Anda di halaman 1dari 14

Kronologi Perang Paderi

1516 :
Bangsa Portugis yang saat itu telah berkuasa dimalak sejak 1511, mendarat di pantai Salido
sebuah desa di pessir selatan/wilayah bayang.
1561 :
Portugis memasuki wilayah padang ( sekarang)

1610 (???) :
Pasukan Kesultanan Aceh mengirim Armada nya kepesisir barat ranah minang.
Aceh berhasil melumpuhkan semua kekuatan portugis dipesisir barat dan merebut semua
wilayah pesisir.
Kesultanan Aceh menguasai seluruh pesisir Barat , tiku pariaman hingga ke painan ( pesisir
selatan)

1651 :
Belanda meminta ijin mendirikan Pos dagang pertamanya di Wilayah Pariaman atas nama VOC
kepada kesultanan aceh.

Izin untuk mendirikan Pos Dagang ini di berikan oleh kesultanan Aceh, sebagai penguasa pesisir
barat tersebut.

Ketertarikan Belanda adalah untuk mendapatkan Emas, yang saat itu merupakan Komoditi
utama dari wilayah pedalaman Minang Kabau.
Belanda butuh emas untuk membiayai perdagangan rempah rempah yang mereka jalankan di
wilayah Nusantara.

Kesultanan aceh, tidak hanya mengijinkan pos dagang belanda saja di pesisir barat tersebut, tapi
juga memberi ijin untuk maskapai dagang inggris ( IOC) untuk ikut berdagang di Pesisir barat.

1662 :
Perjanjian Painan.
Perjanjian antara Raja Kerajaan Pagaruyung dengan VOC belanda.
Karena merasa tidak lancar berdagang dalam wewenang kekuasaan aceh, VOC belanda melirik
kesultanan pagaruyung di darek, karena pagaruyung adalah pemilik pesisir barat dahulu,
sebelum dikuasai aceh.
Pagaruyung dan penguasa penguasa pesisir barat yang anti aceh, bersekutu dengan belanda.
Belanda mengadakan perperangan untuk menguasai pesisir barat melawan kesultanan aceh,
dan penguasa pesisir barat yang pro aceh.

Raja Pagaruyung memberikan hak Monopoli kepada belanda untuk perdagangan emas yang
merupakan komoditas andalan kawasan kerajaan pagaruyung masa itu.

Belanda berhasil mendesak kesultanan aceh, dan menguasai pesisir barat.

1
1663 :
Perperangan terjadi lagi antara rakyat pesisir barat pro aceh dan kesultanan aceh melawan
belanda.
Belanda terusir dari Tiku –Pariaman.
Belanda memindahkan Pos Dagangnya ke Kota Padang,
Dari sana Belanda melanjutkan Misi Dagangnya, yaitu menampung Emas emas dari wilayah
Pedalaman ( darek / Dataran Tinggi/ Wilayah 3 luhak).

Di Kota Padang, Belanda Mendirikan Pabrik Peleburan Emas, untuk Memproses Emas emas
Mentah yang berasal dari Pedalaman Luhak Nan tiga.

1666 :
Rakyat pesisir barat didukung oleh kesultanan Aceh, kembali melanjutkan perperangan dengan
belanda.
Belanda semakn terdesak.
Bahkan Perperangan ini menyebabkan Jacob Gruys, perwakilan VOC dikota padang terbunuh.

1666 :
Aru Palaka ( bugis-bone) dan kapten Yonker ( ambon) penakluk Pesisir barat.
VOC belanda, menurunkan bantuan dari batavia.
Pasukan VOC belanda dipimpin oleh Aru Palakka ( Raja Bugis-Bone sekutu Belanda) dan kapten
Yonker ( Panglima ambon)
Aru Palakka dengan pasukan Bugis-Bone nya yang terkenal maut dan berani mati memadamkan
perlawanan rakyat pesisir Barat.
Kemudian Aru Palakka dan pasukan Bugis-Bone nya menyerang dan menaklukkan benteng
pariaman yang di awaki oleh pasukan dari Pariaman dan pasukan kesultanan aceh.
Perang berlangsung dari pagi hingga sore, 400 pasukan bugis arung palaka, dan 600 orang
pasukan ambon berhasil memenangkan pertempuran melawan pasukan pariaman dan aceh
yangbertahan.
Aru palakka mengangkat dirinya sebagai Raja Ulakan – pariaman
1701 :
Rakyat Pesisir selatan ( painan) membakar Loji Belanda di Indrapura

Tahun 1762 :
Tuanku Nan renceh dilahirkan , dengan nama kecil Abdullah.
Tuanku nan renceh lahir di Kenagarian Kamang Mudik, Jorong Bansa , Luhak Agam.
Suku Koto
Abdullah adalah Putra dari Encik Rahmah

Abdullah belajar agama di surau Tuanku Nan Tuo di Cangkiang, Luhak Agam.

