KAWASAN
HERITAGE
TERPILIH 180406111 PUTRI WULANDARI
Pemerintahan Swapraja di Asahan dipimpin oleh seorang sultan dengan wilayah kekuasaan yang
telah ditetapkan. Seorang sultan biasanya dipilih berdasarkan garis keturunan. Dalam
menjalankan pemerintahannya seorang sultan dibantu oleh pejabat-pejabat kerajaan yang
menduduki jabatan-jabatan tertentu. Pejabat-pejabat pemerintahannya biasanya diduduki oleh
orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan gelar-gelar tertentu sesuai dengan tinggi
rendahnaya jabatan yang diduduki. Mengenai peradilan di wilayah swapraja terdapat peradilan
yang dikenal dengan Kerapatan Besar dan Kerapatan Kecil yang tersebar ditiap-tiap
onderafdeling. Biasanya orang-orang yang diadili hanyalah rakyat kerajaan saja, seperti yang
terdapat pada Staatsblad No.25 A menyebutkan bahwa kekuasaan peradilan mengenai orang-
orang Eropa, Cina, dan Timur Asing lainnya berada ditangan asisten residen. Hal ini
menunjukkan selain orang-orang yang disebutkan sebelumya adalah bagian dari rakyat kerajaan.
Jumlah perkebuanan di wilayah Afdeling Asahan juga semakin meningkat seiring banyaknya
orang-orang Eropa yang menanamkan modalnya di wilayah Asahan. Tahun 1885 merupakan
awal tahun masuknya perkebunan tembakau di Asahan. Tidak diketahui secara pasti perusahaan
apa yang menanamkan modalnya di Asahan, hanya saja 4 kontrak penanaman tembakau telah
disepakati. Sampai tahun 1890-an sudah ada 23 kontrak penanaman tembakau yang telah
dilakukan di Asahan. Pada tahun 1908 sebagian besar konsensi-konsensi perkebunan tembakau
di Afdeling Asahan beralih ke tanaman lain seperti karet. Peralihan jenis tanaman ini disebabkan
oleh karena kondisi tanah dan iklim yang tidak begitu menguntungkan untuk tanaman
tembakau seperti di Deli.
Tatanan pemerintahan Afdeling Asahan terus seperti itu, sampai akhirnya terjadi
perubahan ketika Pemerintahan Jepang menggantikan Pemerintahan Kolonial Belanda
yang telah lama berkuasa. Tahun 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang,
menjadikan wilayah-wilayah jajahan Belanda diambil alih oleh Pemerintahan Jepang.
Pada masa Pementahan Hindia Belanda Asahan disebut dengan Afdeling, maka pada masa
Jepang diganti menjadi Asahan Bunsyu. Untuk wilayah yang lebih kecil seperti
Labuhanbatu dan Batubara pada masa Pemerintahan Belanda disebut dengan
onderafdeling, maka pada masa pendudukan jepang penyebutan tersebut diganti menjadi
Fuku Bunsyu.
Perlu diingat kembali, bahwa Afdeling Asahan merupakan gabungan dari 3 wilayah yaitu:
Asahan, Labuhanbatu, dan Batubara, masing-masing wilayah tersebut dijadikan sebagai
onderafdeling. Di tiap-tiap onderafdeling, terdapat wilayah langsung kekuasaan sultan
dan wilayah langsung Pemerintah Kolonial Belanda.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Afdeling Asahan merupakan gabungan
dari tiga wilayah yaitu: Asahan, Labuhanbatu, dan Batubara. Untuk di wilayah Asahan
sendiri, sebelum dijadikan sebagai afdeling wilayahnya hanya meliputi sepanjang aliran
Sungai Asahan yaitu dari Tanjung Balai sampai ke Bandar Pulau dan sepanjang aliran
Sungai Silau yaitu dari Si Rantau sampai ke Bandar Pasir Mandoge. Disepanjang aliran
kedua sungai tersebut terdapat kampung-kampung yang dihuni orang-orang Melayu
maupun orang-orang Batak. Tidak banyak sumber-sumber tertulis yang menjelaskan
nama-nama kampung yang ada di Asahan sebelum Pemerintah Belanda berkuasa di
Asahan namun, yang pasti dari catatan Anderson ada beberapa nama kampung yang
dapat diketahui.
Wilayah Afdeling Asahan banyak dilalui oleh aliran sungai, sungai-sungai tersebut terus
mengalami pendangkalan, akibatnya jika musim hujan tiba lahan-lahan perkebunan dan
pemukiman penduduk akan terkena banjir, aktivitas transportasi juga menjadi terganggu.
Untuk mengatasi masalah ini, tanggul-tanggul semakin diperkuat dan diperbesar untuk
melindungi lahan-lahan perkebunan Eropa juga untuk melindungi pemukiman penduduk.
Pemeliharaan sungai-sungai yang ada seharusnya menjadi tanggung jawab lanskap,
namun perusahaan-perusahaan perkebunan di Afdeling Asahan seperti Hollandsch
Amerikasche Plantage Matschappij (H.A.P.M) ikut membantu sehingga masalah ini dapat
diatasi. Di Onderafdeling Batubara, pendangkalan sungai disebabkan oleh banyaknya
material berupa bebatuan dan lumpur yang mengendap, bebatuan tersebut berasal dari
hulu sungai di Simalungun, hal tersebutlah yang menyebabkan banjir jika musim hujan
tiba.
Seperti yang telah disebutkan, awalnya Melayu dan Batak merupakan etnis asli yang
mendiami wilayah Asahan, kemudian Cina yang merupakan etnis pendatang. Ada juga
orang-orang Arab, terutama yang berasal dari Siak, mereka kemudian berbaur dengan
penduduk asli di Asahan. Keberagaman etnis yang mendiami wilayah Afdeling Asahan
semakin terlihat sejak tahun 1885, tahun dimana 4 kontrak penanaman tembakau
pertama dilakukan di Asahan. Keragaman populasi semakin meningkat dengan adanya
orang-orang Eropa, Jepang, Tamil, Jawa, Sunda, Banjar, Mandailing, dan Minangkabau.
Sumber: M. Hamerster,
Bijdrage Tot de Kennis van
de Afdeeling Asahan,
Amsterdam: Uitgave van
Het Oostkust van Sumatra-
Institut, 1926. hlm. 190.
Stasiun Kisaran
Sumber: Collection
Tropenmuseum (diakses dari
www.colonialarchitecture.eu)
Riset dan Seminar
Arsitektur
LAMPIRAN H.A.P.M
Tanaman Karet