perusahaan perkebunan di Afdeling Asahan seperti Hollandsch
Amerikasche Plantage Matschappij (H.A.P.M) ikut membantu sehingga masalah ini dapat
diatasi. Di Onderafdeling Batubara, pendangkalan sungai disebabkan oleh banyaknya
material berupa bebatuan dan lumpur yang mengendap, bebatuan tersebut berasal dari
hulu sungai di Simalungun, hal tersebutlah yang menyebabkan banjir jika musim hujan
tiba.

Seperti yang telah disebutkan, awalnya Melayu dan Batak merupakan etnis asli yang
mendiami wilayah Asahan, kemudian Cina yang merupakan etnis pendatang. Ada juga
orang-orang Arab, terutama yang berasal dari Siak, mereka kemudian berbaur dengan
penduduk asli di Asahan. Keberagaman etnis yang mendiami wilayah Afdeling Asahan
semakin terlihat sejak tahun 1885, tahun dimana 4 kontrak penanaman tembakau
pertama dilakukan di Asahan. Keragaman populasi semakin meningkat dengan adanya
orang-orang Eropa, Jepang, Tamil, Jawa, Sunda, Banjar, Mandailing, dan Minangkabau.

Riset dan Seminar


Arsitektur
PERMASALAHAN
DAN FENOMENA
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tahun 1885 merupakan awal tahun masuknya
perkebunan tembakau di Asahan. Tidak diketahui secara pasti perusahaan apa yang
menanamkan modalnya di Asahan, hanya saja 4 kontrak penanaman tembakau telah
disepakati. Sampai tahun 1890-an sudah ada 23 kontrak penanaman tembakau yang telah
dilakukan di Asahan.

Pada tahun 1890 merupakan awal masuknya perkebunan di Labuhanbatu, Maatschappij


Swiss Deli-Bilah merupakan perusahaan pertama yang menanamkan modalnya dalam
investasi perkebunan tembakau, yang terletak didaerah Pakantan. Perusahaan tersebut
kemudian menghentikan penanaman tembakau pada awal tahun 1892, hal ini
dikarenakan hasil panen tembakau yang mengecewakan. Kemudian memindahkan
perkebunannya ke wilayah hulu Bilah, dengan percobaan penanaman kopi, tetapi hasil
panennya juga mengalami kegagalan. Percobaan berikutnya adalah penanaman tanaman
karet, sekitar 1000 tanaman karet ditanam pada tahun 1899. Namun sebelum karet
pertama dapat menghasilkan konsensi itu berganti kepemilikan dua kali dan akhirnya
menjadi milik PT Sumatra Para Rubber Plantantion Ltd.100 Peralihan jenis tanaman ini
disebabkan oleh karena kondisi tanah dan iklim yang tidak begitu menguntungkan untuk
tanaman tembakau seperti di Deli.

Pada tahun 1908 sebagian besar konsensi-konsensi perkebunan tembakau di Afdeling


Asahan beralih ke tanaman lain seperti karet. Selain tanaman karet, jenis tanaman lain
yang ditanam oleh pengusaha perkebunan di wilayah Asahan adalah tanaman gambir.
Perlu diketahui bahwa satu-satunya perkebunan di wilayah Asahan yang mengusahakan
tanaman gambir adalah Perusahaan Gunung Melayu milik orang Swiss. Tidak diketahui
secara pasti tahun berapa perusahaan itu berdiri, namun pada tahun 1908 sebuah pabrik
pengolahan gambir berdiri di Gunung Melayu.102 Pada saat panen pertama 31/2 juta kg
gambir dalam bentuk kubik di ekspor ke Swiss. Biasanya gambir tersebut digunakan
sebagai pewarna dalam industri kulit dan kain sutra.

Riset dan Seminar


Arsitektur
LAMPIRAN

Sumber: M. Hamerster,
Bijdrage Tot de Kennis van
de Afdeeling Asahan,
Amsterdam: Uitgave van
Het Oostkust van Sumatra-
Institut, 1926. hlm. 190.

Rumah Asisten Residen Afdeling Asahan di Tanjung Balai

Sumber: J.H. De Bussy, Deli


In Woord en Beld,
Amsterdam, 1905.

Istana Kesultanan Asahan

Riset dan Seminar


Arsitektur
LAMPIRAN

Stasiun Tanjung Balai


Stasiun Teluk Nibung

Stasiun Kisaran

Sumber: Collection
Tropenmuseum (diakses dari
www.colonialarchitecture.eu)
Riset dan Seminar
Arsitektur
LAMPIRAN H.A.P.M

Tanaman Karet

Kantor Hollandsch Amerikaansche Plantage Maatschappij di Kisaran

Sumber: Leiden University


Libraries (diakses dari
https://digitalcollections.unive
rsiteitleiden.nl)

Riset dan Seminar


Arsitektur

Anda mungkin juga menyukai