2
Kemudian Abdullah melanjutkan Pelajaran Agamanya ke Ulakan – Pariaman.

Setelah 5 tahun menuntut Ilmu Abdullah pulang kekampungnya , Jorong Bansa.

Sesampai dikampungnya, beliau mendengar ada Ulama Besar yang baru pulang menuntut Ilmu
di mekah, Yaitu Haji Miskin di Pandai Sikat. Maka Abdullah berangkat ke Pandai Sikat.

Namun beliau kecewa, karena Haji Miskin sudah di usir oleh Orang pandai Sikat, dan hijrah ke
Ampat Angkat.

Abdullah ke Ampat angkat, bertemu dengan Haji Miskin. Disana dia belajar dengan Haji Miskin
dan Mendapat pencerahan tentang Gerakan Pemurnian Tauhid Islam, Abdullah tertarik dengan
itu.

Haji Miskin dalah kreator dari Gerakan Paderi.

1772 :
Lahirnya Tuanku Imam Bonjol.
Imam Bonjol lahir di …….???
Nama kecilnya adalah Muhammad Sahab, kemudian setelah dewasa lebih dikenal dengan nama
Petro Syarif.
Imam Bonjol belajar Islam dari Ayahnya Buya Nudin dan dari Tuanku Nan renceh

1780 -1784 :
Pecah perang inggris vs Belanda di eropa

1781 :
Inggris dari kedudukan nya di bengkulu menyerang Kedudukan Belanda di padang , pesisir barat
dan seluruh pesisir barat.
Inggris menggantikan Belanda sebagai penguasa di Pesisir barat .

Tahun 1784 :
Tuanku Nan Tuo dari Koto Tuo, pemimpin surau Syattariyah.
Seorang Syeh yang krarismatik, menarik para santri di wilayah Darek.
Sehingga Koto Tuo di luhak agam, didatangi oleh Penuntur Agama Islam , baik ke Surau
Syattariah Pimpinan Tuanku Nan Tuo, maupun ke surau surau lain di sekitar Koto Tuo.
Sehingga Sejak saat itu, boleh disebut Koto Tuo menjadi Basis Agama Islam di Luhak Nan Tigo.

Sementara itu Wilayah Agam Selatan, sangat tidak kondusif , karena merajalelanya Perampok
yang merampasi para pedagang. Bahkan ada kampung kampung yang menjadikan Perampok
sebagai Profesi Turun temurun, dan sekampung semuanya menjadi Perampok.
1784 :
Diperkirakan tahun kelahiran Tuanku Tambusai.

3
Tuanku Tambusai , lahir dengan nama kecil Muhammad Saleh.
Muhammad saleh dilahirkan diwilayah kerajaan Tambusai,dimasa kekuasaan raja dauli yang
dipertuan besar.
NB : tambusai, sekarang disebut Dalu dalu, kecamatan tambusai kabupaten Rokan Hulu-Riau
Ayahnya adalah Maulana Kali yang menjadi wali syara’ di Kerajaan Tambusai, dan ibunya berasal
dari suku Kandang Kopuh.
Beliau mendapatkan pendidikan dari ayahnya, kemudian melanjutkan pendidikan ke Bonjol,
dibawah asuhan Tuanku Imam Bonjol .
Masa itu Bonjol dan Rao, adalah pusat kekuasaan Negara Islam kaum paderi.
Tuanku tambusai diberi gelar Fakih Saleh

Tahun 1784 – 1803 :

Masa itu ranah Tiga Luhak terjadi Dekandensi Moral yang parah, Negri Tiga Luhak Di pimpin
Oleh Para Pemangku adat ( ninik Mamak) , dimana Kekuasaan sultan selaku Raja Alam waktu itu
tidak lah begitu terasa di wilayah darek 3 luhak tersebut.

Tuanku Nan Tuo, seorang Ulama Kondang. Memulai Perbaikan Akhlak dan Moral di Tanah Darek
( tiga Luhak).

Tuanku Nan Tuo berhasil mengajak masyarakat di Koto Tuo dan sekitar nya untuk menganut
Hukum Islam dan meninggalkan Hukum Adat, ..
Bahkan Tuanku Nan Tuo membentuk pasukan untuk memerangi Kampung kampung perampok
yang merampasi pedagang dan menangkapi orang untuk dijual sebagai Budak,..

Tuanku Nan tuo diangkat menjadi Pemimpin atau Imam Di koto Tuo dan sekitarnya, dan di
jaidkan sebagai Pelindung Para Pedagang.

Sehingga Koto Tuo dan Wilayah Ampat angkat menjadi wilayah yang maju, dengan perdagangan
yang tumbuh mapan…

Metoda yang dutempuhnya adalah Metoda Dakwah, namun terkadang tidak bisa dielakkan
sesekali terjadi Benturan Fisik Dengan para penentangnya.

1793 :
Armada perancis menyerang inggris di Kota padang, mereka berhasil menguasai Kota padang,
dan melakukan perampokan.
Namun inggris dapat menguasai nya kembali

Tahun… :
Jalaluddin salah seorang Murid dari Tuanku Nan tuo,bertekad memperluas gerakan tuanku nan
tuo keluar wilayah koto Tuo.

4
Kemudian dia pulang kekampungnya di ‘ Kota Lawas’, sebuah kampung di Lereng Gunung
Merapi.
Disana dia membentuk masyarakt islam seperti di Koto Tuo,
Kota Lawas yang menjadi penghasil Akasia dan Kopi pun meningkat kemakmurannya, Jalaludin
dan murid muridnya menjadi pemimpin dan pelindung dari Kota Lawas.

Tuanku Nan Tuo dan murid nya Jalaludin menjadi Tokoh yang paling berpengaruh di zamannya,
tidak ada kekuasaan raja atau negara yang berada di atas mereka. Mereka menjadi Imam,
pemimpin di masyarakat islam yang dipimpinnya..

Tahun 1802 :
Haji Miskin dari Pandai Sikek ( agam ), Haji Abdurrahman dari Piobang (50 koto), Haji Arief Dari
Sumanik ( tanah Datar) yang bermukim Si saudi Arabia pulang ke sumatra barat.

Karena merasa Umat di kampungnya masing masing masih menyimpang dari syariat islam, maka
mereka bertiga mulai menjadi penyiar islam .

Haji Sumanik ditentang oleh orang kampungnya, sehingga terpaksa pindah ke Lintau.

Haji Miskin di pandai sikat juga ditentang oleh Masyarakatnya, dan beliau pindah ke Ampat
Angkat. Di ampat angkat Haji miskin mendapat teman teman seperjuangan yagn setia : Tuanku
nan renceh di Kamang, Tuanku di kubu sanang, Tuanku di Ladang Lawas, Tuanku di Koto di
padang luar, Tuanku Di galung, Tuanku di Koto Ambalu, Tuanku Di lubuk Aur.

Mereka di kenal sebagai Harimau nan salapan.

Tahun 1802 :
Haji Miskin melihat metoda metoda Dakwah dan gerakan Tuanku Nan tuo, yang menurut nya
tidak efektif.
Haji Miskin berpendapat , perbaikan Aqidah hanya bisa dilakukan dengan kekuatan, tidak cukup
hanya secara Persuasif. Terdapat perbedaan pendapat antara Haji miskin dengan Tuanku Nan
tuo.

Tahun 1802 -1803 :


Kaum Paderi meminta Tuanku Nan Tuo Di ampat angkat , sebagai Ulama Paling senior masa itu
di ranah minang sebagai imam Besar gerakan Paderi.
Tuanku nan Tuo dari ampat angkat tersebut menolak, setelah beruang ulang memikirkan dan
mempertimbangkan banyak hal. .
Akhirnya kaum Paderi, meminta Tuanku Nan Mudo dari Mansiangan untuk menjadi Imam.
Tuanku nan Mudo dari mansiangan, merupakan anak Dari Tuanku Nan tuo Dari Mansiangan,
merupakan Guru dari Tuanku Nan tuo Dari Ampat angkat tersebut.
Dengan begitu, Tuanku Nan tuo Dari Ampat angkat sulit untuk menoak dan menentang gerakan
Paderi ini, karena sekarang di pimpin Oleh Anak Dari Gurunya.

Tahun 1803 :

5
Awal Proklamasi Kaum Paderi untuk memurnikan Agama Islam.
Gerakan Paderi yang dipimpin Harimau Nan salapan, dengan pimpinan Besar ( pimpinan
Simbolik) adalah Tuanku nan tuo Dari mansiangan.
Dan pemimpin Harian ( pemimpin Sebenarnya ) adalah Tuanku nan renceh.
Pusat Operasi Gerakan Paderi di pusatkan di Tilatang Kamang, Kampung Tuanku nan renceh.
Kekuasaan Politis di kamang berhasil di alihkan ketangan Kaum paderi, dari Kaum penghulu
dengan damai.

1809 -1812 :
Hubungan erat antara Kaum Paderi dengan Kekhalifahan Bani Utsman di Turki
Tuanku Kuwalat, Utusan paderi berada Di Kekhalifahan Utsmaniyah Turki, berperang dengan
Pasukan Napoleon.
Tuanku Gapuk ( 1809-1813) Utusan paderi berkikutnya yang menuntut ilmu militer di
Kekhalifahan Utsmaniyah.
Tuanku Rao ( 1812-1815) di kekhalifahan Utsmaniyah .
Tuanku Tambusai ( 1817-1821) di kekhalifahan Ustmaniyah.

1814 :
Pasca runtuhnya dinasty Napoleon dieropah, Inggris dan belanda kembali menjadi negara yang
bersekutu.
Perjanjian Inggris-Belanda, inggris menyerah kan kembali semua wilayah yang pernah
direbutnya dari belanda, termasuk pesisir barat luhak nan tigo tersebut.

Belanda dibawah pimpinan Du Puy, mendarat kembali di kota padang 5 tahun kemudian.

1815 :
Perundingan di Koto Tangah.
Antara Pihak Paderi yang dipimpin Tuanku Lintau ( Tuanku Pasaman ) dengan Pihak Adat atau
kesultanan Pagaruyung yang dipimpin langsung oleh Sultan Miningsyah.
Perjanjian berjalan buntu, dan perselisihan sehingga terjadi perperangan antara pihak Paderi
dengan Pihak Kesultanan Pagaruyung.
Dua orang Putra Sultan Muningsyah terbunuh, dan Sultan Muningsyah sendiri melarikan diri.

1815 :
Raja Alam Pagaruyung, Sultan Muningsyah Melarikan diri Ke lubuk Jambi.
Maka berakhirlah Pemerintahan Kesultanan Pagaruyung, dan digantikan oleh Pemerintahan
Kaum Paderi.

Tahun 1819 :
Belanda Menerima kembali daerah pesisir barat Minang Kabau dari Tangan Inggris, sesuai
dengan perjanjian yang ditanda tangai tahun 1814

Tahun 1820 :
Gerakan Kaum Paderi banyak berhasil di wilayah Luhak Nan tigo, diwilayah yang mereka kuasai
mereka menambah pejabat suku,..Imam dan Khatib. Imam yang mengurusi masalah agama, dan
khatib untuk mengurus masalah Keamanan, ketertiban dan keadilan.

6
Itulah awal sejarahnya, di Minang kabau terdapat jabatan Imam Dan Khatib, disamping
Penghulu dan Datuk yang mengurusi Hukum Adat.

Tahun ….:
Tuanku nan renceh menaklukkan Wilayah Kamang Hilir dan wilayah Tilatang Kamang,
menggabungkan dengan wilayah Kamang mudik yang merupakan basis awal paderi.
Dengan Begitu seluruh Wilayah Kamang telah di bawah kaum paderi

Tahun 1804 :
Tuanku Nan renceh, menaklukkan Wilayah diluar kamang.
Padang Rarab dan Guguk jaruh ketangan Kaum Paderi, Lalu daerah Candung dan Matur,
Pada tahun 1804 tersebut seluruh Wilayah Luhak Agam telah menjadi Wilayah Kekuasaan Kaum
paderi.

Tahun… :
Kemudian Kaum Paderi memperluas kekuasaan ke Wilayah Luhak 50 Kota.
Pemuka adat dan masyarakat 50 koto menyambut gerakan paderi dengan Damai.
Mereka menyatakan Taat dan siap untuk membantu Perjuangan Kaum Paderi selanjutnya.

Tahun…. :
Wilayah Luhak Tanah Datar tidak semudah luhak Agam dan 50 Koto.
Masyarakat disana lebih fanatis pada Adat, dan para penghulu yang dipimpn Sultan Pagaruyung
menentang dan meolak keras gerakan kaum paderi, sehingga timbul pereperangan yang sengit.

Perang Tanjung Barulak


Yang merupakan perbatasan Luhak Agam dan Tanah Datar, pertempuran sangat sengit. Wilayah
ini ganti berganti, kadang di kuasai kaum paderi, kemudian dikalahkan lagi oleh kaum adat, dan
diambil alih lagi oleh kaum paderi. Demikian terjadi bolak balik….

Akhirnya Kaum Paderi sedikit demi sedikit berhasil mendesak Kaum Adat,
Akhirnya Untuk mencegah hal yang lebib buruk, Yang sipertuan Pagaruyung, Sultan Muningsyah
menganjurkan Para Penghulu dan pemuka kaum untuk mengadakan perundingan dengan Pihak
Kaum Paderi.
1808 :
Perundingan antara Kaum Paderi dan Kaum adat dilakukan Di Koto Tangah.
Kaum paderi dipimpin Oleh Tuanku Lintau dan Tuanku Lelo
Kaum Adat dipimpin oleh Yang dipertuan Sultan Muningsyah sendiri
Rapat di koto Tangah menyebabkan kericuhan, dan tak terelakkan terjadi perperangan.
Sehingga Pihak Kerajaan dan Pemuka adat nyaris terbunuh semuanya…
Sejak saat itu Wilayah Tanah Datar , takluk kepada Kaum Paderi…
Dan sultan Muningsyah ( atau Keturunan nya ?? ) , melarikan diri ke Lubuk Jambi ??
1808 seluruh Luhak nan tigo telah berada di bawah Pimpinan Kaum Paderi.

Tahun …. :

7
Murid Utama Tuanku Nan renceh, Malin basa atau Muhammad Syahab atau Petro Syarief
diperintahkan ke Alahan Panjang untuk membuat Benteng atau Basis baru pergerakan Paderi ,
mungkin dengan Tujuan untuk Menyiarkan Syair islam keluar Wilayah Luhak Nan tigo..

Di alahan Panjang, di sebuah bukit yang bernama Bukit Tajadi , dibangunlah sebuah Benteng
yang kemudian dikenal dengan nama Benteng Bonjol

Konon, dikerjakan secara gotonh royong oleh 5000 orang kaum paderi, dan mempunyai Luas
sekitar 90 Ha, tinggi Tembok 4 m, dengan tebal 4 m, dikelilingi oleh tanaman dan pagar berduri
yang sangat rapat

Nah, begitulah..
Wilayah Luhak Nan tigo, Sebagau Pusat Gerakan Paderi dengan Tilatang kamang sebagai
mabesnya dan Tuanku Nan Renceh sebagai Imam Besarnya..

Untuk gerakan keluar luhak Nan tigo, basis nya adalah Di alahan Panjang DI bawah Pimpinan
Muhammad Syahab yang digelari Tuanku Mudo ( kelak di kenal sebagai Tuanku Imam Bonjol)
Tahun… :
Tuanku Mudo yang digelari tuanku Imam Bonjol, kemudian melancarkan gerakan Paderi
keseluruh Alahan Panjang.
Gerakan ini mendapat perlawanan Dari Pemuka pemuka Adat Alahan Panjang, terutama yang
terkenal adalah oleh Datuk Sati

Tahun 1812 :
Para pemuka Adat di bawah Pimpinan datuk sakti, mengerahkan Masyarakat Alahan Panjang
Untuk Menyerbu Benteng Bonjol.
Dalam perang Bonjol I ini, Datuk sati dan pasukannya dikalahkan
Datuk sati ahirnya meminta perdamaian dengan Tuanku Imam Bonjol
Keberhasian tersebut, menyebabkan Tuanku Imam Bonjol berhasil meluaskan Gerakan Paderi
keseluruh daerah Pasaman.
Wilayah Lubuk Sikaping, Rao, di taklukkan oleh Tuanku Imam Bonjol.
Berikutnya wilayah Talu , Air bangis dan sasak
Tuanku Imam Bonjol pun menyerbu Tiku dan seluruh Pantai Barat Minang Kabau Utara
Dari basis itu, Tuanku Imam Bonjol memperluas gerakan Paderi ke Wilayah tapanuli Selatan

Tahun.. :
Untuk Basis Menguasai Sumatra Utara, didirikan benteng berikutnya Di Rao dan di Dalu dalu.
Benteng rao dipimpin Oleh Tuanku Rao
Benteng Dalu dalu dibawah Pimpinan Tuanku Tambusai
Kedua nya bertanggung kawabn terhadap Tuanku Imam Bonjol
Dari ketiga benteng tersebut, gerakan paderi di luaskan ke wilayah Tapanuli selatan.
Tanpa perlawanan Yang berarti Masyarakat Tapanuli selatan, menerima Syariat Islam secara
penuh.

Tahun 1819 :

Belanda menerima kembali wilayah pesisir barat dari tangan inggris.

8
Ketika Pasukan Paderi masih beroperasi di Wilayah Tapanuli, Belanda kebali muncul Dipadang.
Tuanku Pamansiangan mengusulkan Tuanku imam Bonjol untuk menarik pasukannya dari
Tapanuli selatan untuk menggempur kedudukan Belanda di Padang yang belum begitu Kuat.

Namun para perwira Tuanku imam Bonjol, yaitu : Tuanku Rao, Tuanku Lelo dan Tuanku
Tambusai berkeberatan dengan rencana menggempur Belanda di padang tersebut.

Sehingga Tuanku Imam Bonjol hanya mengirim Kurir untuk Mengawasi gerakan Belanda di
Wilayah Padang.

Tahun 1820 :
Wafatnya Tuanku Nan Renceh, dan Pemimpinan Paderi di serahkan ke Tuanku Imam Bonjol.
Dan Bonjol menjadi Ibu kota ( pusat) darul Islam tersebut sejak tahun 1820 M.

Tahun 1821 ??? :


Perang Bukit Betabuh
Kaum adat mengadakan pesta pora melanggar syariat islam di lereng gunung marapi, di Bukit
Betabuh.
( bukit Betabuh dekat Sungai Puar ?? )s
Kaum Paderi datang membubarkan acara itu, kaum adat yang sudah bersiap menyambut
dengan perperangan.
Terjadi perperangan pertama Kaum Paderi vs Kaum Adat, yang menandakan Awal pecahnya
perang Paderi.
Perang tersebut dimenangkan oleh Pihak Paderi
Senjata yang dipakai : tombak. Keris, Setenggen ( bedil Belanda) dll

.
Tahun 1821 :
Perang Air Bangis.
Pasukan Paderi di pimpin Tuanku Rao berperang melawan Balanda Di Air bangis.
Dalam perang ini Tuanku Rao gugur , dan pimpinan Kaum Paderi disana diambil alih oleh
Tuanku Tambusai.
Hasli akhir perang air bangis ini Pasukan Belanda berhasil memukul Mundur Pasukan Paderi.

Kekalahan Kaum Paderi Di Air bangis ini menimbulkan semangat kaum Adat, yang selama in
kekuasaan nya telah lepas.

Dengan diam diam persekutuan para Penghulu ( pemuka Adat) yang mengatas namakan Raja
Alam Sultan Pagaruyung ( yang waktu itu sudah tidak ada lagi), datang ke padang menemui
Residen Du Puy – Pemimpin Belanda Di padang. Disana dibuatlan persekutuan antara perwakian
kaum adat dan Belanda untuk memerangi Kaum Paderi di Tanah Luhak Nan Tigo.

1821 :
Kaum Adat mengundang Belanda ( waktu itu berkedudukan Di Kota Padang) untuk ikut
memerangi Kaum Paderi.

9
Februari 1821 , kaum Adat menekan perjanjian dengan Belanda Di padang yang menyerahkan
Teritorial darek ( pedalaman Minang kabau) dibawah Kontrol Belanda, Perjanjian Ini juga Di
hadiri Oleh ‘ Sultan Muningsyah’ Raja Alam / Sultan Pagaruyung yang dalam pelarian.

Tahun 1821 ( bulan April) :

Pertempuran pertama Belanda yang bergabung dengan kaum adat melawan kaum paderi.
Pertempuran terjadi di ‘Sinawang’ dan ‘Sulit Air ‘ di pimpin oleh Kapten Goffinet dan Kapten
Dienema, atas perintah dari Residen James de Puy di Padang.

1821 :
Belanda memperkuat pasukannya dipadang, dengan mendatangkan bala bantuan dari Batavia
dibawah Pimpinan Kolonel Raff.

Pasukan belanda pimpinan Kolonel Raff, bersekutu dengan Pasukan Para Penghulu
mengarahkan serangan nya kearah Tanah datar ( pusat Lama Kekuasaan Kaum Adat , Pusat
Pagaruyung).

Tahun 1822 -1826 :


Perang Batu sangkar.
Pasukan belanda Di bawah Pimpinan Kolonel RAFF menyerang Batu sangkar, menempatkan
pasukannya di sebuah bukit yang tinggi , sekitar 500 m dari pusat kota.
Di bukit ini Belanda Secara bertahap bertahan, dan membangun Benteng yang dinamakan
Benteng VADER CAPELLEN. Selesai tahun 1926 ( ??? )

Tahun 1922 tersebut, Belanda- Penghulu mengusai batu sangkar dan menjadikan Bati sangkar
dan Beteng Vander Cappelen Sebagai Basis Pangkalan mereka.

1822 :
Belanda- penghulu berhasil menguasai Batu sangkar, dan mendesak Pasukan Paderi mundur Ke
lIntau.

1822 :
Perang Lintau I
Pasukan Belanda- Penghulu menyerang Lintau , namun mampu dicerai beraikan oleh Pasukan
Paderi.
Pasuakan Belanda- Pengulu Kembali Mundur Ke pangkalan mereka di Batu sangkar

Tahun 1822 :
Perang Tanjung Alam dan Perang Lintau II
Belanda yang mendatangkan bala bantuan berhasil merebut Tanjung Alam, dan memblokade
Wilayah Lintau.
Namun Gerakannya untuk Menyerang wilayah Lintau kembali Gagal.

10
Tahun 1822 :
Kolonel Raff menyusun Pasukannya kembali, dan menyerang wilayah agam.
Kaum Paderi di wilayah Agam Dibawah Pimpinan ‘ Tuanku Pamansiangan’
Pertempuran dahsyat terjadi di Kota Lawas, pandai sikat dan Gunung.
Belanda berhasil mengalahkan Pasukan Paderi.
Tuanku Pamansiangan tertangkap dan di hukum Gantung Oleh Belanda.

Tahun 1822 Akhir :


Tuanku Imam Bonjol sendiri turun memimpin Pasukan Paderi di bantu oleh perwira perwira nya
dari Tapanuli selatan, meyerang wilayah Air Bangis yang sudah dikuasai belanda.
Dengan perlawanan yang sengit Balanda bertahan, dibantu dengan tembakan meriam meriam
dari Kapal Perang di Laut..
Pasukan paderi tidak berhasil merebut Air bangis,m dan Mundur kembali..

Tahun 1822 Akhir :


Kemudian Kaum Paderi Kembali mencoba merebut Luhak Agam.
Serangan kaum Paderi tersebut berhasil merebut kembali wilayah sungai puar,Gunung, si
gandang dan beberapa wilayah lainnya.
1823 :
Pertempuran Bukit Marapalam
Kolonel Raff kembali mendapat bantuan besar besaran Dari Batavia.
Dengan Pasukan yang besar Kolonel Raff melancarkan Operasi Militer besar besaran untuk
Menaklukkan seluruh Wilayah Luhak Tanah datar.
Di Bukit Marapalam terjadi pertempuran Sengit antar Pasukan Induk Belanda, dan pasukan
Induk Paderi di Luhak Tanah datar. Pertempuran terjadi 3 hari 3 malam, dan pasukan belanda
terpaksa mundur.

Tahun 1823 :

Pembantaian Di Luhak agam

Setelah Mundur dari pertempuran Bukit Marapalam , Pasukan Belanda Mengarahkan


serangannya ke arah Luhak Agam Kembali.
Operasi Belanda diarahkan ke Biaro dan Gunung Singgalang..dalam pertempuran yang sangat
sengit pasukan paderi dapat dikalahkan dan belanda merebut wilayah wilayah tersebut..
Pasukan Belanda yang panik dan kalap melakukan kebiadaban , melakukan pembunuhan Massal
terhadap masyarakat sipil….laki, laki , perempuan, besar kecil….kampung kampung dibantai dan
di binasakan.

1824 :
Perjanjian Masang.
Perjanjian Damai antara Pihak Belanda dengan Kaum Paderi di pimpin Tuanku Imam Bonjol.

Tahun 1824 :
Perjanjian masang hanya bertahan selama 1 bulan lebih sedikit.
Belanda memanfaatkan waktu untuk menambah pasukan dan memperkuat persenjataan.

11
Kemudian dengan kekuatan yang besar , Belanda menyerang Luhak Tanah datar dan Luhak
Agam.
Luhak tanah Datar berhasil di kuasai.
Bukittinggi Berhasil direbut, dan disana dibangun Benteng ‘ Fort De Kock’

Tahun 1824 :
Benteng Fort De Kock dibangun , Seluruh Wilayah Bukit tinggi Ditaklukkan Belanda.

Tahun 1824 :
Setelah Luhak Tanah Datar dan Luhak Agam di taklukkan Belanda, Tuan ku Imam Bonjol
memusatkan kekuatan Paderi Di Sekitar Benteng Bonjol.

Dan melakukan Konsolidasi dengan pasukan pasukan Paderi di wilayah, yang sudah mulai jenuh
dan bosan berperang selama lebih dari 20 tahun. ( Bosan ??? )

Tahun 1825 -1830 :


Perang Paderi Mereda, karena belanda berkosentrasi untuk melawan Pangeran Diponegoro Di
jawa.
Belanda menarik 4300 orang tentara nya dari sumatra barat untuk dikirim ke Jawa menghadapi
Perang Jawa.
Dan hanya meninggalkan sekitar 700 orang tentara saja untuk menjaga benteng benteng yang
strategis.

Tahun 1825 :
Setelah Pangeran Diponegoro berhasil dikalahkan, Belanda kembali mengbarkan perang
melawan Kaum Paderi.

1829-1831 :
Tuanku tambusai berada Di Timur tengah, menunaikan Ibadah Haji dan memperdalam Ilmu nya.

1831:
Tuanku Tambusai membentuk Pasukan Islam di Kampungnya, Tambusai.
Pasukan ini diberangkatkan ke Rao, untuk menambag kekuatan perjuangan Negara Islam yang
berpust di Bonjol tersebut.
Tuanku Rao, penguasa rao, adalah sahabat Tuanku Tambusai, yang dulu sama sama belajar
bersamanya di Bonjol.

1832 :
Pasukan Bantuan Belanda kembali didatangkan dari Batavia ke padang.
Juni 1832
Pasukan ini langsung digerakkan ke Rao dipimpin oleh Opsir Mayor Van Amerongen.
Terjadi perperangan sengit selama 4 bulan .
Oktober 1832, belanda berhasil menaklukkan Rao, setelah beberapa kali menambah bantuan
dari Padang.
Belanda mengganti Nama Rao menjadi Fort amerongen.

12
DI Rao ditempatkan pasukan Belanda yang cukup tangguh, dibawah pimpinan Letnan
Engelbrecht, Letnan Logeman,dan Popye

1832 :
Pasukan Paderi mengundurkan diri dari Rao.
Tuanku Tambusai dan pasukannya mengundurkan diri kebarat, memperkuat pasukannya
kembai dengan orang oraang Mandailing Tapsel.
Pasukan Tuanku Tambusai memusatkan kekuatannya didaerah Angkola-Barumun ( tapsel)

Pasukan Tuanku Rao, dikonsentrasikan di sekitar padang sidempuan.


Pasukan tuanku Tambusai dikonsentrasikan di angkola –Barumun, padang lawas,dan bilah
panai.

1832 :
Perang Bonjol 1
Belanda berhasi l merebut wilayah paderi satu demi satu, dan akhirnya merebut bonjol.

1832 :
Perang Bonjol II
Namun 3 bulan kemudian Bonjol yang berada di bawah cengkeraman Belanda, berhasil direbut
kembali Oleh Para Pejuang Paderi.

Tahun 1832 :
Raja Gadombang, salah seorang pemimpin Pribumi Mandailing ( tapsel) yang menentang
kekuasaan Darul isalam paderi di Mandailing Tapanuli selatan, mengadakan persekutuan
dengan Belanda.

Raja Gadombang dan patuan Naga adalah 2 pemimpin Mandailing ( tapsel) yang sudah sejak
awal berperang dengan darul Islam Paderi, mereka dan pasukannya yang tidak ingin Wilayah
mereka di gabungkan kedalam Darul Islam paderi.

Dengan bahasa sederhana, bisa disebut Raja Gadombang dan Patuan Naga adalah pemimpin
kaum Adat versi Mandailing.

Tahun 1833 :
Perang merebut Benteng Amerongen didirkan Oleh Inggris.
Kemudian di ambil alih oleh Belanda.
Tahun 1933, Pasukan paderi menyerang dan menaklukkan beteng tersebut, benteng
Amerongen di hancurkan sehingga hanya menjadi puing puing.
Pasukan Belanda Mundur Ke Natal

Tahun… :
Perang Bonjol III
Belanda dengan Kekuatan Besar kembali menyerang Bonjol.
Jenderal Van den Bosch ikut sendiri memipin serang ini.

13
Serangn ini gagal, belanda dapat dipukul mundur.

Tahun…. :
Perjanjian Palakat Panjang
Jenderal Van den Bosch mengajak Tuanku Imam Bonjol berdamai

Tahu n 1833 :
Perjanjian/ Plakat ‘ Tabek Patah’ antara pihak kaum paderi dengan perwakilan Kaum Adat.
Kaum Paderi dan Kaum Adat bersatu untuk Melawan Belanda.
Dalam Perjanjian ini keluar Konsensus “ adat Basandi syara’ Syara; basandi Kitabullah “
( Nb : sebenarnya tidak semua kaum adat)

Tahun 1833 :
Mulai dibangunnya Benteng Bonjol, yang menjadi Basis atau Pusat pergerakan Kaum Paderi.

Tahun 1834 :
Perang Bonjol Terakhir.
Bonjol Di kepung dan digempur belanda, baru setelah 3 tahun, yaitu di tahun 1837 barulah
Benteng Bonjol dapat di Taklukkan dan direbut .

Tahun 1837 :
penjajah Belanda mengerahkan pasukan dari koalisi internasional yang didatangkan dari Jawa,
Batavia, Bugis, Madura, Sepoy, Eropa, dan Afrika.
Belanda berhasil merebut Benteng Bonjol.

Tahun 1837 :
Tuanku Imam Bonjol yang masih bergerilya, diajak berunding oleh belanda.
Belanda berbuat licik, menangkap Tuanku Imam Bonjol dalam perundingan.
Tuanku Imam Bonjol kemudian di buang ke beberapa tempat akhirnya wafat di minahasa
tahun 1864.

Tahun 1837 -1838 :


Pasca jatuhnya benteng Bonjol, Tuanku Tambusai mundur kekampung nya di tambusai rokan,
bertahan disana selama 1 tahun kedepan.
1838 :
Benteng 7 lapis di dalu dalu ditaklukkan belanda, tuanku Tambusai atau digelari juga oleh
belanda sebagai ‘ Harimau Paderi Dari Rokan’ pergi ke malaysia, dan wafat di negeri sembilan
Malaysia. Tuanku Tambusai di makam kan di Negri sembilan Malaysia.
1864 :
Tuanku Imam Bonjol Wafat di Minahasa

14

Anda mungkin juga menyukai